
10 Potret dan Fakta Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, Warisan Dunia UNESCO yang Simpan Kisah Kelam
Ombilin di Sawahlunto adalah tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.
Ombilin di Sawahlunto adalah tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.
Sawahlunto, Sumatera Barat, memiliki tambang batu bara tertua di Asia Tenggara yang kini menjadi Warisan Dunia UNESCO.
Inilah tambang Ombilin yang berlokasi di lembah Bukit Barisan.
Tambang yang dikelilingi bukit Polan, Pari, dan Mato ini jaraknya sekitar 70 kilometer dari ibukota Sumatera Barat, Padang.
Situs tambang yang dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk ini memiliki nilai sejarah dan teknologi tinggi.
Berikut adalah 10 potret dan fakta menarik tentang tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang perlu Anda ketahui.
Keputusan ini diambil dalam Sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.
Tambang ini diakui sebagai salah satu contoh terbaik dari pertukaran teknologi antara Eropa dan lokal dalam bidang pertambangan batu bara pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
PT Bukit Asam Tbk mengelola tambang ini sejak tahun 1981, setelah sebelumnya dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang.
Para penambang harus masuk ke dalam lorong-lorong yang dibuat di bawah permukaan tanah untuk menggali batu bara.
Metode ini berbeda dengan tambang batu bara lainnya di Indonesia yang umumnya menggunakan metode tambang terbuka.
Ia sedang melakukan eksplorasi lanjutan di Sumatera Barat ketika menemukan adanya endapan batu bara di lembah Ombilin.
Sayangnya, ia tidak sempat melanjutkan penelitiannya karena meninggal dalam sebuah kecelakaan di sungai Indragiri.
Mereka berperan besar dalam mengembangkan proyek pertambangan batu bara di Ombilin sejak tahun 1874.
Mereka juga bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jalan kereta api, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan kota tambang Sawahlunto.
Jeda yang lama ini disebabkan oleh adanya hambatan birokrasi dari Pemerintah Belanda yang mengatur wilayah tersebut.
Selain itu, infrastruktur pendukung seperti rel kereta api dan pelabuhan yang menjadi sarana transportasi juga baru selesai dibangun pada tahun 1892.
Proses penambangan di Sawahlunto juga tidak terlepas dari peran seorang geolog Belanda bernama de Groet yang melakukan ekspedisi di daerah tersebut.
Mereka adalah para tahanan politik yang dipaksa bekerja tanpa upah.
Mereka dikenal dengan sebutan manusia rantai, karena harus mengenakan rantai besi di kaki, tangan, dan leher mereka saat bekerja.
Jumlah manusia rantai yang dipekerjakan mencapai ratusan, tapi mereka tidak mendapat perlakuan manusiawi.
Mereka harus bekerja siang malam dengan makanan yang tidak memadai. Banyak di antaranya yang meninggal karena kecelakaan, penyakit, atau kekerasan.
Lubang ini merupakan salah satu lubang tambang tertua di Sawahlunto yang dibuat pada tahun 1892.
Lubang ini memiliki ukuran tinggi dan lebar sekitar dua meter dengan kedalaman 15 meter dari permukaan tanah dan panjangnya sekitar ratusan meter.
Nama lubang ini diambil dari nama mandor yang bertugas di sana, yaitu Soero.
Ia adalah salah satu pekerja pribumi yang berhasil melarikan diri dari rantai besi dan menjadi pemimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Banyak pekerja tambang yang meninggal dunia dengan cara yang tidak layak, seperti ditimbun di dalam saluran air tanpa penguburan yang semestinya.
Selain itu, ada juga bangunan-bangunan tua yang dulunya digunakan sebagai tempat penampungan bagi pekerja tambang yang sakit parah dan tidak mendapat perawatan medis yang memadai, sehingga mereka harus menjemput ajal di sana.
Pada tahun 1930, tambang ini mencetak rekor produksi tertinggi dengan menghasilkan lebih dari 620.000 ton batu bara dalam setahun.
Angka ini setara dengan 90% dari total kebutuhan energi di wilayah jajahan Belanda saat itu.
Produksi tambang ini terus meningkat hingga mencapai puncaknya lagi pada tahun 1976 dengan total produksi sebesar 1.201.846 ton per tahun.
Demikian beberapa fakta menarik tentang tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Ombilin di Sawahlunto adalah tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tambang Batu Bara Ombilin, menjadi kawasan tambang tertua yang ada di Asia Tenggara dan dinobatkan menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO.
Baca SelengkapnyaBukti jalur kuno itu ditemukan terpisah-pisah. Tugas berat para peneliti untuk menyusun teka-teki yang tersebar di kawasan pegunungan.
Baca SelengkapnyaBurung endemik Sumenep ini punya beragam keunikahn.
Baca SelengkapnyaAndhi Pramono juga disebut sebagai makelar barang di luar negeri dan memberi karpet merah kepada pengusaha yang bergerak di bidang ekspor-impor.
Baca SelengkapnyaSatu di antara lima wisatawan yang terseret ombak Pantai Panjang Malang ditemukan tak bernyawa di perairan sekitar Tulungagung, perbatasan Kabupaten Trenggalek.
Baca SelengkapnyaSejauh ini, dari pemeriksaan luar tubuh korban, tidak ditemukan tanda-tanda adanya kekerasan.
Baca SelengkapnyaSelama ada pemblokiran tersebut, pengguna jalan lintas Sarolangun yang akan menuju ke Jambi belum bisa melintas.
Baca Selengkapnya