Konsumsi Telur Secara Ekstrem, Ini Hasil Eksperimen Mahasiswa Harvard
Dalam eksperimen sebulan dengan 720 telur, mahasiswa Harvard temukan bahwa kolesterol tinggi tak selalu picu LDL, jika didukung pola hidup sehat!
Telur merupakan salah satu sumber makanan yang kaya nutrisi dan sering kali dikaitkan dengan tingkat kolesterol dalam tubuh. Meskipun demikian, Nick Norwitz, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Harvard, berusaha menunjukkan bahwa mengonsumsi telur dalam jumlah besar tidak selalu berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Menurut laporan yang dirilis pada Selasa (26/11), Norwitz menjalani sebuah eksperimen dengan mengonsumsi sebanyak 720 butir telur dalam waktu satu bulan. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk meneliti dampak konsumsi telur terhadap kadar kolesterol dalam tubuh, khususnya kolesterol jahat atau LDL.
-
Apa makanan yang menyebabkan kolesterol tinggi? Selain Gorengan, Waspadai Makanan Berikut untuk Cegah Kolesterol Naik Kadar kolestero yang terlalu tinggi bisa meningkatkan resiko berbagai macam penyakit. Berikut beberapa makanan yang perlu diminimalisir konsumsinya.
-
Bagaimana telur mempengaruhi kolesterol? Tubuh manusia sebenarnya menghasilkan kolesterol sendiri, dan jumlah produksi ini lebih dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans daripada kolesterol dari makanan.
-
Apa itu kolesterol tinggi? Kolesterol tinggi mengacu pada kadar LDL dalam darah yang melebihi batas normal. Kadar kolesterol yang sehat menurut standar medis biasanya kurang dari 200 mg/dL untuk total kolesterol, di mana LDL sebaiknya di bawah 100 mg/dL. Sebaliknya, kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL) yang membantu membersihkan kolesterol jahat dari darah harus berada di atas 60 mg/dL.
-
Bagaimana kuning telur mempengaruhi kolesterol tubuh? Tubuh manusia memiliki mekanisme pengaturan yang canggih, di mana hati memproduksi lebih sedikit kolesterol ketika asupan kolesterol dari makanan meningkat.
Hasil dari penelitian yang dilakukannya ternyata mengejutkan banyak orang. Meskipun asupan kolesterol dari makanan meningkat secara signifikan, kadar LDL dalam tubuhnya justru menunjukkan penurunan. Penemuan ini menimbulkan pertanyaan mengenai rincian eksperimen tersebut dan apakah metode yang sama dapat diterapkan dengan aman oleh semua orang. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai dampak konsumsi telur terhadap kesehatan secara keseluruhan.
Detail Eksperimen Nick Norwitz
Nick Norwitz, seorang mahasiswa doktoral berusia 28 tahun, mengambil keputusan untuk mengonsumsi 720 telur dalam waktu satu bulan. Setiap harinya, ia mengolah 24 telur menjadi berbagai masakan, seperti orak-arik, telur goreng, telur rebus, dan omelet.
Norwitz menjalani diet ketogenik selama percobaan ini, yang dikenal sebagai pola makan rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Tujuannya adalah untuk mendorong tubuhnya beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi utama, menggantikan gula. Selain itu, ia juga tetap melakukan rutinitas olahraga berupa latihan kalistenik untuk mendukung eksperimennya.
Hasil Mengejutkan dari Konsumsi Telur Ekstrem
Hasil eksperimen ini memberikan temuan yang mengejutkan. Meskipun Norwitz mengonsumsi kolesterol dari makanan hingga 133.200 mg dalam waktu sebulan, kadar LDL di dalam tubuhnya justru mengalami penurunan sebesar 18 persen.
"Saya berhipotesis bahwa kolesterol dari makanan tidak akan meningkatkan LDL saya, dan hasilnya membuktikan hipotesis tersebut," kata Norwitz dalam wawancara dengan Dailymail.
Penurunan kadar LDL ini terjadi meskipun ia menambahkan 60 gram karbohidrat setiap hari pada dua minggu terakhir eksperimen, yang berasal dari konsumsi buah-buahan seperti pisang dan blueberry. Temuan ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara lemak dan karbohidrat dalam pola makan memiliki peranan yang signifikan dalam mengatur kadar kolesterol.
Mengapa Tidak Semua Orang Bisa Konsumsi Telur Berlebih?
Menurut Dr. James O'Keefe, yang merupakan anggota American College of Cardiology, mengonsumsi telur dalam porsi yang tepat dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan. Hal ini terutama disebabkan oleh kandungan protein dalam telur yang dapat membantu seseorang merasa kenyang lebih lama. Namun, O'Keefe menegaskan bahwa mengonsumsi telur secara berlebihan, seperti yang dilakukan oleh Norwitz, tidak dianjurkan untuk semua orang. "Jika Anda memiliki diabetes atau penyakit jantung, batasi konsumsi kuning telur hingga lima butir per minggu," ungkap O'Keefe seperti yang tercantum di laman TODAY.
Bagi mereka yang memiliki risiko kesehatan tertentu, mengonsumsi bagian putih telur dapat menjadi pilihan yang lebih aman karena tidak mengandung kolesterol. Di sisi lain, mengonsumsi kuning telur dalam jumlah yang berlebihan dapat memperburuk kondisi kesehatan pada beberapa individu. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan pribadi sebelum menentukan jumlah konsumsi telur, agar tetap mendapatkan manfaat tanpa menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar.
Manfaat dan Risiko Konsumsi Telur
Telur merupakan sumber nutrisi yang sangat baik, mengandung protein, vitamin D, serta omega-3 yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Mengonsumsi dua butir telur setiap hari dianggap aman dan dapat memberikan keuntungan kesehatan yang berkelanjutan, terutama jika memilih telur yang diperkaya omega-3.
Namun, penting untuk diingat bahwa mengonsumsi telur dalam jumlah yang berlebihan juga memiliki risiko. Beberapa studi mengindikasikan bahwa kandungan kolesterol tinggi pada kuning telur dapat berdampak pada kadar LDL pada beberapa orang, terutama bagi mereka yang mengalami masalah metabolisme.
Pelajaran dari Eksperimen Norwitz
Penelitian yang dilakukan oleh Norwitz menunjukkan bahwa pola makan dan gaya hidup memiliki pengaruh signifikan dalam pengaturan kadar kolesterol. Diet ketogenik yang diimbangi dengan aktivitas fisik yang rutin dapat membantu tubuh dalam memanfaatkan kolesterol secara lebih efektif.
Meskipun demikian, para ahli tetap menyarankan agar konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dilakukan dengan hati-hati dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap jenis makanan tertentu, sehingga sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum mencoba metode yang sama.
Apa saja tanda-tanda kadar kolesterol tinggi?
Kolesterol tinggi sering tidak menunjukkan gejala, tetapi bisa dideteksi melalui tes darah.
Apakah olahraga bisa menetralkan konsumsi kolesterol tinggi?
Olahraga membantu meningkatkan HDL dan mengurangi dampak negatif dari LDL.
Apakah telur aman dikonsumsi oleh anak-anak?
Ya, telur adalah sumber protein penting untuk pertumbuhan anak, tetapi jumlahnya perlu disesuaikan dengan kebutuhan mereka.