
Mengurai Penyebab Maraknya Aksi Pembullyan Bocah di Bawah Umur Kian Sadis
Pembullyan kini berubah arah ke tindak kriminal
Pembullyan kini berubah arah ke tindak kriminal
Belakangan ini kasus pembullyan sesama anak yang masih di bawah umur semakin sadis. Terlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Yakni, menendang, memukul bahkan memiting leher.
Melihat fenomena tersebut, Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menyebut itu adalah salah satu faktor jika anak-anak tidak mendapatkan pengakuan dan perhatian ketika sedang di fase pencarian jati diri.
merdeka.com
Keviralan anak-anak itu dengan mudah menyebar.
"Pertama, selama ada anak dan remaja sebagai anak kandung zaman, maka potensi antara mereka akan terus terjadi, jadi bukan hanya di era sekarang keliatannya brutal lalu di masa lalu tidak. Hanya saja di masa sekarang dengan hadirnya media sosial maka informasi yang jauh sekalipun bisa dengan mudah menyebar dimana-mana," kata Devie.
Faktor ketiga, anak-anak yang melakukan tindak kekerasan adalah mereka sebagai individu manusia yang menurut para pakar pertumbuhan emosinya lebih besar daripada rasio berpikir jernih.
Menurut Devie, rasio untuk berpikir jernih seseorang baru optimal di usia 24 tahun, tak heran kemudian jika anak-anak bahkan remaja menghadapi dinamika persoalan menggunakan emosinya sendiri, yang kemudian menjadi 'sopir' diri mereka.
Devie menilai, faktor terakhir yang mendorong anak-anak berbuat tindak keji merupakan pengaruh dari tontonan. Ia menyebut, apa yang ditonton anak membentuk suatu perilaku agresif anak-anak.
"Tontonan anak-anak zaman sekarang, paling isinya kekerasan semua di handphonenya, kalau enggak kekerasan, judi online, pornografi. Ya akhirnya anak, menjadikan kekerasan sebagai rujukan untuk menyelesaikan masalahnya. Ingat, otak anak itu baru optimal ketika berumur 24, sedangkan kontennya begitu semua," jelas Devie.
Di samping itu, Devie menegaskan, sistem pendidikan Indonesia saat 30-40 tahun lalu juga berpengaruh terhadap anak-anak di zaman ini, sebab dahulu mereka tidak disediakan fasilitas untuk menunjukkan pengakuan dan perhatiannya.
merdeka.com
Menurutnya, apa yang telah dimulai Presiden Joko Widodo hari ini dengan adanya Merdeka Belajar di seluruh lini pendidikan, jika program tersebut diteruskan, Devie menyebut dampaknya baru akan terasa paling cepat 30-40 tahun kedepan.
kata Nahar.
Merujuk pada banyaknya kasus pembullyan, Nahar, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI tengah mengupayakan perlindungan bagi korban dan penegakan hukum bagi pelaku, pihaknya memiliki tiga strategi diantaranya: strategi pencegahan, mekanisme penanganan, dan penguatan kelembagaan.
"Upaya KPPPA tentu merujuk pada tugas dan kewenangan PPPA. Khusus untuk mencegah kasus-kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah, kita lakukan tiga strategi. Strategi pertama itu pencegahan, mekanisme penanganan, dan penguatan kelembagaan," jelas Nahar saat dihubungi (2/10).
Reporter Magang: Fandra Hardiyon
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Risma mengatakan, keterbatasan bukanlah sebuah hambatan untuk meraih kesuksesan.
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaPembunuhan ini mencoret nama TNI AD di masyarakat. Untuk itu pelaku harus ditindak berat.
Baca SelengkapnyaKepolisian menegaskan penyebab tewasnya korban tidak terkait ‘bullying' atau perundungan.
Baca SelengkapnyaTersangka FO sempat membantah dan mengaku jika dirinya tidak melakukan penikaman terhadap korban CR.
Baca SelengkapnyaKasus perundungan terus terjadi di dunia pendidikan. Pihak sekolah harus lebih tegas menerapkan hukuman kepada pelaku.
Baca SelengkapnyaSaat ini korban FF yang dipukul dan ditendang korban sedang menjalani perawatan.
Baca Selengkapnya