5 Faktor Pelaku Melakukan Bullying, Salah Satunya Balas Dendam
Seseorang yang menjadi pelaku pembulian biasanya memiliki alasan baik dari dalam dirinya, keluarga atau bahkan lingkungan pertemanan.
Apakah kamu pernah menyaksikan pembullyan atau perundungan secara langsung, atau mungkin melalui media sosial? Situasi-situasi tersebut sering kali membuat kita merasa marah dan terluka, terutama terhadap pelaku.
Ketika perundungan terjadi di antara anak-anak sekolah dasar, banyak yang merasa khawatir dan cenderung menyalahkan orang tua serta pihak sekolah. Namun, apakah kamu menyadari bahwa di balik tindakan perundungan terdapat berbagai alasan yang mungkin mendasarinya?
-
Apa yang dilakukan pelaku bully? Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku.Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Kenapa pelaku bullying merasakan dampak buruk? Mereka cenderung mengembangkan perilaku agresif yang dapat berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko terlibat dalam tindakan kriminal atau kekerasan lainnya.
-
Kenapa bullying bisa membuat rasa dendam dalam hati? Bullying membuat rasa dendam dalam hati terus berkembang, sampai nantinya rasa kesal itu akan terbalaskan dan lebih kejam dibandingkan dengan hari ini.
-
Apa itu bullying? Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang lain.
-
Bagaimana bullying bisa menguatkan perilaku negatif pada pelaku? Bullying sering kali berawal dari rasa tidak aman yang mendalam, keinginan untuk berkuasa atau mengendalikan, atau kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu.
Banyak pelaku perundungan merasakan tekanan, ketakutan akan pengucilan, atau bahkan berusaha membalas dendam atas pengalaman buruk yang pernah mereka alami. Berikut adalah beberapa alasan mengapa seseorang melakukan perundungan, seperti yang dilaporkan oleh Parents, pada Jumat (27/9):
1. Merasa memiliki kekuasaan
Salah satu alasan utama seseorang melakukan perundungan adalah untuk merasakan kekuasaan. Banyak pelaku bullying menargetkan individu yang dianggap memiliki status lebih rendah. Tindakan ini sering kali muncul dari perasaan tidak berdaya dalam hidup mereka sendiri, yang mendorong mereka untuk melampiaskan frustrasi kepada orang lain. Dalam kelompok, individu yang merasa terasing atau tidak memiliki minat yang sama sering kali beralih ke perilaku negatif. Mereka berusaha mendominasi orang-orang yang dianggap tidak memiliki cukup kekuatan dalam konteks sosial.
Merasa Terkenal
Pelaku perundungan biasanya memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan korban mereka. Dengan kekuasaan yang dimiliki, mereka melakukan berbagai tindakan bullying, mulai dari ejekan, penghinaan, hingga kekerasan fisik. Selain itu, mereka juga menciptakan suasana tidak nyaman melalui gosip dan penyebaran rumor. Di sisi lain, individu dengan status sosial menengah yang terlibat dalam perundungan sering kali berusaha untuk mendapatkan kekuasaan sosial. Mereka merundung orang-orang yang berada di bawah mereka untuk menarik perhatian dan merendahkan orang lain. Memahami motivasi di balik perilaku ini sangat penting agar kita dapat mengatasi perundungan dengan lebih efektif dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Pembalasan Dendam
Tidak dapat dipungkiri bahwa individu yang pernah menjadi korban bullying bisa saja bertransformasi menjadi pelaku. Tindakan ini biasanya dilakukan sebagai upaya untuk membalas dendam. Mereka cenderung akan mengulangi perlakuan yang pernah mereka alami, seperti pelecehan dan penyiksaan, kepada orang lain. Ketika mereka berhasil melakukan hal tersebut sesuai keinginan, mereka akan merasakan kepuasan tersendiri. Perasaan lega akan muncul seolah-olah mereka telah menuntaskan balas dendam. Mereka akan melampiaskan dendam tersebut kepada orang-orang yang dianggap lebih rendah atau bahkan kepada pelaku yang pernah menganiaya mereka.
Ada Masalah di Rumah
Salah satu penyebab perundungan adalah minimnya kekuasaan dan kontrol di dalam rumah. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana keluarga yang penuh kekerasan seperti dimarahi atau dipukul oleh orang tua cenderung meniru perilaku tersebut. Mereka kemudian mencari korban lain yang dianggap lebih lemah atau berada di posisi yang lebih rendah. Selain itu, interaksi antara saudara juga dapat mempengaruhi perilaku ini.
Contohnya, seorang kakak yang mengintimidasi adiknya melalui tindakan menyiksa atau mengejek dapat membuat adiknya merasa tidak berdaya. Dalam upaya untuk membalas, si adik sering kali melampiaskan perasaannya dengan meniru cara kakaknya menindasnya. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua orang. Dengan menyadari pengaruh dari lingkungan keluarga, kita dapat lebih efektif dalam mencegah perundungan.
Khawatir Menjadi Sasaran
Salah satu alasan yang mendorong individu untuk terlibat dalam perundungan adalah keinginan untuk diakui dalam kelompok teman. Anak-anak dan remaja sering kali mengalami perubahan emosi yang cepat, sehingga mereka lebih cenderung meniru perilaku yang dianggap benar oleh teman-teman mereka, meskipun perilaku tersebut jelas salah. Rasa takut menjadi korban perundungan juga mempengaruhi mereka. Banyak yang merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan tindakan kelompok, meskipun mereka tidak setuju dengan hal tersebut. Dalam kondisi seperti ini, mereka lebih memilih untuk berperan sebagai pelaku daripada menjadi target, sehingga mengabaikan dampak negatif dari tindakan itu. Memahami dinamika ini sangat penting untuk menciptakan suasana sosial yang lebih positif dan mendukung.