Tak Banyak yang Tahu, Ini Keunikan Bahasa Betawi Dialek Jawa
Dialek Betawi Jawa ini memang belum banyak yang mengatahui, dan menjadi budaya unik serta khas.

Selama ini, bahasa Betawi dikenal memiliki akhiran “e” di belakang kata yang terucap. Beberapa contoh tersebut di antaranya, “gue” (aku), “ade” (ada), “saye” (saya) dan seterusnya. Namun siapa sangka bahwa terdapat variasi unik lainnya dari budaya berbahasa orang sekitar Jakarta tersebut, yakni dialek Jawa.
Iya, Anda tidak salah dengar. Memang sudah turun temurun terdapat variasi unik dalam tradisi komunikasi lisan warga sekitar ibu kota itu. Meski demikian, dialek Jawa yang dimaksud bukanlah dominan, alias hanya beberapa kata yang disebutkan.
Biasanya, dialek ini terucap saat para penuturnya tengah mengekspresikan suatu kegiatan atau perasaan sehari-hari. Dialek Betawi Jawa ini memang belum banyak yang mengatahui, dan menjadi budaya unik serta khas.
Penasaran dengan kehadiran bahasa Betawi dialek Jawa? Mari simak sederet keunikannya berikut ini.
Dikenal dengan Nama Betawi Ora

Dalam buku Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, penulis, Abdul Chaer, menjelaskan bahwa bahasa Betawi dengan dialek Jawa itu biasa dikenal dengan Betawi Ora.
Kata “Ora” telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa untuk menyampaikan kata tidak. Dan memang itulah arti dari ungkapan tidak setuju, tidak ingin atau tidak berjalan.
“Oleh karena digunakannya kata ‘Ora’ dalam arti tidak, maka bahasa Betawi tersebut dikenal Betawi Ora,” tulis Chaer di bukunya, dikutip Merdeka.com, Selasa (27/8).
Populer di Bekasi, Depok sampai Tangerang Selatan

Dalam bukunya, Chaer juga menyebut jika bahasa Betawi Ora tidak dituturkan oleh warga di pusat wilayah Jakarta. Biasanya, kultur ini melekat di kawasan kota-kota satelit seperti Bekasi, Depok hingga Tangerang Selatan (Pamulang).
Betawi Ora bukan hanya sebagai selingan, melainkan bahasa yang aktif dituturkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahasa Betawi ini dituturkan oleh masyarakat pinggiran yang jauh dari kota,” tulis Chaer.
Campuran Kosa Kata Jawa dan Sunda
Keunikan bahasa Betawi Ora bisa dilihat dari beberapa kosa katanya yang memiliki arti serupa dalam bahasa Jawa seperti “Ora” artinya tidak, “Madang” artinya makan, “Nemen” artinya sangat, “Bagen” artinya biarkan saja dan “Ilok” artinya pantas.
Merujuk Wikipedia, keunikan bahasa Betawi Ora, rupanya tidak hanya itu. Beberapa kata juga terindikasi memakai istilah Sunda seperti “Bae” (biarin), “Embung” (tidak mau), “Antepin” (diamkan) dan “Pisan” (sangat).
Keunikan ini menjadi bukti bahwa budaya dan tradisi sosial masyarakat Betawi sudah majemuk dan kaya sejak masa lampau.
Perlu Dikenalkan Secara Luas
Sayangnya kearifan lokal ini tidak banyak diketahui orang, padahal bahasa Betawi menjadi salah satu warisan tradisi lawas dengan nilai interaksi sosial yang tinggi.
Namun belakangan, bahasa Betawi Ora mulai dikenalkan secara kreatif oleh beberapa konten kreator di media sosial. Salah satu yang sempat viral adalah akun Instagram @meydizufany.
Di sana, ia mengenalkan Betawi Ora melalui interaksi penjual dan pembeli di sebuah warteg. Kemudian, terjadilah percakapan karena pembeli tak memiliki uang dan ingin berutang. Dalam dialog yang dimainkan, bahasa yang digunakan adalah Betawi Ora.
“Madang, gua (mau makan, saya). Buruan sendokin,” kata pembeli
“Ora jelas elu (nggak jelas kamu), ora pengen (nggak pengen) gua buatin makanan elu kalo utang,” kata kreator video yang berperan sebagai penjual.