
Kisah Oey Kiat Tjin, Kapitan Terakhir di Kota Tangerang yang Terlupakan
Setelah Oey Kiat Tjin wafat, tidak ada sosok kapitan lain yang menggantikannya.
Setelah Oey Kiat Tjin wafat, tidak ada sosok kapitan lain yang menggantikannya.
Seorang kapitan memegang peranan penting di masa kolonial Belanda, yakni untuk mengatur aktivitas sosial dari komunitas Tionghoa di suatu kota.
Seorang kapitan biasanya berwenang untuk mengelola kegiatan administrasi, politik, sampai keagamaan, hingga posisinya setara dengan camat atau wali kota.
Dengan peradaban Cina Bentengnya yang kuat di masa silam, Kota Tangerang, Banten pernah memiliki sosok kapitan yang berpengaruh bernama Oey Kiat Tjin. Dahulu, ia berjasa untuk mengangkat komunitas Cina Benteng agar setara dengan etnis lainnya di Tangerang.
Sayangnya, Oey Kiat Tjin merupakan sosok Cina Benteng terakhir yang pernah memimpin.
Sepeninggal dirinya, Kota Tangerang sudah tidak lagi memiliki seorang kapitan. Simak kisah selengkapnya.
Saat itu, Oey Kiat Tjin menjalankan kepemimpinannya untuk menggantikan kapitan yang telah wafat yakni Oey Djie San.
Oey Djie San merupakan ayah dari Oey Kiat Tjin, sehingga status kepemimpinannya dilakukan secara turun temurun.
Ia menjalankan posisi sebagai kapitan selama enam tahun, mulai 1928 sampai dirinya wafat pada 1934.
Di masa kolonial Belanda, seorang kapitan tidak boleh dipilih secara sembarangan.
Gambar: Makam Oey Kiat Tjin (YouTube Elsa Novia Sena)
Terdapat sejumlah aturan, seperti sosoknya yang harus berpengaruh terhadap komunitas dan sistem sosial, lalu memiliki strategi yang kuat sampai harus yang paling kaya.
Oey Kiat Tjin kemudian masuk dalam kriteria itu, sehingga dipilih. Bahkan, ia juga merupakan seorang tuan tanah di wilayah Karawaci. (Landheer Karawatji Kapitein der Chinezen Tangerang)
Sayangnya, setelah ia wafat, sistem kapitan kemudian diputus sehingga tidak ada generasi penerus, baik dari etnis Tionghoa sendiri maupun etnis luar pribumi lainnya.
Dalam aturan, seorang kapitan memang tidak harus dari etnis Tionghoa, namun bisa dari etnis lainnya.
Oey Kiat Tjin mejadi sosok pemimpin etnis Tionghoa yang terkemuka dan berpengaruh di masanya.
Saat ini sosok Oey Kiat Tjin mulai terlupakan. Ini terlihat dari kondisi makamnya yang sempat terbengkalai dan tidak terurus. Kondisi kumuh dan kotor menghiasi makam Oey Kiat Tjin. Di sana juga terlihat banyak vandalisme sehingga tidak enak dipandang.
Melihat kondisi demikian, seorang kreator budaya Tionghoa, Elsa Novia Sena bersama komunitas Cide Kode Benteng tergerak untuk melakukan napak tilas.
Tak sampai di situ, mereka juga bergotong royong membersihkan makam sang kapitan terakhir yang terletak di Jalan Cinda RT 001/RW 003, Nusa Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, pada Januari 2023 lalu.
Sementara itu, Elsa menuturkan harapannya agar sosok Oey Kiat Tjin bisa menjadi salah satu inspirasi yang bernilai sejarah.
Lokasi makamnya juga bisa jadi salah satu destinasi edukasi bagi masyarakat Kota Tangerang, khususnya tentang peranakan Tiongha Cina Benteng yang sudah lama hadir.
"Mudah-mudahan, Makam Kapiten Oey Kiat Tjin dapat segera menjadi Cagar Budaya. Sehingga, jejak sejarah peranakan Tiongha Cina Benteng di Kota Tangerang dapat lestari dan menjadi edukasi bagi masyarakat Kota Tangerang," pungkas Elsa.
Sumber: laman Pemkot Tangerang
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tenggelamnya kapal penyeberangan di Buton Tengah mengakibatkan 15 orang tewas. Diduga kapal tersebut kelebihan muatan seusai merayakan HUT
Baca SelengkapnyaSatu di antara lima wisatawan yang terseret ombak Pantai Panjang Malang ditemukan tak bernyawa di perairan sekitar Tulungagung, perbatasan Kabupaten Trenggalek.
Baca SelengkapnyaKPK mengungkap uang yang ditemukan dalam penggeledahan di sebuah rumah di Jagakarsa, Jakarta Selatan senilai Rp400 juta.
Baca SelengkapnyaPras memanggil Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Asep Kuswanto untuk maju ke depan meja pimpinan rapat.
Baca SelengkapnyaKPK kembali menggelar operasi tangkap tangan (OTT).
Baca SelengkapnyaPenyidik Kejaksaan Agung menggeledah 7 kantor di Medan terkait korupsi izin persetujuan ekspor (PE) CPO. Mereka juga memeriksa 17 saksi terkait kasus itu.
Baca SelengkapnyaKapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Baca Selengkapnya