Junjung Tinggi Tradisi Jawa, Ini Momen Ruwatan Dua Anak Laki-Laki Soimah
Sungkeman
Sebelum acara ruwatan dimulai, Aksa dan Diksa tampak bersimpuh di hadapan kedua orang tuanya. Mereka sungkeman kepada ayah dan ibunya untuk meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat sebelumnya.
Di momen sungkeman ini, suasana pun tiba-tiba berubah menjadi haru. Tampak Soimah dan suami mengelus kepala kedua anaknya sambil menahan air mata.
Siapkan Air Kembang
Soimah dan Koko juga tampak mempersiapkan air kembang yang akan digunakan untuk meruwat kedua anaknya. Mereka tampak memegang irus yang terbuat dari batok kelapa bersama.
Ruwatan merupakan prosesi turun-temurun yang dilakukan masyarakat Jawa. Konon hal ini dipercaya sebagai simbol untuk membebaskan seseorang dari potensi mara bahaya dan diberi keselamatan.
berita untuk kamu.
Mulai Acara Ruwatan
Setelah serangkaian acara dilakukan, mereka memulai acara ruwatan. Dimulai dengan Koko yang memandikan anak pertamanya dengan air yang sudah disiapkan sebelumnya. Kedua anaknya juga tampak memakai kalung melati.
Setelah Koko, kini giliran Soimah yang memandikan kedua anak laki-lakinya. Ia memandikan anaknya sambil tersenyum dan memberi nasihat dan doa-doa untuk putranya.
Usai meruwat kedua anak laki-lakinya, Soimah dengan penuh kasih sayang mencium pipi kedua putranya. Suasana tampak mengharukan saat prosesi ini berlangsung.
Dihadiri Keluarga Besar
Acara ruwatan dilakukan di Pendopo Tulungo, Yogyakarta milik Soimah. Di acara ini, tampak hadir keluarga besar untuk mendoakan keselamatan bagi dua anak laki-laki Soimah.
- Astuti Dwi Ramadhani
Tradisi ini bertujuan agar sang anak dan keluarganya terhindar dari kesialan
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaNada uniknya tercipta dari tepukan tangan sang ayah di permukaan air sungai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jampe Harupat merupakan tradisi lisan orang tua Sunda di zaman dahulu kepada anaknya agar tumbuh dengan kondisi sehat dan baik.
Baca SelengkapnyaRombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaWalau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaSuasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca Selengkapnya