Paus Fransiskus, Gembala Rendah Hati yang Mewariskan Dunia dengan Cinta dan Persaudaraan
Paus Fransiskus dikenal karena kesederhanaannya yang luar biasa, mencerminkan komitmennya untuk melayani umat dan Tuhan.

Pada 21 April 2025, dunia kehilangan sosok pemimpin spiritual yang luar biasa: Paus Fransiskus, yang wafat di usia 88 tahun. Namun, warisan beliau tak hanya berupa kenangan, melainkan juga jejak nyata dalam membangun dunia yang lebih adil, penuh kasih, dan bersaudara.
Fratelli Tutti: Manifesto Persaudaraan Global
Salah satu tonggak penting dalam kepemimpinan Paus Fransiskus adalah ensiklik Fratelli tutti yang diterbitkan pada 3 Oktober 2020. Dokumen ini mengajak umat manusia untuk membangun persaudaraan universal dan persahabatan sosial, menekankan bahwa semua manusia adalah saudara dan saudari yang saling terhubung.
Paus Fransiskus mengkritik keras budaya individualisme, konsumerisme, dan politik yang memecah belah, serta menyerukan dialog, solidaritas, dan cinta kasih sebagai jalan menuju dunia yang lebih damai dan adil.
Dalam Fratelli tutti, beliau menyoroti pentingnya politik yang melayani kebaikan bersama, bukan kepentingan pribadi atau kelompok. Beliau juga menolak keras perang dan hukuman mati, serta menekankan peran agama dalam membangun perdamaian dan persaudaraan.

Paus yang Dekat dengan Umat
Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan umatnya. Beliau sering menyapa langsung umat di Lapangan Santo Petrus, bahkan di tengah pandemi COVID-19, beliau tetap berusaha hadir melalui siaran langsung Misa harian dari kapel kediamannya di Casa Santa Marta. Pada 27 Maret 2020, beliau memimpin doa khusus di Lapangan Santo Petrus yang kosong, memberikan berkat Urbi et Orbi di tengah hujan, sebuah momen yang menggugah hati jutaan orang di seluruh dunia.
Kedekatan beliau dengan umat juga terlihat dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai tokoh, dari pemimpin dunia hingga selebriti. Namun, yang paling berkesan adalah perhatian beliau kepada "orang kecil": menyapa petugas kebersihan, mendoakan orang sakit, dan bercanda dengan anak-anak. Beliau benar-benar menjadi "gembala yang berbau domba", seperti yang sering beliau tekankan kepada para imam.

Pejuang Perdamaian yang Tak Kenal Lelah
Sejak awal kepemimpinannya, Paus Fransiskus konsisten menyerukan perdamaian di tengah dunia yang dilanda konflik. Beliau mengecam keras perdagangan senjata dan menyerukan perlucutan senjata nuklir, seperti yang beliau sampaikan saat mengunjungi Hiroshima dan Nagasaki pada 2019.
Salah satu tindakan simbolis yang menggugah adalah saat beliau mencium kaki para pemimpin Sudan Selatan pada 2019, memohon mereka untuk berdamai demi rakyat mereka. Beliau juga menjadi paus pertama yang mengunjungi Irak pada 2021, membawa pesan harapan dan rekonsiliasi di negara yang hancur akibat perang.
Warisan Spiritual dan Keinginan Terakhir
Dalam wasiat spiritualnya yang ditulis pada 29 Juni 2022, Paus Fransiskus mengungkapkan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, bukan di Basilika Santo Petrus seperti tradisi sebelumnya. Beliau memilih tempat ini karena devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria, khususnya ikon Salus Populi Romani yang sering beliau kunjungi sebelum dan sesudah perjalanan apostolik.
Pemakaman beliau dijadwalkan pada 26 April 2025, dengan prosesi yang sederhana sesuai permintaannya. Beliau akan dimakamkan di ruang kecil yang dulunya digunakan untuk menyimpan lilin, tanpa peti mati bertingkat atau ornamen mewah, hanya dengan nama "Franciscus" terukir di batu nisannya.

Warisan yang Abadi
Paus Fransiskus telah meninggalkan dunia, namun semangat dan ajarannya akan terus hidup dalam hati umat Katolik dan seluruh umat manusia. Beliau mengajarkan bahwa cinta, persaudaraan, dan kerendahan hati adalah kunci untuk membangun dunia yang lebih baik. Warisan beliau adalah panggilan bagi kita semua untuk melanjutkan perjuangan menuju dunia yang lebih adil, damai, dan penuh kasih.