Laparoskopi Bisa Jadi Pilihan untuk Atasi Masalah GERD
Laparoskopi merupakan cara untuk mengatasi GERD yang sudah terlanjur parah.
asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan gejala seperti rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis, dan suara serak. GERD sering kali bisa ditangani dengan obat-obatan, namun ada sejumlah kasus di mana terapi medis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada situasi seperti ini, bedah laparoskopi dapat menjadi solusi yang efektif.
Bedah laparoskopi adalah metode operasi minimal invasif yang hanya memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah khusus. “Laparoskopi untuk GERD adalah pilihan yang sangat efektif bagi pasien yang tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan,” ujar dokter spesialis bedah digestif dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD dari Bethsaida Hospital Gading Serpong dilansir dari Antara.
-
Apa itu GERD? GERD adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung dan isi lambung lainnya mengalir kembali ke kerongkongan (esofagus) secara berulang dan menyebabkan gejala yang tidak nyaman.
-
Apa yang menyebabkan GERD? GERD disebabkan oleh refluks asam lambung, yaitu naiknya asam dari perut ke kerongkongan. Saat Anda menelan, otot cincin di bagian bawah kerongkongan yang disebut sfingter esofagus bagian bawah, akan mengendur untuk membiarkan makanan dan cairan masuk ke perut, kemudian menutup kembali. Namun, jika sfingter ini tidak berfungsi dengan baik atau melemah, asam lambung bisa kembali ke kerongkongan.
-
Dimana GERD menyerang? GERD terutama mempengaruhi esofagus, sedangkan tukak lambung biasanya terjadi di perut atau usus halus.
-
Bagaimana cara kerja GERD? GERD terjadi ketika asam dari perut naik ke esofagus—saluran yang menghubungkan mulut ke perut. Biasanya, ada otot seperti karet gelang yang menjaga agar isi perut tidak kembali ke esofagus. Namun, jika otot ini melemah atau tekanan di perut terlalu tinggi, isi perut bisa masuk ke esofagus.
-
Bagaimana puasa membantu mengurangi gejala GERD? Salah satu penjelasan utamanya adalah perubahan pola makan yang lebih teratur. Saat berpuasa, waktu makan menjadi terjadwal, sehingga dapat mengurangi kebiasaan makan sembarangan yang sering kali mencakup makanan tidak sehat.
-
Apa yang membedakan GERD dan maag? GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan, yang dapat menyebabkan gejala seperti rasa terbakar di dada (heartburn) dan kesulitan menelan. Sementara itu, maag adalah radang pada lambung yang sering disebabkan oleh infeksi atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid.
Bagaimana Laparoskopi Dapat Mengatasi GERD?
GERD disebabkan oleh lemahnya katup antara lambung dan esofagus, yang dikenal sebagai lower esophageal sphincter (LES). Katup yang tidak berfungsi dengan baik ini memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan, sehingga menimbulkan berbagai gejala. Dalam prosedur laparoskopi, katup ini diperbaiki sehingga dapat berfungsi normal kembali dan mencegah asam lambung naik.
Menurut dr. Eko, “Dengan teknik tersebut, katup antara lambung dan esofagus yang menjadi penyebab utama refluks asam bisa diperbaiki, dan pasien biasanya dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan operasi konvensional.”
Keunggulan Laparoskopi Dibandingkan Operasi Tradisional
Salah satu keunggulan utama bedah laparoskopi adalah pemulihan yang lebih cepat. Karena prosedur ini hanya melibatkan sayatan kecil, risiko infeksi pascaoperasi dan nyeri yang dialami pasien pun minimal.
"Pasien biasanya pulih lebih cepat dan dapat segera kembali beraktivitas dibandingkan dengan operasi terbuka tradisional," tambah dr. Eko.
Selain itu, laparoskopi juga menawarkan hasil yang lebih baik bagi pasien yang mengalami komplikasi serius akibat GERD. Misalnya, mereka yang menderita esofagitis (radang pada esofagus), penyempitan esofagus, atau Barrett's esophagus—kondisi di mana sel-sel di lapisan esofagus mengalami perubahan yang dapat meningkatkan risiko kanker esofagus.
Kapan Laparoskopi Disarankan?
Bedah laparoskopi untuk GERD biasanya direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gejala kronis yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Mereka yang harus terus-menerus menggunakan antasida atau proton pump inhibitors (PPI) untuk mengontrol gejala, tetapi tidak mendapatkan perbaikan yang signifikan, juga merupakan kandidat yang tepat untuk prosedur ini.
“Pasien yang mengalami efek samping dari pengobatan jangka panjang, seperti penurunan kualitas hidup, juga direkomendasikan untuk menjalani laparoskopi,” kata dr. Eko.
Prosedur laparoskopi untuk GERD secara umum dianggap aman dan efektif. Meski ada risiko kecil seperti pada operasi lainnya, laparoskopi cenderung lebih aman dibandingkan operasi terbuka karena sifatnya yang minimal invasif.
"Meskipun pengobatan dengan obat-obatan dapat mengurangi gejala, tidak semua pasien mendapatkan hasil yang memuaskan, dan di sinilah laparoskopi menjadi solusi yang bermanfaat," jelas dr. Eko.
Dengan pemulihan yang cepat dan risiko komplikasi yang rendah, laparoskopi bisa menjadi pilihan terbaik bagi pasien GERD yang mencari solusi jangka panjang. Namun, seperti halnya prosedur medis lainnya, keputusan untuk menjalani laparoskopi harus didiskusikan dengan dokter ahli untuk memastikan bahwa metode ini adalah pilihan terbaik sesuai dengan kondisi pasien.
Laparoskopi memberikan harapan baru bagi penderita GERD yang tidak bisa lagi mengandalkan obat-obatan. Prosedur ini tidak hanya memperbaiki gejala, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.