Apa yang Membedakan GERD dan Mag? Meski Sering Disamakan namun Penanganannya Berbeda
Perbedaan antara GERD dan Mag, Sering Dianggap Sama namun Ternyata Memiliki Penyebab dan Penanganan yang Berbeda.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) dan mag sering dianggap sama karena gejala yang mirip, tetapi sebenarnya keduanya merupakan kondisi yang berbeda dengan penyebab yang berbeda pula. GERD jauh lebih umum dibandingkan mag. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara keduanya agar dapat mengelola kondisi kesehatan dengan tepat. Artikel ini akan membahas perbedaan antara GERD dan mag, serta bagaimana cara membedakannya dari gejala yang muncul.
Dilansir dari GoodRx Health, GERD terjadi ketika asam dari perut naik ke esofagus—saluran yang menghubungkan mulut ke perut. Biasanya, ada otot seperti karet gelang yang menjaga agar isi perut tidak kembali ke esofagus. Namun, jika otot ini melemah atau tekanan di perut terlalu tinggi, isi perut bisa masuk ke esofagus. Hal ini dapat merusak esofagus karena tidak tahan terhadap asam seperti perut. Gejala umum GERD meliputi rasa terbakar di dada, batuk, dan rasa tidak nyaman setelah makan.
-
Apa yang membedakan GERD dan maag? GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan, yang dapat menyebabkan gejala seperti rasa terbakar di dada (heartburn) dan kesulitan menelan. Sementara itu, maag adalah radang pada lambung yang sering disebabkan oleh infeksi atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid.
-
Apa itu GERD? GERD adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung dan isi lambung lainnya mengalir kembali ke kerongkongan (esofagus) secara berulang dan menyebabkan gejala yang tidak nyaman.
-
Bagaimana cara membedakan sakit maag dan serangan jantung? 'Salah satu cara untuk mengetes orang sakit lambung atau serangan jantung ini kalau dia minum obat lambung, ada perbaikan dari rasa nyerinya. Kalau serangan jantung tentu tidak,' kata dokter Sally beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Apa perbedaan nyeri dada pada maag dan serangan jantung? Secara spesifik, penderita tukak lambung biasanya merasakan nyeri di ulu hati yang tidak menjalar. Terkait serangan jantung, rasa nyeri di dada tersebut cenderung menyebar ke daerah sekitar pembuluh koroner yang tersumbat.
-
Makanan apa yang bisa memperburuk GERD? Makanan seperti kentang goreng, ayam goreng, donat, dan makanan instan yang berminyak dan digoreng dapat memperburuk gejala GERD.
-
Apa gejala sakit maag? Maag atau dispepsia adalah suatu sindrom yang ditandai dengan berbagai gejala seperti rasa tidak nyaman, mual, nyeri, kembung, dan cepat kenyang.
Sementara itu, mag atau tukak lambung adalah luka terbuka yang terbentuk di lapisan perut atau bagian awal usus halus yang disebut duodenum. Sama seperti GERD, tingginya kadar asam lambung bisa menyebabkan tukak lambung. Namun, GERD dan tukak lambung mempengaruhi area yang berbeda. GERD terutama mempengaruhi esofagus, sedangkan tukak lambung biasanya terjadi di perut atau usus halus. GERD menyebabkan iritasi pada lapisan jaringan, sedangkan tukak lambung mengikis lapisan jaringan. Analogi yang berguna adalah GERD seperti ombak laut yang membuat pasir kering menjadi basah, sementara tukak lambung seperti erosi pantai yang terjadi secara perlahan.
Gejala GERD dan Mag
Meskipun GERD dan mag dapat memiliki gejala yang mirip, seperti nyeri perut atas yang terbakar, mual, dan penurunan nafsu makan, ada perbedaan signifikan. Nyeri mag biasanya dirasakan di perut atas dan bisa terasa lebih baik setelah makan, sedangkan nyeri GERD sering kali memburuk setelah makan dan mungkin disertai dengan sensasi terbakar di dada (heartburn). Mag juga bisa menyebabkan muntah darah atau tinja hitam, tanda pendarahan, yang tidak terjadi pada GERD.
Penyebab GERD dan Mag
GERD disebabkan oleh refluks asam lambung, yaitu naiknya asam dari perut ke kerongkongan. Saat Anda menelan, otot cincin di bagian bawah kerongkongan yang disebut sfingter esofagus bagian bawah, akan mengendur untuk membiarkan makanan dan cairan masuk ke perut, kemudian menutup kembali. Namun, jika sfingter ini tidak berfungsi dengan baik atau melemah, asam lambung bisa kembali ke kerongkongan. Aliran asam yang terus-menerus ini dapat mengiritasi dan meradang lapisan kerongkongan.
Sementara itu, penyebab paling umum dari tukak lambung adalah infeksi bakteri H. pylori dan penggunaan berlebihan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Kedua penyebab ini menyumbang sekitar 99% dari kasus tukak lambung yang ditangani oleh penyedia layanan kesehatan di AS.
- Infeksi H. pylori: H. pylori adalah infeksi bakteri yang sangat umum dan mempengaruhi hingga setengah dari populasi global. Bakteri ini terutama berada di lambung Anda. Pada banyak orang, infeksi ini tidak menimbulkan masalah, tetapi kadang-kadang bisa berkembang biak secara berlebihan. Saat bakteri terus berkembang, mereka akan merusak lapisan lambung, menyebabkan peradangan kronis yang akhirnya mengarah pada tukak lambung.
- NSAID: NSAID (obat anti inflamasi nonsteroid), seperti ibuprofen, naproxen, dan aspirin, adalah pereda nyeri yang sering digunakan tetapi dapat mengiritasi lapisan lambung dan menghambat zat pelindungnya. Meskipun lapisan lambung biasanya bisa pulih dari iritasi ringan, penggunaan NSAID yang berlebihan mengurangi kemampuan lapisan lambung untuk memperbaiki diri, sehingga menghambat proses pemulihan.
- Infeksi Lain: Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi bakteri, virus, atau jamur lain dapat menyebabkan gastritis erosif di lambung.
- Sindrom Zollinger-Ellison: Kondisi langka ini menyebabkan produksi asam lambung yang berlebihan, yang mengikis lapisan lambung.
- Stres Fisiologis Berat: Anda mungkin mengalami tukak stres jika tubuh Anda berjuang untuk pulih dari penyakit atau cedera yang mengancam jiwa. Stres fisiologis yang berat dapat mengubah keseimbangan pH Anda, membuat lambung menjadi lebih asam.
Pengobatan GERD dan Mag
Pengobatan tukak lambung dan GERD hampir sama, namun umumnya penanganan tukak lambung tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala ringan dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, seperti menghindari makanan berlemak dan pedas, cukup tidur, berolahraga secara teratur, serta mengurangi konsumsi alkohol dan kafein. Pada kasus yang lebih parah, dispepsia diobati dengan obat-obatan, termasuk antasida, antagonis reseptor H-2, penghambat pompa proton (PPI), dan antibiotik.
Sementara itu, untuk GERD, pengobatan dimulai dengan perubahan pola makan, yaitu beralih ke makanan rendah lemak, kurang garam, dan tidak terlalu pedas. Perubahan diet ini harus diikuti dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti cukup tidur, mengelola stres, berolahraga secara teratur, dan berhenti merokok. Jika kondisi tidak membaik, penderita GERD disarankan untuk menggunakan obat untuk meredakan gejala.