KAI Tak Akan Tolerir, Serahkan Kasus Dugaan Terorisme Pegawai DE ke Penegak Hukum
Respon KAI
PT Kereta Api Indonesia menanggapi kabar perihal salah satu pegawai mereka yang ditangkap Densus 88 di Bekasi pada Senin (15/8). Pegawai inisial DE itu diduga terlibat jaringan terorisme. PT KAI menegaskan tidak akan menolerir atas kasus yang menjerat DE. Apalagi, KAI selama ini dikelola dengan sipirit keagamaan yang toleran, moderat dan mengimplementasi akhlak sebagai nilai utama perusahaan serta menjadi pedoman perilaku (individu) dan bermasyarakat.
"PT KAI tidak akan mentoleransi dan menyerahkan proses hukum oknum karyawan terduga teroris di Bekasi."
Komisaris Utama KAI, Said Aqil Siroj.
@merdeka.com
Menurut Said Aqil, penangkapan terduga teroris di Bekasi sekaligus menjadi bukti bahwa kelompok dan praktik teroris ini nyata dan dekat dengan lingkungan kita.
Hal ini harus diperhatikan serius dan menjadi momentum untuk bersih-bersih.
"Penyusupan ke berbagai lembaga, ditengarai sudah menjadi strategi kelompok teroris, apakah Jama’ah Islamiyah (JI), Jama’ah Anshoru Daulah (JAD), secara jelas dalam berbagai jejak dan pengungkapan oleh Densus 88, terafiliasi dengan ISIS."
Komisaris Utama KAI, Said Aqil Siroj.
Ke depannya, kata Said Aqil, KAI akan bekerja lebih kuat lagi dengan BNPT dan Densus 88 sehingga tidak ada lagi temu karyawan yang terlibat jaringan terorisme seperti pegawai DE. Said Aqil juga meminta masyarakat harus peka terhadap pihak-pihak yang ingin mengajarkan atau menyebarkan ajaran-ajaran berbau terorisme. Apalagi saat ini, gerakan terorisme berjalan secara terstruktur dan terencana dengan ragam modus. Tak hanya melibatkan sekelompok orang, juga termasuk individu.
berita untuk kamu.
"Saya mengajak jika kita benar-benar sepakat, benar-benar satu barisan ingin menghabisi jaringan terorisme, maka benihnya yang harus dihadapi. Karena benihnya sebagai pintu masuk yang harus kita tangkal dan menutup ruangnya. Benih itu, di antaranya adalah ‘gerakan salafisme-wahhabisme’."
Said Aqil Siroj.
Gerakan salafisme-wahhabisme merupakan cikal bakal lahirnya radikalisme agama hingga pintu masuknya terorisme. Hal ini ditengarai bahwa faham tersebut tergolong sebagai ajaran ekstremism dan benihnya harus dimusnahkan melalui langkah preventif dengan penguatan kebudayaan.
"Gerakan tersebut mempunyai misi besar, yaitu melaksanakan jihad khilafah islamiyah dan menginginkan Indonesia sebagai negara Islam yang bersyariat. Tentu tidak sesuai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika."
Said Aqil
@merdeka.com
- LIa Harahap
Habib Jafar mengatakan jika pemuda melakukan tindakan teror maka bisa terdampak seperti kepercayaan dunia kepada Indonesia.
Baca SelengkapnyaPT KAI menghargai proses hukum yang sedang berjalan dan akan mendukung berbagai upaya dalam memberantas praktik terorisme.
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dia lantas mengajak generasi muda benar-benar memahami dan menerapkan nilai-nilai toleransi sesuai dengan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaDensus 88 Antiteror Polri menangkap enam tersangka diduga terlibat dalam aksi jaringan terorisme di Kalbar dan Sumsel.
Baca SelengkapnyaPolisi menyita belasan senjata api milik tersangka kasus terorisme berinisial DE.
Baca Selengkapnya