Mengenal Sosok Hubertus Van Mook, Politikus Era Kolonial Belanda Penganut Paham Liberal
Van Mook menganggap bahwa koloni Hindia Timur Belanda, khususnya Pulau Jawa, sebagai bagian terpisah dari negeri Belanda

Hubertus Johannes Van Mook lahir di Semarang pada 30 Mei 1894. Ayahnya bernama Matheus Adrianus Antonius Van Mook.
Meskipun merupakan seorang keturunan Belanda totok yang lahir di tanah Hindia, Van Mook menganggap bahwa koloni Hindia Timur Belanda, khususnya Pulau Jawa, sebagai bagian terpisah dari negeri Belanda. Bahkan ia menganggap dirinya sebagai orang Jawa dan tanah Hindia sebagai tanah kelahirannya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di HBS Soerabaja, Van Mook pindah ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Lalu seperti apa perjalanan hidupnya kemudian? Berikut selengkapnya:
Menempuh Studi di Negeri Belanda

Di negeri Belanda, Van Mook mengambil jurusan indologi di Universitas Leiden pada tahun 1916. Selama menjalani studi di Belanda, ia pernah menjabat sebagai Ketua Perserikatan Pelajar-Mahasiswa Indonesia, sebuah organisasi yang mewadahi pelajar atau mahasiswa asal Indonesia dengan konsentrasi studi yang sama. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk menjaga hubungan antar sesama pelajar atau mahasiswa dari Indonesia.
Saat menempuh pendidikan di Belanda, Van Mook mendukung dilaksanakannya Kongres Mahasiswa Hindia pada tanggal 23 dan 24 November 1917 di Leiden. Van Mook membuka kongres yang dihadiri 200 peserta itu dengan seruan untuk bersama-sama membangun Hindia. Dalam kongres tersebut, Van Mook mengungkapkan gagasannya tentang Hindia yang berdiri sendiri.
Jabatan Strategis di Pemerintahan

Pada tahun 1918, Van Mook berhasil menyelesaikan studinya di Belanda dan kemudian pulang ke Hindia. Sekembalinya ke tanah air, ia berhasil menempati beberapa jabatan strategis. Pada tahun-tahun awal, van Mook mendapat tugas sebagai inspektur yang mengurusi distribusi pangan di Semarang. Selanjutnya pada tahun 1921, van Mook diangkat menjadi penasihat urusan pertanahan di Yogyakarta.
Kemudian pada tahun 1927, ia diangkat menjadi Asisten Residen Urusan Kepolisian di Batavia. Sekitar tahun 1930-an, van Mook menduduki jabatan sebagai Kepala Departemen Urusan Ekonomi. Pada awal tahun 1942 menjelan masuknya Jepang ke Indonesia, Van Mook menjadi Letnan Gubernur Jenderal dan berusaha mendapatkan dukungan militer dari Amerika Serikat untuk pengadaan persenjataan melawan Jepang. Namun bantuan itu terlambat datang walaupun senjata-senjata itu telah dibayar lunas.
Jadi Gubernur Jenderal Secara De Facto

Saat Jepang mulai menduduki Indonesia pada tahun 1942, Van Mook diangkat sebagai Gubernur Jenderal oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat itu ia masih berada di lokasi pengasingannya di Brisbane, Australia. Ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal setelah Gubernur Jenderal Hindia, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditahan Jepang.
Saat kembali dari pengasingan pada tahun 1945, Van Mook tidak mendapat sambutan baik dari Bangsa Indonesia. Apalagi kedatangan Van Mook ke Indonesia bukanlah untuk kemerdekaan Indonesia, namun untuk menawarkan konsep pemerintahan liberal dengan tetap menjalin hubungan dengan Belanda.
Selain itu, ia juga mengajukan gagasan untuk mengajukan garis imajiner yang memisahkan wilayah Indonesia dengan Belanda pada masa revolusi kemerdekaan. Garis itu kemudian dinamakan Garis Van Mook, sesuai namanya. Garis itu dibentuk untuk membentuk masa depan Indonesia sebelum tercapainya persetujuan akhir antara Indonesia dan Belanda bagi para anggota KTN.
Setelah Agresi Militer II Belanda selesai, Van Mook kembali ke negeri leluhurnya di Belanda. Namun ia menghabiskan sisa hidupnya di Perancis. Ia meninggal dunia pada 10 Mei 1965 di L’Isle-sur-la-Sorgua, Prancis.