Horor di Rawagede, Ratusan Warga Tewas Dibantai Pasukan Elite Belanda
Pasukan elite baret hijau Belanda membantai ratusan warga Rawagede, Karawang. Ini pengakuan saksi tentang kejadian mengerikan itu.

Oleh: Hendi Jo

Horor di Rawagede, Ratusan Warga Tewas Dibantai Pasukan Elite Belanda

Pembantaian di Desa Rawagede, Karawang, terjadi 9 Desember 1947.
Sebagian Pasukan Belanda yang melakukan pembunuhan massal adalah bagian dari Depot Speciale Troepen (DST).
Pasukan elite dengan baret hijau yang terkenal kejam.

DST Adalah Pasukan yang Pernah Dipimpin Kapten Westerling
Pasukan baret hijau ini yang juga melakukan pembantaian massal di Sulawesi Selatan tahun 1946.
Koran Berita Indonesia saat itu menduga prajurit yang dulu beraksi di Sulsel. adalah pelaku yang sama dengan Rawgede.
Serdadu Belanda Mendobrak Rumah Warga dan Mengumpulkan Setiap Laki-Laki yang Ditemui
Sai, salah seorang saksi mata menuturkan Belanda membiarkan wanita dan anak anak begitu saja.
Namun setiap laki-laki yang sudah dianggap remaja atau dewasa ditangkap. Mereka dijejerkan dalam satu barisan.
Mereka diinterograsi lokasi persembunyian para pejuang RI.
Bau darah dan mesiu memenuhi kampung itu. Jerit tangis ibu dan istri terdengar di mana-mana.

Tanpa Ampun Kemudian Tentara Belanda Menembaki Mereka Dengan Senapan Mesin

Warga menyebut 431 Orang Tewas Dalam Pembantaian Rawagede. Sementara Pihak Belanda Hanya Mengakui 150 Orang Tewas
Militer Belanda seolah tutup mata dengan pembantaian kejam ini.
Tak ada laki-laki atau remaja pria tersisa sama sekali di kampung itu.
Ada Beberapa Versi Penyebab Serangan Belanda ke Rawa Gede
Pertama, Belanda saat itu memburu Kapten Lukas Kustaryo, perwira TNI yang dianggap Belanda sebagai 'ekstrimis' dan pengacau keamanan.
Kedua, Belanda sudah mencurigai Rawa gede merupakan tempat para 'ekstrimis' dan pejuang RI.
Versi lain menyebut ada seorang anak intel Belanda yang ditangkap dan disiksa di Rawagede. Dia bisa meloloskan diri kemudian melapor pada ayahnya dan kepada pihak militer Belanda.

Para Wanita Berusaha Sebisa Mereka Memakamkan Korban Kebiadaban Tentara Belanda yang Gugur
Karena keterbatasan tenaga, mereka hanya menggali tanah yang dangkal, kemudian ditutupi dengan daun pintu.
Bau jenazah tercium berhari-hari di kawasan itu.
Odih selamat karena saat itu masih bocah kecil. Usianya baru enam atau tujuh tahun.
