Xi Jinping Kunjungi Vietnam, Malaysia, Kamboja Tapi Lewatkan Indonesia
Xi Jinping mengunjungi Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, namun Indonesia tidak termasuk dalam agenda kunjungannya, berikut analisis dari pengamat.

Presiden China, Xi Jinping, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, namun Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang dikunjunginya. Beberapa pengamat menjelaskan bahwa keputusan ini didasari oleh berbagai faktor, termasuk peran Indonesia dalam rantai pasok global, politik luar negeri yang netral, serta kondisi politik domestik Indonesia saat ini.
Salah satu alasan utama yang diungkapkan adalah peran Indonesia dalam rantai pasok global. Berbeda dengan Vietnam dan Malaysia yang berkontribusi besar dalam perakitan barang manufaktur dan elektronik untuk pasar Amerika Serikat, Indonesia lebih berfungsi sebagai pemasok bahan mentah. Dalam konteks perang dagang antara China dan Amerika Serikat, China lebih memprioritaskan pengamanan jalur logistik dan manufaktur yang berisiko terganggu oleh tarif impor AS.
“Vietnam dan Kamboja sering menjadi jalur transit barang-barang China untuk menghindari tarif tersebut, sementara Indonesia kurang terlibat dalam jalur ini,” kata Randy W. Nandyatama, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada.
Politik Luar Negeri Indonesia yang Netral
Politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif juga menjadi pertimbangan dalam keputusan Xi Jinping. Indonesia konsisten menghindari keberpihakan terbuka dalam konflik global. Kunjungan Xi Jinping ke Indonesia dapat ditafsirkan sebagai dukungan China terhadap Indonesia, yang dapat mengganggu keseimbangan hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat.
“Dengan tidak mengunjungi Indonesia, China memberikan ruang bagi Indonesia untuk mempertahankan netralitasnya,” tambah Randy.
Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok menghargai posisi Indonesia yang ingin tetap netral dalam dinamika geopolitik yang kompleks saat ini.
Kondisi Politik Domestik Indonesia
Kondisi politik domestik Indonesia pasca pemilu juga menjadi faktor lain yang dipertimbangkan China. Situasi politik yang tidak stabil dan proses transisi pemerintahan dapat dianggap sebagai waktu yang kurang tepat untuk kunjungan tingkat tinggi.
“Proses transisi pemerintahan dan dinamika politik internal dapat menjadi pertimbangan,” ujar Randy. China mungkin melihat bahwa saat ini bukan waktu yang ideal untuk memperkuat hubungan melalui kunjungan langsung.
Frekuensi Komunikasi yang Sudah Cukup
Selain itu, frekuensi komunikasi antara Xi Jinping dan Presiden Prabowo Subianto juga menjadi alasan. Kedua pemimpin telah berkomunikasi secara intensif, termasuk pertukaran ucapan selamat atas peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok.
“Kunjungan fisik mungkin dianggap tidak terlalu penting mengingat intensitas komunikasi yang sudah terjalin,” jelas Randy.
Prioritas Kunjungan Xi Jinping
Kunjungan Xi Jinping ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja juga didasarkan pada pertimbangan strategis dan ekonomi jangka panjang. Ketiga negara ini memiliki hubungan ekonomi dan politik yang kuat dengan China, yang semakin terjalin dalam beberapa tahun terakhir.
“Kunjungan ini juga bisa dilihat sebagai upaya China untuk memperkuat solidaritas regional di tengah perang dagang dengan AS,” tambah Randy. China berupaya membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara yang memiliki potensi untuk mendukung kebijakan ekonominya.
“Malaysia merupakan ketua ASEAN tahun ini, jadi ada simbolisasi di sana. Kamboja merupakan negara di Asia Tenggara yang paling dekat secara politik dan Vietnam merupakan negara yang mendapat kesamaan menjadi target tarif tinggi,” kata Randy.
Kunjungan Xi Jinping ke Tiga Negara
Pelaksanaan kunjungan Xi Jinping ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja dijadwalkan berlangsung pada tanggal 14 hingga 18 April 2025. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menyatakan bahwa kunjungan ini menunjukkan prioritas utama diplomasi Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.
“Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan dorongan baru bagi perdamaian dan pembangunan di kawasan, bahkan dunia,” ungkap Lin Jian. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan baik Tiongkok dengan negara-negara tetangga untuk masa depan bersama.
Dalam konteks ini, ketidakhadiran Indonesia dalam kunjungan Xi Jinping bukanlah sinyal negatif, melainkan pertimbangan geopolitik yang kompleks. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok tetap terjaga melalui jalur komunikasi lain, meskipun kunjungan fisik tidak dilakukan.