
Arkeolog Ungkap Patung Sphinx Mesir Bisa Jadi Bukan Dibuat Manusia, Ini Penjelasannya
Seperti halnya keberadaan piramida di Mesir, patung Sphinx di Giza juga hingga kini masih diselubungi misteri.
Seperti halnya keberadaan piramida di Mesir, patung Sphinx di Giza juga hingga kini masih diselubungi misteri.
merdeka.com
Setelah mereplikasi kondisi cuaca yang ada pada saat monumen tersebut dibangun, para ahli menemukan bentuk dasar patung itu mungkin terbentuk oleh erosi, sehingga hanya menyisakan detail halus yang dapat diukir oleh manusia.
“Temuan kami menawarkan kemungkinan kisah asal usul bagaimana formasi mirip Sphinx bisa muncul dari erosi,” kata peneliti Leif Ristroph dalam sebuah pernyataan.
“Percobaan laboratorium kami menunjukkan bentuk mirip Sphinx ternyata berasal dari material yang terkikis oleh arus deras.”
Penelitian ini, yang hasilnya akan dipublikasikan dalam Physical Review Fluids dan abstraknya telah disampaikan pada Pertemuan Tahunan ke-75 Divisi Fluida APS, membuka pintu untuk "cerita awal mula" yang baru tentang asal-usul Sphinx.
Dengan menggambarkan kembali kondisi cuaca pada masa pembangunan monumen tersebut, para peneliti menciptakan kondisi laboratorium yang meniru erosi angin, menghasilkan bentuk Sphinx yang mengejutkan mirip dengan yang terlihat di gurun.
“Faktanya, ada bukit pasir yang ada saat ini terlihat seperti hewan yang sedang duduk atau berbaring, sehingga mendukung kesimpulan kami,” jelas Ristroph.
Para ilmuwan merinci eksperimen laboratorium mereka, menggunakan tanah liat dengan material yang sulit tererosi di dalamnya dan menempatkannya dalam terowongan air yang mereplikasi pola angin di wilayah Mesir timur laut.
Hasilnya mencengangkan, mereka menyaksikan "gundukan tanpa fitur berubah menjadi singa megah" seiring dengan proses erosi yang mensimulasikan kondisi alam pada masa lalu.
Pentingnya temuan ini juga terletak pada fakta bahwa banyak bukit pasir di gurun-gurun modern masih mempertahankan kemiripan dengan bentuk Sphinx.
Hal itu memberikan dukungan lebih lanjut terhadap teori bahwa patung itu mungkin berawal sebagai struktur alami. Riset ini memberikan wawasan baru tentang apa yang mungkin dihadapi masyarakat kuno di gurun Mesir dan mengapa mereka membayangkan makhluk fantastis dengan kepala manusia, tubuh singa, dan sayap elang.
Sumber: IFl Science
Reporter Magang: Jurnalia Sibunga
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan ini mengungkap penggunaan teknik berburu digunakan 10.000 tahun lebih awal daripada yang diketahui sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPoseidon adalah dewa laut yang disembah di zaman Yunani kuno.
Baca SelengkapnyaPenemuan "kepala naga" kecil ini mendebarkan para arkeolog.
Baca SelengkapnyaArkeolog menjelaskan secara detail bagaimana pria ini dibunuh lebih dari 1200 tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaTim arkeolog dari Peru dan Jepang menggali makam seorang dukun yang diyakini hidup sekitar 3.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMakam keramat ini ditemukan gabungan arkeolog Jepang dan Peru.
Baca SelengkapnyaIni adalah pedang Langsax, yang punya keunikan pada ukuran dan gagangnya.
Baca Selengkapnya