Perang Tarif AS-China Buka Peluang Ekspor Indonesia, Sektor Ini Siap Untung
Situasi yang timbul akibat perang tarif ini bisa dimanfaatkan untuk memperluas pasar ekspor Indonesia.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menilai bahwa perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China memberikan peluang besar bagi ekonomi Indonesia. Menurut Anindya, situasi yang timbul akibat perang tarif ini bisa dimanfaatkan untuk memperluas pasar ekspor Indonesia.
“Perang tarif AS-China bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang,” ujar Anindya dalam Seminar Kadin Indonesia bertajuk Dampak Perang Tarif Terhadap Peluang Ekspor Indonesia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (25/3).
Beberapa sektor yang diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari penerapan tarif impor tersebut antara lain sektor alas kaki, tekstil, elektronik, dan furnitur ringan. Anindya mengungkapkan bahwa sektor-sektor ini dikuasai oleh industri dalam negeri.
Untuk itu, Anindya meminta agar pemerintah memperkuat industri domestik dengan penyediaan bahan baku yang cukup dan dukungan untuk kesiapan ekspor. Ia juga mengusulkan agar pemerintah membantu pelaku usaha dalam mengakses informasi untuk memperluas pasar ekspor produk Indonesia.
"Kita harus memperkuat industri dalam negeri dan memperluas pasar ekspor dengan strategi yang tepat," tegasnya.
Studi terbaru dari Kadin Indonesia Institute, Yayasan Berbakti Semangat Indonesia (YBSI), dan Datawheel menunjukkan bahwa kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap produk China dapat mendorong lonjakan ekspor Indonesia sebesar USD 1,69 miliar, setara dengan Rp28,045 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.600 per USD).
Peneliti utama dan pendiri Datawheel, Profesor Cesar Hidalgo, menjelaskan bahwa tarif baru sebesar 10%-20% yang diberlakukan oleh AS terhadap produk China pada 2025 membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
“Sektor tekstil, garment, dan alas kaki diperkirakan mengalami lonjakan hingga USD 732 juta, sementara elektronik dan perabot juga akan mendapat keuntungan besar akibat pergeseran rantai pasok global,” ujar Hidalgo.
Dengan banyak perusahaan yang mencari alternatif rantai pasok di luar China, Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu dari enam negara yang paling diuntungkan. Kenaikan ekspor Indonesia ke AS diperkirakan akan melampaui Malaysia, Thailand, dan Filipina, berkat daya saing industri manufaktur Indonesia serta kebijakan pemerintah yang mendukung investasi dan ekspor.
Namun, lonjakan ekspor Indonesia diprediksi masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam.