Ilham Habibie: Rakyat Menjerit Ingin Bekerja, Pemerintah Wajib Perkuat Industri
Ilham menilai penguatan industri wajib dilakukan. Utamanya guna menaungi permintaan masyarakat terhadap penciptaan lapangan kerja.

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie menyoroti kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang masih tergolong rendah. Hal ini turut berdampak terhadap sisi lapangan kerja hingga pertumbuhan ekonomi nasional.
Ilham mengingatkan, satu hal yang tak bisa dilepaskan dari sisi penguatan industri adalah lapangan pekerjaan. "Bagaimana kita mau mendapatkan lapangan pekerjaan yang formal dan berkualitas kalau tidak ada industri yang berkuat," ujarnya dalam Seminar Nasional Outlook Industrialisasi Indonesia di ICE BSD, Sabtu (5/7).
Oleh karenanya, Ilham menilai penguatan industri wajib dilakukan. Utamanya guna menaungi permintaan masyarakat terhadap penciptaan lapangan kerja, di tengah isu badai PHK (pemutusan hubungan kerja) yang belum mereda.
"Kalau kita mendengar suara rakyat saat ini, yang paling kedengarannya itu mereka semua menginginkan bekerja. Rakyat kita itu tidak bodoh, dia punya kemampuan. Dia itu ingin bekerja, ingin berkembang, perlu adanya pendidikan," tegasnya.
Sebagai perbandingan, dia menyoroti kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional pada kuartal IV 2024 yang berada di kisaran 19,13 persen. Meskipun meningkat dari kuartal sebelumnya, namun itu masih di bawah target 20 persen.
"Targetnya sebetulnya kita mempunyai 23 persen sesuai dengan RPJMN 2020-2024. Sebagai pembanding, China dapat 28 persen, Vietnam 25 persen, Thailand 27 persen dari kontribusi industri kepada PDB," bebernya.
Modal Utama Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Menurut dia, penguatan industri pun jadi modal utama bagi pemerintah untuk bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional, minimal sebesar 8 persen. Dia lantas membandingkan dengan capaian Indonesia di era pemerintahan presiden kedua, yang ekonominya terangkat berkat peran besar sektor industri.
"Kalau menurut pendapat kami dari PII, hal itu hanya bisa kita capai jika kita punya kontribusi industri yang lebih banyak daripada saat ini," kata Ilham.
"Kalau kita mengatakan di masa lampau kita, di tahun 90-an kalau enggak salah, kita waktu itu juga kontribusi industri lebih dari 50 persen PDB. Dan di situlah kita lihat pertumbuhan kita sangat tinggi, di atas 7-8 persen," tutur dia.