Berapa Tekanan Darah Tinggi yang Perlu Diwaspadai? Kenali Batas Amannya
Berikut angka tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum terjadi di masyarakat. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sendiri adalah suatu kondisi ketika tekanan darah pada dinding pembuluh arteri meningkat secara persisten.
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkuri (mmHg) dan dinyatakan dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara tekanan diastolik adalah tekanan darah saat jantung berelaksasi di antara detak jantung.
Kedua angka ini biasanya ditulis berurutan, misalnya 120/80 mmHg. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya secara konsisten berada di atas 140/90 mmHg. Namun, batasan ini dapat berbeda tergantung pada faktor risiko individu dan kondisi kesehatan lainnya.
Kondisi ini dapat membahayakan kesehatan jika tidak ditangani dengan baik. Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Oleh karena itu, penting untuk memahami berapa tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai serta cara mengendalikannya.
Berapa angka tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai? Melansir dari berbagai sumber, Jumat (21/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Klasifikasi Tekanan Darah
Untuk memahami berapa tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai, penting untuk mengetahui klasifikasi tekanan darah. Berikut adalah klasifikasi tekanan darah menurut American Heart Association:
- Normal: Tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg
- Prehipertensi: Tekanan sistolik 120-139 mmHg atau tekanan diastolik 80-89 mmHg
- Hipertensi Stadium 1: Tekanan sistolik 140-159 mmHg atau tekanan diastolik 90-99 mmHg
- Hipertensi Stadium 2: Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih
- Krisis Hipertensi: Tekanan sistolik lebih dari 180 mmHg dan/atau tekanan diastolik lebih dari 120 mmHg
Berdasarkan klasifikasi di atas, tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai adalah ketika tekanan darah berada pada kategori hipertensi stadium 1 atau lebih tinggi. Namun, bahkan pada tahap prehipertensi pun, seseorang sudah perlu mulai melakukan perubahan gaya hidup untuk mencegah peningkatan tekanan darah lebih lanjut.
Faktor Risiko Hipertensi
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipertensi. Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengetahui siapa yang perlu lebih waspada terhadap tekanan darah tinggi. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama:
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia
- Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga dekat yang memiliki hipertensi, risiko seseorang juga meningkat
- Obesitas: Kelebihan berat badan dapat meningkatkan beban kerja jantung dan tekanan pada pembuluh darah
- Gaya hidup tidak aktif: Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko hipertensi
- Konsumsi garam berlebihan: Asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah
- Merokok: Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan mempersempit pembuluh darah
- Konsumsi alkohol berlebihan: Alkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah
- Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat mempengaruhi tekanan darah
- Kondisi kesehatan lain: Beberapa penyakit seperti diabetes, penyakit ginjal, dan gangguan tiroid dapat meningkatkan risiko hipertensi
Memahami faktor risiko ini dapat membantu seseorang untuk lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.
Gejala Hipertensi
Salah satu tantangan dalam mendeteksi hipertensi adalah bahwa kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas, terutama pada tahap awal. Itulah mengapa hipertensi sering disebut sebagai “silent killer”. Namun, pada beberapa kasus, terutama ketika tekanan darah sudah sangat tinggi, beberapa gejala mungkin muncul:
- Sakit kepala, terutama di bagian belakang kepala dan terjadi di pagi hari
- Pusing atau vertigo
- Penglihatan kabur
- Telinga berdenging (tinnitus)
- Mimisan
- Detak jantung tidak teratur
- Sesak napas, terutama saat beraktivitas
- Nyeri dada
- Kelelahan yang tidak biasa
- Kebingungan atau disorientasi (pada kasus yang parah)
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi jangka panjang meliputi:
- Penyakit jantung: Hipertensi dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding arteri (aterosklerosis), yang meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia.
- Stroke: Tekanan darah tinggi dapat merusak dan melemahkan pembuluh darah di otak, meningkatkan risiko stroke.
- Kerusakan ginjal: Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di ginjal, mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah secara efektif.
- Kerusakan mata: Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di retina, menyebabkan retinopati hipertensi yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan atau kebutaan.
- Aneurisma: Peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan pembengkakan atau penonjolan (aneurisma), yang berisiko pecah dan menyebabkan perdarahan internal yang mengancam jiwa.
- Demensia vaskular: Hipertensi jangka panjang dapat mengganggu aliran darah ke otak, meningkatkan risiko demensia vaskular dan penurunan fungsi kognitif.
- Disfungsi seksual: Hipertensi dapat mengurangi aliran darah ke organ genital, menyebabkan disfungsi ereksi pada pria dan penurunan gairah seksual pada wanita.
- Osteoporosis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi mungkin terkait dengan peningkatan risiko osteoporosis, terutama pada wanita pascamenopause.
- Sindrom metabolik: Hipertensi sering menjadi bagian dari sindrom metabolik, yang juga meliputi obesitas, kadar gula darah tinggi, dan kolesterol abnormal.
- Komplikasi kehamilan: Pada wanita hamil, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti preeklampsia, yang dapat membahayakan ibu dan janin.
Pencegahan Hipertensi
Mencegah hipertensi lebih baik daripada mengobatinya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi risiko hipertensi:
- Menjaga berat badan ideal: Obesitas meningkatkan risiko hipertensi. Menjaga berat badan dalam rentang normal dapat membantu mencegah hipertensi.
- Mengurangi asupan garam: Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Batasi asupan garam hingga kurang dari 5 gram per hari.
- Mengonsumsi makanan sehat: Pola makan yang kaya buah, sayuran, biji-bijian, dan rendah lemak jenuh dapat membantu mengendalikan tekanan darah.
- Berolahraga secara teratur: Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan menjaga kesehatan jantung.
- Membatasi konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Jika Anda minum alkohol, lakukan dengan moderasi.
- Berhenti merokok: Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.
- Mengelola stres: Stres kronis dapat berkontribusi pada hipertensi. Temukan cara untuk mengelola stres seperti meditasi, yoga, atau hobi yang menenangkan.
- Tidur yang cukup: Kurang tidur dapat meningkatkan risiko hipertensi. Usahakan untuk tidur 7-9 jam setiap malam.
- Pemeriksaan rutin: Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama jika Anda memiliki faktor risiko hipertensi.
- Mengelola kondisi kesehatan lain: Jika Anda memiliki kondisi kesehatan lain seperti diabetes atau kolesterol tinggi, kelola dengan baik karena dapat meningkatkan risiko hipertensi.