Sains ungkap Berapa Banyak Bahasa yang Dapat Dipelajari Seseorang
Menjadi polyglot tidaklah mudah, tetapi penelitian menunjukkan berapa banyak orang sanggup pelajari bahasa.
Lebih dari separuh populasi dunia berbicara lebih dari satu bahasa, tetapi hanya sekitar 1% yang dapat disebut polyglot, yakni mereka yang mampu berbicara lima bahasa atau lebih. Ada juga yang dikenal sebagai hyperpolyglot, individu yang menguasai banyak bahasa meskipun tidak ada batasan pasti jumlah bahasa yang diperlukan untuk masuk dalam kelompok elit ini.
Mengutip IFLScience, Sabtu (7/9), sejarah mencatat banyak hyperpolyglot terkenal, seperti Giuseppe Caspar Mezzofanti, seorang Kardinal Italia yang diklaim mampu berbicara lebih dari 38 bahasa, dan Sir John Bowring, Gubernur Hong Kong yang mengaku menguasai 200 bahasa.
-
Apa saja yang dipelajari ketika belajar bahasa baru? Belajar bahasa baru tidak hanya membuka peluang kerja, tetapi juga membantu Anda tetap fokus. Para ilmuwan telah mengatakan bahwa orang yang bisa berbicara banyak bahasa lebih cerdas dan otak mereka menua lebih lambat.
-
Bagaimana belajar bahasa asing meningkatkan kemampuan otak? Belajar bahasa asing dapat merangsang perkembangan kognitif, seperti peningkatan kemampuan berpikir analitis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Proses mengenali struktur bahasa yang berbeda memerlukan kecerdasan linguistik dan dapat membantu meningkatkan kapasitas otak secara keseluruhan.
-
Bagaimana Ajeng Kamaratih belajar banyak bahasa? Mantan finalis Miss Indonesia, pembaca berita, dan presenter televisi, Ajeng Kamaratih hobi belajar bahasa asing.
-
Negara mana yang memiliki bahasa terbanyak di dunia? Negara dengan jumlah bahasa terbanyak adalah Papua Nugini dengan 840 bahasa.
-
Apa saja manfaat belajar bahasa asing? Belajar bahasa asing membawa sejumlah manfaat yang meluas, tidak hanya terbatas pada kemampuan komunikasi. Berikut beberapa manfaat belajar bahasa asing:
-
Bagaimana cara peneliti menemukan bahasa baru? Para peneliti terlebih dahulu menemukan teks paku dengan bagian-bagian dalam bahasa Luwian, Palaic, dan Hattic.
Namun, klaim-klaim ini sering kali sulit diverifikasi secara ilmiah. Secara teoretis, tidak ada batasan pasti berapa banyak bahasa yang dapat dipahami oleh otak manusia. Richard Simcott, seorang hyperpolyglot asal Inggris, mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar menguasai semua nuansa bahasa. Standar ini sering kali ditetapkan oleh mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
Kasus terkenal lainnya adalah Ziad Fazah, yang pernah memegang rekor dunia Guinness untuk jumlah bahasa yang dikuasainya, tetapi kemudian klaimnya diragukan setelah gagal membuktikan kemampuannya di sebuah acara TV Chili.
Fazah mengklaim bahwa acara tersebut adalah jebakan yang dirancang untuk mencari sensasi. Meskipun menjadi hyperpolyglot memerlukan dedikasi tinggi, belajar banyak bahasa dapat memberikan manfaat kesehatan.
Penelitian dari MIT menunjukkan bahwa bagian otak yang sama aktif ketika seseorang mendengarkan bahasa yang mereka kuasai, dengan aktivitas lebih rendah untuk bahasa ibu, yang menunjukkan pemrosesan yang lebih efisien. Selain itu, studi tahun 2020 menyebutkan bahwa multilingualisme dapat menunda onset penyakit Alzheimer.
Mempelajari bahasa lain tidak mencegah demensia, tetapi membantu memperkuat sirkuit otak, terutama saat otak menua. Walaupun tidak perlu menguasai 10 bahasa untuk mendapatkan manfaat ini, belajar berbagai bahasa jelas membawa dampak positif bagi kesehatan otak dan keterampilan kognitif.