Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang
Pelabuhan menjadi tempat paling penting dalam distribusi komoditas dan berlangsungnya proses jual beli pada tempo dulu.

Pelabuhan menjadi tempat paling penting dalam distribusi komoditas dan berlangsungnya proses jual beli pada tempo dulu.

Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang
Perdagangan komoditas rempah-rempah dan hasil bumi lain di Nusantara sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Aktivitas ini lantas tak bisa lepas dari kapal-kapal yang berduyun datang ke berbagai daerah hingga terjadinya proses perniagaan.
Pulau Sumatra merupakan salah satu wilayah penting bagi perdagangan tempo dulu. Selain melewati Selat Malaka, Pulau Sumatra juga jadi penghubung wilayah Timur Nusantara dengan belahan bumi lain seperti Benua Asia hingga Eropa.
Salah satu pelabuhan yang begitu penting saat itu adalah Pelabuhan Muara yang terletak di Padang, Sumatra Barat. Pelabuhan ini sudah aktif sejak abad ke-17 diikuti dengan kedatangan penjajah Belanda yang ingin berdagang dan membeli rempah-rempah yang berharga itu.
Sarana Penting
Penggunaan pelabuhan secara umum sangatlah penting di masa lampau. Hal ini dikarenakan moda transportasi laut menjadi satu-satunya pintu gerbang perekonomian, mulai dari barang dan jasa.
Tak heran jika sebuah daerah memiliki perekonomian maju dan berkembang pesat karena memiliki pelabuhan yang baik dan letaknya sangat strategis bagi kapal-kapal niaga.
Hadirnya pelabuhan di Kota Padang memberikan efek angin segar di bidang perekonomian, apalagi ketika Belanda sudah mulai memasuki wilayah tersebut. Pelabuhan menjadi pintu gerbang dan menjadi pusat kegiatan politik, sosial, ekonomi, hingga budaya.
Pelabuhan Buatan
Pelabuhan Muara atau Muaro memiliki peran penting dan menjadi pelabuhan tertua di Kota Padang. Pelabuhan ini dibangun di sebuah kawasan yang secara tradisi telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk tempat bersandarna kapal-kapal lokal.
Mengutip jurnal "Pelabuhan-Pelabuhan Kota Padang Tempo Doeloe" karya Dr. Gusti Asnan, pelabuhan ini berada di muara Batang Arau. Pada masa VOC, pelabuhan ini awalnya bisa digunakan untuk bersandar kapal-kapal besar. Pada abad 19, pelabuhan ini menjadi dangkal dan hanya kapal-kapal kecil yang bisa merapat.
Alami Perbaikan
Mengetahui hanya kapal-kapal kecil yang bisa bersandar di Pelabuhan Muara, mulai akhir abad 17 VOC mulai menyoroti pelabuhan ini dan dikembangkan dengan serius.
Dalam sejarahnya, pelabuhan ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan perluasan di bagian dermaganya. Selain itu, beberapa fasilitas di tempat ini juga dilengkapi dengan gudang, kantor Syahbandar, hingga menara suar.
Ketika Belanda mulai membangun jaringan rel kereta untuk mempermudah akses mobilitas dan mengangkut hasil bumi dari desa menuju ke pelabuhan, rel ini juga melintasi Pelabuhan Muara yang menghubungkan jalur utama. Bahkan, infrastruktur jalanan di sekitar pelabuhan juga diperbaiki.
Pelabuhan Penting bagi Belanda
Keberadaan Pelabuhan Muara di Kota Padang cukup dirasakan dampaknya oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pasalnya, pelabuhan ini dan pelabuhan Reede Pulau Pisang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekspor-impor maupun pelayaran.
Saking berpengaruhnya, Pelabuhan Muara ini cukup dikenal dengan Pelabuhan Padang oleh para saudagar dan penguasa kolonial. Sampai pada tahun 1870, pemerintah Hinda-Belanda menetapkan Pelabuhan Muara termasuk golongan kelas A bersama dengan Pelabuhan Batavia, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Saat ini, Pelabuhan Muara menjadi penghubung dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Mentawi, Pulau Sikuai dan sekitarnya. Pelabuhan ini juga menjadi bagian dari kawasan Cagar Budaya Kota Padang.