Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat

<b>Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat</b>

Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat

Karya sastra Raja Ali Haji ini menjadi salah satu warisan nasihat yang masih cukup relevan sampai sekarang.

Indonesia terkenal dengan ragam jenis karya sastra yang sampai sekarang menjadi bagian dari warisan budaya. Lebih dari itu, karya tersebut berisikan sebuah nasihat lalu dikemas dengan konsep keagamaan yang mungkin relevan sampai sekarang.

Salah satu karya sastra legendaris di Indonesia itu lahir di Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil yang berada di wilayah Kepulauan Riau bernama Gurindam Dua Belas. Karya sastra ini dibuat oleh Raja Ali Haji, seorang sejarawan, pujangga, dan juga ulama. (Foto: Wikipedia)

Gurindam Dua Belas ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan ciri khas banyak istilah Tasawuf, kata-kata kiasan hingga metafora. Penamaan karya sastra itu juga berangkat dari isi dua belas pasal yang berisikan penjelasan kehidupan manusia atau nasihat hidup.

Selain itu, Gurindam Dua Belas menjadi akar dari penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa serta perekat utama setiap masyarakat.

Siapa Raja Ali Haji?

Mengutip dari kanal Antara dan beberapa sumber lain, Raja Ali Haji sang pencipta Gurindam Dua Belas ini merupakan tokoh nasional yang lahir di Pulau Penyengat pada tahun 1809 dari pasangan putri Selangor bernama Hamida dan Raja Ahmad.

Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat

Sang ayah merupakan putra mahkota Kesultanan Johor Riau yang terlibat peperangan dengan penjajah di Teluk Ketapang. Lalu ia gugur tahun 1748 dan kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia.

Raja Ali Haji sudah cinta dengan dunia sastra sejak kecil. Bahkan, ia dikenal sebagai pujangga kerajaan karena gemar sekali menulis. Kemudian, Raja Ali Haji dinobatkan sebagai tokoh pertama yang melakukan pencatatan pedoman bahasa Melayu baku yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. (Foto: Liputan6.com)

Kebijaksanaan Lokal

Gurindam Dua Belas yang ditulis pada tahun 1847 ini merupakan kebijkasanaan lokal atau local wisdom masyarakat Melayu-Bugis. Akar penulisan karya sastra ini mengarah ke akidah dan tasawuf, syariat Islam, rukun Islam, budi pekerti, dan konsep pemerintahan.

Berisikan dua belas pasal, tiap pasalnya membahas soal nasihat-nasihat hidup bagi manusia yang sampai sekarang masih cukup relevan. Penyampaian nasihat tersebut ditulis dengan penuh rasa yang menyentuh jiwa dan kesadaran masyarakat.

Kemudian, Raja Ali Haji cenderung menekankan pentingnya agama menjadi pedoman bagi tiap seseorang. Hanya orang-orang beragama saja yang namanya pantas disebutkan.

Isi Gurindam Dua Belas

Berikut isi Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yang dikutip langsung dari situs resmi pemerintah provinsi Riau:

GURINDAM I

Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.

GURINDAM II

Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

GURINDAM III

Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah
damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.

GURINDAM IV

Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,

janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

GURINDAM V

Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

GURINDAM VI

Cahari olehmu akan sahabat,

yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,

yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,

yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,

pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,

yang ada baik sedikit budi,

GURINDAM VII

Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

GURINDAM VIII

Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

GURINDAM IX

Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.

GURINDAM X

Dengan bapak jangan durhaka

supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat

supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai

supaya dapat naik ke tengah balai.

Dengan istri dan gundik janganlah alpa

supaya kemaluan jangan menerpa.

Dengan kawan hendaklah adil

supaya tangannya jadi kapil.

GURINDAM XI

Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.

GURINDAM XII

Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.

Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam
Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam

Sebuah kesenian asli Bengkulu yang kental dengan agama Islam ini tak lepas dari sejarah kedatangannya Islam ke Kabupaten Kaur sejak ratusan tahun.

Baca Selengkapnya
Kaesang Minta Warga Tak Panggil Dirinya Gibran: Saya Lebih Ganteng
Kaesang Minta Warga Tak Panggil Dirinya Gibran: Saya Lebih Ganteng

Kaesang Pangarep meminta masyarakat Kota Batam, Kepulauan Riau, tidak lagi salah memanggil namanya.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut

Kelezatan kue ka hadir berbarengan dengan dalamnya makna yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kisah Kiai Ahli Al-Qur'an Asal Kudus, Tak Punya Biaya ke Tanah Suci Berujung Naik Haji Gratis Bareng Istri
Kisah Kiai Ahli Al-Qur'an Asal Kudus, Tak Punya Biaya ke Tanah Suci Berujung Naik Haji Gratis Bareng Istri

Ulama ini dikenal alim sejak belia. Ia hafal Al-Qur'an saat usianya masih 14 tahun

Baca Selengkapnya
Mengenal Syawalan Gunung, Cara Masyarakat Magelang Gali Cerita Sejarah Leluhur
Mengenal Syawalan Gunung, Cara Masyarakat Magelang Gali Cerita Sejarah Leluhur

Syawalan itu digelar di puncak bukit. Puluhan ribu warga hadir dalam acara itu

Baca Selengkapnya
Dalang Harus Perempuan, Begini Sejarah Kentrung Bate Dulu untuk Dakwah Islam Kini Jadi Hiburan Warga Tuban
Dalang Harus Perempuan, Begini Sejarah Kentrung Bate Dulu untuk Dakwah Islam Kini Jadi Hiburan Warga Tuban

Pertunjukan kesenian ini biasanya digelar pada hari-hari besar

Baca Selengkapnya
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan

Suku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sederet Keistimewaan Sunan Gunung Jati, dari Dakwah Pakai Gamelan sampai Bisa Operasi Tanpa Bedah
Mengenal Sederet Keistimewaan Sunan Gunung Jati, dari Dakwah Pakai Gamelan sampai Bisa Operasi Tanpa Bedah

Ulama dari tanah Jawa Barat ini dulunya merupakan salah satu wali yang mensyiarkan Agama Islam di pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya

Kampung ini memiliki nuansa bersejarah yang kental.

Baca Selengkapnya