Menilik Nasihat Nenek Moyang Sunda di Naskah Amanat Galunggung, Ajak Anak Cucu Jaga Tanah Kelahiran
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Naskah Amanat Galunggung merupakan catatan lisan nenek moyang Sunda yang berisi nasihat kepada anak cucunya.
Pesan utama yang dibawa adalah seputar kehidupan sampai permintaan untuk menjaga tanah kelahiran agar tak diganggu bangsa asing.
Dikutip dari jurnal.unigal.ac.id, naskah ini diperkirakan jadi salah satu warisan lisan Sunda tertua yang terarsip sejak 1518 masehi.
Usia yang mencapai 505 tahun ini merujuk pada bahan yang digunakan berupa bundelan daun palem yang diikat untaian tali ke sebilah bambu.
Kemudian, bundelan tersebut dimasukkan ke dalam kropak atau kotak kayu sebagai tempat penyimpanannya.
Naskah tersebut secara utuh menuliskan pesan Raja Kerajaan Galuh yang berkuasa sampai ke wilayah Garut bernama Rakeyan Darmasika.
Ia menyampaikan sejumlah bekal kehidupan untuk sang putra bernama Lumahing Taman, beserta cucu, cicit, dan keturunannya.
Disebutkan bahwa pesan-pesan itu dimuat di banyak medium, namun hanya 6 lembar 13 halaman saja yang berhasil diselamatkan.
Merujuk lib.ui.ac.id, dalam buku berjudul “Sewaka Darma, Sanghyang siksakandang karesian, Amanat galunggung / Transkripsi dan terjemahan” karya Saleh Danasminta (1987), dijabarkan pokok isian dari Amanat Galunggung.
Gambar: Ilustrasi naskah Sunda kuna.
Pertama, manusia dilarang keras kepala. Ini akan menimbulkan perselisihan dan bentrok antar sesama.
Lalu dilarang berjodoh dengan saudara, jangan membunuh yang tak berdosa, dan jangan merampas hak orang lain.
Kemudian naskah kuno ini juga meminta agar tidak menyakiti hati yang tidak bersalah dan selalu mendengar nasihat ibu bapak
Selanjutnya naskah ini juga meminta agar keturunan Rakeyan Darmasika tidak menjelekkan sesama manusia, tidak mengindahkan ajaran patikrama, jangan berteriak saat berkata, dan jangan berbicara yang mengada-ngada.
Dituliskan Danasasmita, naskah tersebut mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut akan membawa kepada kehancuran.
Karena mereka akan dibakar di negara bersama arwah pemalas, keras kepala, pandir, pemenung, pemalu, mudah tersinggung, lamban, kurang semangat, gemar tiduran, lengah, tidak tertib, mudah lupa, tak punya keberanian, mudah kecewa, keterlaluan dan lain-lain.
Naskah ini juga dijadikan rujukan oleh para orang tua sebagai pendidikan karakter kepada anak-anak mereka.
Secara gamblang, naskah Amanat Galunggung mengajarkan manusia agar berjalan harmonis melalui penerapan nilai-nilai religius, jujur, toleransi, bekerja keras, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, komunikatif, cinta damai, dan bertanggung jawab.
Untuk saat ini naskah tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan diberi nomor kode MSA (Manuschrift Soenda A) atau Kropak 632.
Tangis laki-laki ini akhirnya pecah setelah kakaknya resmi dinyatakan sah menjadi istri.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah Jenderal TNI angkat tukang becak menjadi anaknya.
Baca SelengkapnyaTidak hanya keren, di setiap bait katanya juga mengandung makna mendalam.
Baca SelengkapnyaWowon, Solihin dan Dede merupakan pelaku pembunuhan berantai di Kota Bekasi dan Cianjur.
Baca SelengkapnyaTangis haru mewarnai wisuda orang tua dari mahasiswa ini.
Baca SelengkapnyaOrang tua tentu ingin anak perempuannya tumbuh menjadi wanita yang penuh kasih sayang. Oleh karenanya, penting untuk membekali mereka dengan nasehat hidup.
Baca SelengkapnyaTernyata ada alasan menyentuh di balik kesetiaan anjing pada manusia.
Baca SelengkapnyaBerikut momen Jenderal BIntang 3 mantan Pangkostrad adu kuat dengan anaknya.
Baca SelengkapnyaMomen haru badut kelelahan istirahat di emperan jalan. Sementara anaknya setia menemani ayah kelelahan hingga tertidur di pangkuan kakinya.
Baca Selengkapnya