Asal Usul Berdirinya Kerajaan Pagaruyung, Dinamika Perubahan Corak Hindu-Buddha Hingga Islam
Kerajaan Pagaruyung ialah salah satu kerajaan yang cukup besar di Sumatra.
Kerajaan Pagaruyung ialah salah satu kerajaan yang cukup besar di Sumatra.
Kerajaan Pagaruyung merupakan salah satu kerajaan yang cukup luas dari segi kewilayahan mulai dari Sumatra Barat, sebagian Provinsi Riau, dan bagian pesisir barat dari Provinsi Sumatra Utara.
Selama berdirinya kerajaan ini telah mengalami dinamika perubahan corak yang berawal dari Hindu-Buddha lalu berubah menjadi corak Islam yang menjadi identitas orang Minangkabau.
Kerajaan Pagaruyung tergabung dalam Malayapura atau sebuah kerajaan bercorak Melayu yang tertulis pada Prasasti Amoghapasa pada abad 14. Lantas, bagaimana asal usul berdirinya Kerajaan Pagaruyung? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Kemunculan Kerajaan Pagaruyung menjadi sebuah kerajaan Melayu tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Dalam sebuah karya sastra, tidak ditemukan bukti-bukti peninggalan dan siapa pendiri dari kerajaan tersebut.
Akan tetapi, ada beberapa prasasti yang menyebut nama Adityawarman sebagai raja yang pernah memimpin di Pagaruyung atau disebut dengan Tuan Surawasa dalam Prasasti Batusangkar.
Konon, saat Adityawarman memimpin Kerajaan Dharmasraya, ia bersama Gajah Mada berperang menaklukan wilayah Bali dan Palembang. Ada kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke sebuah daerah di Minangkabau.
Semasa kepemimpinan Adityawarman beserta putranya Ananggawarman, pengaruh Hindu-Buddha sudah sampai di wilayah Sumatra sekitar abad 13 dengan dimulainya ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara.
Masa pemerintahan Adiyawarman sendiri terkenal cukup kuat menguasai wilayah Sumatra bagian Tengah dan sekitarnya. Dalam Prasasti Batusangkar, Adityawarman melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yaitu sebuah ritual pemindahan kekuasaan dari dirinya kepada putra mahkota.
Sampai saat ini, beberapa kawasan pedalaman Sumatra Tengah masih kerap dijumpai peninggalan pengaruh agama Buddha, seperti kawasan percandian Muara Takus dan Padanglawas yang kemungkinan besar kedua wilayah itu pernah dikuasai oleh Adityawarman.
Pengaruh agama Islam mulai berkembang di Pagaruyung kira-kira pada abad ke-16 melalui seorang musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka.
Salah satu tokoh Islam atau ulama dari Aceh bernama Burhanuddin Ulakan menjadi sosok yang dianggap pertama kali menyebarkan pengaruh agama Islam di Pagaruyung. Pada akhirnya, pada abad ke-17 Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi kerajaan bercorak Islam.
Masuknya agama Islam memicu aturan-aturan adat yang tidak sejalan dengan Islam mulai dihapuskan. Sementara hal-hal pokok dalam adat diganti dengan aturan Islam. Tetapi, beberapa sistem dan cara adat sebelumnya masih dipertahankan.
Adanya fenomena tersebut memicu perpecahan dan terjadi peperangan saudara yang disebut Perang Paderi, antara kaum Ulama dan kaum Adat yang jauh sebelum Belanda terlibat di dalamnya.
Melemahnya Kerajaan Pagaruyung ini ketika Perang Paderi pecah. Banyak daerah di Pesisir Barat jatuh ke tangan Aceh. Sedangkan di wilayah Timur dan Selatan banyak yang berubah menjadi kerajaan merdeka meski secara formalitas masih tunduk kepada Raja Pagaruyung.
Selama Perang Paderi berlangsung, dalam beberapa perundingan tidak berhasil menemukan jalan keluar dan kerajaan pun semakin bergejolak. Puncaknya ketika Kamu Paderi menyerang Pagaruyung pada tahun 1815.
Masa pemerintahan yang dipimpin Sultan Arifin Muningsyah itu terpaksa harus mundur dan sang sultan melarikan diri dari ibu kota menuju Lubuk Jambi.
Doa Kemenkum HAM dipimpin oleh lima pemuka agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha, serta Hindu.
Baca SelengkapnyaPusat penyebaran agama Islam ini sengaja dibangun mirip bangunan Hindu.
Baca SelengkapnyaPada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Baca SelengkapnyaBahkan kemunculannya lebih awal dari Kerajaan Sriwijaya.
Baca SelengkapnyaDalam upacara ini, Tim yang bernama Indonesia Jaya menjalankan tugasnya dalam penurunan bendera.
Baca SelengkapnyaAda filosofi tersendiri di balik tradisi penyajian tumpeng di Indonesia. sejak zaman Hindu-Buddha hingga Islam Jawa.
Baca SelengkapnyaPantun kedua, Bali bumi spiritual terkenal di dunia. Masyarakatnya relijius dengan kultur khas Indonesia. Di sini berlaku hukum karmapala.
Baca SelengkapnyaMengulik Kesultanan Perlak, kerajaan bercorak agama Islam pertama di wilayah Aceh.
Baca SelengkapnyaMenurut Mahfud, seorang pemimpin harus bersih dari korupsi dan punya komitmen dalam penegakan hukum.
Baca Selengkapnya