FA Cup Tanpa VAR: Lebih Seru atau Jadi Kacau?
Diskusi mengenai penerapan VAR dalam Piala FA menjadi topik yang hangat diperbincangkan.

Penggemar sepak bola telah lama terbiasa dengan perdebatan mengenai penggunaan teknologi dalam pertandingan. Namun, pada putaran keempat Piala FA, ketidakhadiran teknologi tersebut justru menjadi perbincangan yang hangat. Sejak teknologi Video Assistant Referee (VAR) baru diterapkan mulai putaran kelima musim ini, terdapat berbagai insiden kontroversial yang memerlukan analisis lebih lanjut.
Ada beberapa pihak yang mengapresiasi ketiadaan VAR, seperti pelatih Brighton, Fabian Hurzeler. Ia mengatakan bahwa timnya mungkin akan kehilangan gol kemenangan melawan Chelsea akibat keputusan handball Tariq Lamptey.
"Tapi begitulah adanya. Inilah sepak bola," ujarnya kepada BBC Sport.
Ia menambahkan, "Dengan VAR, sepak bola menjadi tidak begitu emosional seperti hari ini."
Menurutnya, hari ini suasana pertandingan sangat menyenangkan. "Semua orang setuju dengan saya bahwa hari ini suasananya sangat bagus. Anda bisa merayakan gol karena Anda yakin itu adalah gol. Saya senang seperti itu."
Ragu keberadaan VAR
Beberapa orang, termasuk rekan sejawatnya di Chelsea, Enzo Maresca, merasa ragu mengenai keberadaan VAR dalam Piala FA.
"Saya pikir handball itu cukup jelas. Dalam dua atau tiga hari terakhir, ada banyak momen berbeda dalam pertandingan yang berbeda yang, tanpa VAR, terkadang lebih rumit," ungkap Maresca.
Ia menambahkan, "Terkadang bahkan dengan VAR, Anda tidak pernah tahu apakah itu akan diberikan sebagai handball atau tidak. Saya tidak tahu. Musim ini kita melihat begitu banyak handball dan VAR tidak ada di sana." Pernyataan ini menunjukkan ketidakpastian yang dirasakan banyak pihak terkait keputusan yang diambil dalam pertandingan.
Selain itu, pelatih Manchester United, Ruben Amorim, juga mengakui bahwa gol dramatis Harry Maguire di menit-menit akhir melawan Leicester City pada pertandingan pertama putaran ini seharusnya tidak disahkan karena offside. Ada beberapa insiden penting lainnya yang terjadi selama pertandingan hari Sabtu, dan masih ada lima pertandingan yang akan dimainkan dalam tiga hari ke depan. Dengan situasi ini, pertanyaan yang muncul adalah, "apa yang terjadi dengan VAR di Piala FA, dan mengapa?" Ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dibahas mengenai efektivitas VAR dalam kompetisi ini.
Infrastruktur yang ada belum memadai
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) mengumumkan pada bulan Desember bahwa penerapan teknologi VAR akan dimulai pada putaran kelima. Langkah ini diambil untuk menjamin konsistensi keputusan wasit di antara semua klub yang berkompetisi di tahap yang sama. Sebelumnya, VAR hanya diterapkan di stadion-stadion Liga Inggris dan di Wembley pada babak semi-final serta final Piala FA, disebabkan oleh kendala infrastruktur dan biaya operasional.
Para pejabat liga melaporkan bahwa terdapat 13 kesalahan VAR yang terjadi di Liga Inggris sepanjang musim ini, angka ini menurun dibandingkan dengan 20 kesalahan pada periode yang sama di musim lalu.
Namun, ada kejanggalan, karena teknologi garis gawang sudah digunakan di stadion-stadion Liga Premier dan Championship—di mana infrastruktur memadai—meskipun tidak diterapkan di semua lokasi. Salah satu contohnya adalah di St Andrew's, di mana Newcastle United berhasil mengalahkan Birmingham City setelah gol kontroversial Joe Willock dinyatakan telah melewati garis.
"Saya pikir itu menyegarkan bahwa mereka tidak memiliki VAR dan saya berharap mereka memiliki ini di seluruh kompetisi," ungkap mantan penjaga gawang Newcastle, Shay Given, di BBC One setelah pertandingan tersebut. "Jika ada keraguan, Anda harus memberikan keuntungan kepada Birmingham, tetapi hakim garis bersikeras bahwa tembakan Willock melewati garis."
Terkadang muncul keraguan
Di acara BBC Radio 5 Live, Matthew Upson, mantan pemain bertahan Birmingham, menyatakan bahwa sulit untuk memastikan apakah bola benar-benar telah melewati garis. Situasi seperti ini seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat menggunakan teknologi garis gawang yang memanfaatkan sistem Hawk-Eye untuk menentukan posisi bola dengan akurat.
"Kami tidak memiliki jawaban pasti dan kami telah menontonnya 100 kali," ungkap Curtis Davies, mantan pemain Blues, di BBC One. "Ketika komputer yang mengambil keputusan, tidak ada pihak yang bisa disalahkan. Ini lebih kepada tebakan. Saya tidak mengerti bagaimana hakim garis dapat membuat keputusan yang begitu meyakinkan," tambahnya. Sumber: BBC