Guna melindungi masyarakat ini pula, BPOM pun telah melakukan beberapa tindakan.
Guna melindungi masyarakat ini pula, BPOM pun telah melakukan beberapa tindakan. © 2024 merdeka.com
Rawan Terkontaminasi BPA, BPOM Soroti Penggunaan Galon Guna Ulang
Topik tentang kontaminasi BPA pada galon guna ulang menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan jika mayoritas memang kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat rawan terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA . Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan situs Validnews.ID (2/8), Ema pun menjelaskan latar peraturan anyar pelabelan bahaya BPA pada galon air minum bermerek. "Pengaturan dalam rangka melindungi masyarakat," kata Ema. Lantas, langkah nyata apa saja yang sudah dilakukan BPOM dalam menyikapi persoalan satu ini?
Mengesahkan Penambahan Dua Pasal Baru Pada 5 April 2024, BPOM mengesahkan penambahan dua pasal baru pada peraturan tentang Label Pangan Olahan, yakni kewajiban pencantuman label cara penyimpanan air minum kemasan (Pasal 48a) dan kewajiban pencantuman label peringatan risiko BPA pada semua galon air minum bermerek yang menggunakan kemasan polikarbonat (Pasal 61A). Nantinya, saat masa tenggang (grace period) penerapan aturan tersebut berakhir pada 2028, produsen yang menggunakan kemasan polikarbonat, jenis galon berplastik keras yang paling jamak di pasar, wajib menerapkan peringatan: "Dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan".
Orang lain juga bertanya?
Bagaimana cara BPA bisa berpindah ke dalam air?
Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia tersebut pada galon bermerek di sejumlah kota menunjukkan ‘kecenderungan yang mengkhawatirkan’. “Datanya memang cenderung mengkhawatirkan, migrasi BPA ada di kisaran 0,06 ppm sampai 0,6 ppm dan bahkan ada yang di atas 0,6 ppm,” katanya.
Kenapa Rumah Harapan Indonesia memilih air mineral dengan kemasan bebas BPA?
Selaku founder dan pengambil keputusan di RHI, saya paham bahwa memastikan kemasan bebas BPA sangatlah penting, khususnya bagi anak-anak penderita kanker. Oleh karenanya, kami sangat mengapresiasi komitmen Le Minerale yang memastikan kemasannya aman, bebas BPA. Inilah yang sangat kami butuhkan,”
Apa itu BPA?
Selain menghadapi tantangan lingkungan, BPOM juga mengambil langkah progresif dalam menghadapi ancaman kontaminan dari produk kemasan yang mengandung Bisphenol A (BPA).
Apa itu BPA dan mengapa berbahaya?
Bahaya Bisfenol A (BPA) seringkali diabaikan oleh pihak-pihak tertentu. Bahkan, ada pula beberapa yang berupaya untuk mengaburkan fakta penting dari zat kimia berbahaya ini dengan pernyataan-pernyataan yang kurang relevan.
Apa yang dimaksud dengan label bebas BPA?
Meskipun menimbulkan pro dan kontra, namun Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan bahwa langkah BPOM ini sudah tepat dan penting dalam melindungi kesehatan masyarakat."Yang pertama bahwa bicara label bebas BPA atau bisphenol A pada kemasan produk ini sebenarnya adalah langkah atau kebijakan yang cukup tepat dalam konteks kesehatan masyarakat," kata Dicky dalam wawancaranya, Jumat (23/8/2024).
Bagaimana BPA masuk ke dalam tubuh manusia?
Manusia pun terpapar BPA melalui beberapa jalur: makanan (melalui mulut), pekerjaan (inhalasi), dan kontak dengan bahan, jenis plastik, dan alat medis (melalui kulit).
Korelasi Sejumlah Penyakit dengan Kontaminasi BPA Menjawab pertanyaan Validnews , Ema menyebut sejumlah penyakit yang berkorelasi dengan kontaminasi BPA pada tubuh, termasuk gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes dan obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, gangguan perkembangan kesehatan mental dan Autism Spectrum Disorder (ASD) pada anak. Menurutnya, galon berbahan polikarbonat umumnya didistribusikan dengan sistem ‘guna ulang’, dimana produsen rutin menarik kembali galon kosong untuk dibersihkan di pabrik sebelum diisi dan dipasarkan kembali. Kontaminasi BPA pada galon guna ulang, demikian sebutan populernya, berpotensi terjadi bila proses pencucian dan distribusi galon "tidak tepat”.
Misalnya, saat produsen menyemprot galon bekas dengan suhu tinggi, menggunakan deterjen atau menggosok bagian dalam galon hingga tergores serta membiarkan galon terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama saat pengantaran ke konsumen. "Penggunaan berulang dari kemasan galon tersebut dapat berpotensi terjadinya migrasi/pelepasan BPA," katanya.
Karenanya, Ema mendesak industri melakukan "monitoring mandiri secara berkala" terhadap persyaratan keamanan dan kemasan pangan dan menerapkan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB) secara konsisten, termasuk monitoring pengendalian proses, bahan baku dan kemasan. Riset komprehensif BPOM kurun 2021-2022 mendapati peluruhan BPA pada galon air minum dengan kemasan plastik polikarbonat "menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan", dengan lima provinsi tercatat memiliki angka migrasi BPA melampaui ambang batas aman.
Tingkat Risiko Bahaya BPA Semakin Tinggi Menurut Ema, otoritas keamanan dan mutu pangan di berbagai negara telah memperketat batas aman paparan BPA. Dia mencontohkan European Food Safety Authority pada April 2023 menetapkan nilai Tolerable Daily Intake (TDI) untuk BPA 20.000 kali lebih rendah, menjadi 0,002 mikrogram/kilogram berat badan/hari dari sebelumnya 4 mikrogram/kilogram berat badan/hari. "Hal ini menunjukan tingkat risiko bahaya BPA yang semakin tinggi," katanya.
Lebih jauh, Ema menyebut kebijakan pelabelan BPA berlatar keinginan pemerintah melindungi kesehatan publik. Dikonsumsi seluruh kelompok usia, volume produksi air galon per tahunnya tercatat mencapai 21 miliar liter dengan total konsumen sebanyak 50,2 juta orang, atau 18% dari populasi Indonesia tahun 2020. Menurut Ema, "Berdasarkan risiko kesehatan, jumlah konsumsi, dan data produk beredar, BPOM memandang perlu untuk segera melakukan pengaturan label AMDK.” (*)
Rekomendasi Berita untuk kamu
Artikel ini ditulis oleh
Editor Achmad Iwan Tantomi