Joe Biden Divonis Kanker Prostat: Ketahui Risikonya pada Pria Seiring Usia, Lebih Berisiko di Atas Usia 50 Tahun
Mantan Presiden AS, Joe Biden, didiagnosis kanker prostat stadium 9 yang agresif dan telah menyebar ke tulang belakang.

Mantan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, didiagnosis menderita kanker prostat agresif stadium 9 yang telah menyebar ke tulang. Kabar mengejutkan ini disampaikan pada Minggu, 18 Mei 2025, setelah Biden mengalami serangkaian gejala yang mengindikasikan adanya masalah pada saluran kemihnya. Diagnosis ini tentu menjadi pukulan bagi Biden dan keluarganya, mengingat usianya yang sudah menginjak 82 tahun dan riwayat kesehatan yang pernah ia alami sebelumnya.
Skor Gleason 9 menunjukkan bahwa kanker yang diderita Biden tergolong sangat agresif. Meskipun demikian, tim dokter menemukan bahwa kanker tersebut sensitif terhadap hormon, membuka peluang untuk terapi hormon sebagai salah satu opsi pengobatan. Terapi ini diharapkan dapat membantu mengecilkan ukuran tumor atau memperlambat laju pertumbuhannya. Namun, penting untuk dicatat bahwa terapi hormon bukanlah solusi penyembuhan total untuk kanker prostat.
Saat ini, Biden dan keluarganya tengah berkonsultasi dengan tim dokter untuk mempertimbangkan berbagai pilihan pengobatan yang tersedia. Meskipun kanker prostat yang telah bermetastasis atau menyebar cenderung lebih sulit untuk diobati, kemajuan signifikan dalam bidang onkologi telah memungkinkan pasien untuk hidup lebih lama, bahkan hingga empat hingga lima tahun setelah diagnosis. Biden sendiri selama masa jabatannya sebagai presiden sangat fokus pada inisiatif Cancer Moonshot untuk menekan angka kematian akibat kanker.
Apa Itu Kanker Prostat?
Kanker prostat terjadi ketika sel-sel di kelenjar prostat—organ kecil di bawah kandung kemih yang membantu produksi cairan semen—tumbuh tak terkendali. Kelenjar ini, seukuran kacang walnut, sangat penting untuk sistem reproduksi pria. Biasanya, kanker prostat tumbuh perlahan dan tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, sehingga sering terdeteksi melalui skrining rutin. Namun, seperti pada kasus Joe Biden, beberapa kanker prostat bisa sangat agresif, menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang, dan memerlukan pengobatan segera.
Menurut American Cancer Society, sekitar 1 dari 8 pria akan didiagnosis kanker prostat selama hidupnya. Di Amerika Serikat, pada 2021, terdapat 236.659 kasus baru, dengan 70% di antaranya terdeteksi sebelum kanker menyebar di luar prostat. Namun, sekitar 8% kasus, seperti yang dialami Biden, sudah berada pada stadium lanjut saat didiagnosis, yang membuat pengobatan lebih rumit.
Risiko Kanker Prostat Berdasarkan Usia

Usia adalah faktor risiko utama kanker prostat. Semakin tua seorang pria, semakin tinggi kemungkinan ia mengembangkan penyakit ini. Berikut adalah gambaran risiko berdasarkan kelompok usia:
- Di Bawah 40 Tahun: Kanker prostat sangat jarang pada kelompok ini. Kurang dari 1% kasus terjadi pada pria di bawah 40 tahun, menurut Medical News Today. Risiko pada usia ini biasanya terkait dengan faktor genetik atau riwayat keluarga yang kuat.
- Usia 40-50 Tahun: Risiko mulai meningkat, terutama bagi pria dengan faktor risiko tambahan, seperti riwayat keluarga atau keturunan Afrika-Amerika. Meski masih jarang, pria dalam kelompok ini mungkin mempertimbangkan skrining dini jika memiliki risiko tinggi.
- Usia 55-69 Tahun: Ini adalah rentang usia di mana skrining kanker prostat sering direkomendasikan. American Cancer Society menyarankan pria dalam kelompok ini untuk mendiskusikan manfaat dan risiko skrining dengan dokter. Tes seperti antigen spesifik prostat (PSA) dan pemeriksaan digital rektum (DRE) dapat membantu mendeteksi kanker sebelum menimbulkan gejala.
- Usia 65 Tahun ke Atas: Sekitar 60% kasus kanker prostat didiagnosis pada pria di atas 65 tahun, dengan usia rata-rata diagnosis 67 tahun. Risiko terus meningkat seiring usia, dan pada usia 80 tahun, hingga 80% pria memiliki sel kanker di prostat, meskipun banyak yang tidak memerlukan pengobatan karena pertumbuhan lambat, seperti dilaporkan oleh WebMD.
- Usia 80 Tahun ke Atas: Pada kelompok ini, kanker prostat sangat umum, tetapi sering kali tidak agresif. Namun, kasus seperti Joe Biden menunjukkan bahwa kanker agresif tetap mungkin terjadi, memerlukan perhatian medis segera.
Data dari CDC menunjukkan bahwa kanker prostat adalah penyebab kematian akibat kanker kedua terbesar pada pria di AS, setelah kanker paru-paru. Namun, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker prostat lokal mendekati 100%, meskipun turun menjadi sekitar 31% untuk kanker stadium lanjut seperti yang dialami Biden.
Faktor Penyebab Lain
Selain usia, beberapa faktor lain dapat meningkatkan risiko kanker prostat:
- Riwayat Keluarga: Pria dengan ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker prostat memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi. Risiko ini meningkat jika lebih dari satu anggota keluarga terkena.
- Ras: Pria Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi dan cenderung didiagnosis pada usia lebih muda dengan kanker yang lebih agresif dibandingkan pria kulit putih atau ras lain.
- Faktor Genetik: Mutasi gen seperti BRCA1 dan BRCA2, yang juga terkait dengan kanker payudara, dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
- Paparan Lingkungan: Paparan bahan kimia tertentu, seperti arsenik atau bahan kimia yang dihadapi petugas pemadam kebakaran, mungkin meningkatkan risiko, meskipun bukti masih terbatas.
- Gaya Hidup: Pola makan tinggi lemak jenuh, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik mungkin berkontribusi, meskipun hubungannya belum sepenuhnya jelas.
Dalam kasus Joe Biden, usianya adalah faktor risiko utama. Sebagai pria kulit putih, risikonya lebih rendah dibandingkan pria Afrika-Amerika, tetapi pada usia 82 tahun, kemungkinan mengembangkan kanker prostat sangat tinggi. Tidak ada informasi publik tentang riwayat keluarga atau faktor genetiknya, tetapi gejala saluran kemih yang ia alami—seperti kesulitan buang air kecil—adalah tanda umum yang sering memicu pemeriksaan lebih lanjut pada pria lanjut usia.
Pilihan Pengobatan dan Harapan Hidup
Meskipun kanker prostat yang telah menyebar seperti yang dialami Joe Biden lebih sulit diobati, terdapat berbagai pilihan pengobatan yang dapat membantu mengendalikan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah terapi hormon, yang bertujuan untuk menurunkan kadar hormon yang memicu pertumbuhan sel kanker.
Selain terapi hormon, pilihan pengobatan lain meliputi kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Pilihan pengobatan yang paling tepat akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk stadium kanker, tingkat agresivitas, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Meskipun harapan hidup pasien dengan kanker prostat metastatik bervariasi, kemajuan dalam pengobatan telah memungkinkan banyak pasien untuk hidup lebih lama dan menikmati kualitas hidup yang baik. Dukungan dari keluarga, teman, dan tim medis juga memainkan peran penting dalam membantu pasien menghadapi tantangan yang terkait dengan penyakit ini.

Kanker Prostat pada Pria Lanjut Usia
Pada pria lanjut usia seperti Biden, kanker prostat sering kali tumbuh lambat dan tidak memerlukan pengobatan agresif. Dokter mungkin memilih pendekatan “watchful waiting” untuk memantau kanker tanpa intervensi langsung. Namun, kasus Biden adalah pengecualian. Dengan skor Gleason 9 dan penyebaran ke tulang, kankernya termasuk dalam 8% kasus stadium lanjut yang didiagnosis setiap tahun, menurut Reuters.
Kanker prostat agresif seperti ini memerlukan pengobatan segera, yang mungkin mencakup terapi hormon, kemoterapi, atau radiasi. Fakta bahwa kanker Biden sensitif terhadap hormon memberikan harapan, karena terapi seperti androgen-deprivation therapy (ADT) dapat memperlambat pertumbuhan kanker dengan mengurangi kadar testosteron yang memicu sel kanker.
Kasus Biden juga menyoroti pentingnya memperhatikan gejala seperti kesulitan buang air kecil, nyeri panggul, atau perubahan kebiasaan buang air kecil, terutama pada pria lanjut usia. Gejala ini sering dianggap sebagai bagian dari penuaan, tetapi bisa menjadi tanda kanker prostat yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mengapa Skrining Penting?
Karena kanker prostat sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, skrining menjadi kunci untuk deteksi dini. Tes PSA mengukur kadar protein dalam darah yang bisa meningkat jika ada kanker prostat, sementara DRE memungkinkan dokter untuk merasakan adanya nodul atau kelainan pada prostat. Namun, skrining juga memiliki risiko, seperti overdiagnosis—mendeteksi kanker yang tidak akan pernah menyebabkan masalah—dan overtreatment, yang dapat menyebabkan efek samping seperti inkontinensia atau disfungsi ereksi.
Pria berusia 55-69 tahun disarankan untuk mendiskusikan skrining dengan dokter, sementara mereka dengan risiko lebih tinggi, seperti pria Afrika-Amerika atau dengan riwayat keluarga, mungkin memulai pada usia 40-45 tahun. Untuk pria di atas 70 tahun, skrining biasanya tidak direkomendasikan kecuali ada gejala atau risiko tinggi, karena kanker prostat pada usia ini sering tidak memerlukan pengobatan.