Benarkah Orang Kaya Pasti Lebih Sehat dan Pintar Dibanding yang Berpenghasilan Sedikit?
Benarkah orang kaya selalu lebih sehat dan pintar? Faktanya, hubungan antara kekayaan, kesehatan, dan kecerdasan lebih kompleks dari yang dibayangkan!

Di sebuah diskusi bertajuk Double Check di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 17 Mei 2025, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, melontarkan pernyataan yang mengundang perhatian. “Apa sih bedanya orang yang gajinya Rp15 juta sama Rp5 juta? Cuma dua. Satu, dari Rp15 juta pasti lebih sehat dan lebih pintar. Kalau dia enggak sehat dan enggak pintar, enggak mungkin gajinya Rp15 juta, pasti gajinya Rp5 juta,” ujarnya.
Apakah kekayaan menjadi jaminan kesehatan dan kecerdasan yang lebih baik? Anggapan umum ini seringkali muncul dalam perbincangan sehari-hari. Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa hubungan antara kekayaan, kesehatan, dan kecerdasan jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Studi ini mengungkap fakta mengejutkan bahwa kesuksesan finansial tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kecerdasan dan kesehatan seseorang.
Kekayaan dan Kecerdasan: Apa Kata Sains?
Untuk menjawab pertanyaan apakah orang kaya lebih pintar, kita bisa merujuk pada artikel yang diterbitkan oleh University of Liverpool pada 2 Juni 2023, berjudul Are Rich People More Intelligent? Here’s What the Science Says. Penelitian ini, yang ditulis oleh Giovanni Sala dan Fernand Gobet, mengeksplorasi hubungan antara kecerdasan (diukur melalui IQ) dan kekayaan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi positif, namun lemah, antara kecerdasan dan kesuksesan finansial. Orang dengan IQ lebih tinggi cenderung memiliki peluang lebih besar untuk mencapai pendapatan yang lebih tinggi, terutama karena mereka lebih mungkin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan pekerjaan dengan gaji besar. Namun, korelasi ini bukanlah kausalitas. Artinya, kecerdasan tinggi tidak menjamin seseorang menjadi kaya, dan sebaliknya, orang kaya tidak selalu memiliki IQ di atas rata-rata.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa faktor lain, seperti latar belakang keluarga, akses ke pendidikan, dan keberuntungan, memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menentukan kekayaan seseorang. Misalnya, seseorang dari keluarga kaya dengan akses ke sekolah elit memiliki peluang lebih besar untuk sukses secara finansial, meskipun kecerdasannya biasa saja. Sebaliknya, orang dengan kecerdasan tinggi dari keluarga miskin sering kali terhambat oleh kurangnya sumber daya atau peluang. Jadi, meskipun ada hubungan antara kecerdasan dan kekayaan, pernyataan bahwa orang kaya “pasti lebih pintar” terlalu menyederhanakan realitas.
Sebuah artikel di Yahoo Finance memperkuat argumen tersebut dengan menyebutkan beberapa contoh individu yang menjadi jutawan meskipun tidak memiliki prestasi akademik cemerlang atau IQ tinggi. Banyak dari mereka sukses karena kerja keras, keberanian mengambil risiko, atau keberuntungan, seperti memulai bisnis di waktu yang tepat. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa kecerdasan bukan satu-satunya kunci menuju kekayaan, melainkan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk ketekunan dan peluang.

Kekayaan dan Kesehatan: Hubungan yang Lebih Nyata
Jika hubungan antara kekayaan dan kecerdasan masih diwarnai nuansa abu-abu, bagaimana dengan kesehatan? Artikel dari AARP berjudul Research Finds the Rich Live Longer menunjukkan bahwa orang dengan pendapatan lebih tinggi cenderung hidup lebih lama dan memiliki kesehatan yang lebih baik. Penelitian yang dikutip dalam artikel ini menemukan bahwa individu dengan kekayaan lebih besar memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan berkualitas, makanan bergizi, dan lingkungan hidup yang lebih sehat, seperti lingkungan dengan udara bersih dan ruang hijau.
Sebuah studi dari Harvard Medical School, yang dipublikasikan dalam artikel Wealthy, Healthy, juga mendukung temuan ini. Studi tersebut menemukan bahwa orang kaya lebih mungkin untuk berinvestasi dalam perawatan preventif, seperti pemeriksaan kesehatan rutin, dan memiliki lebih sedikit stres finansial, yang berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik yang lebih baik. Misalnya, orang dengan pendapatan tinggi lebih mampu membeli asuransi kesehatan premium atau berkonsultasi dengan dokter spesialis, sesuatu yang sering kali sulit diakses oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Namun, hubungan ini juga tidak sesederhana yang dikira. Penelitian dari The Lancet (2016) menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan dapat memperburuk kesehatan masyarakat secara keseluruhan, bahkan bagi mereka yang berpenghasilan tinggi. Di negara-negara dengan kesenjangan ekonomi yang besar, seperti Indonesia, orang miskin sering kali menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi karena kurangnya akses ke air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan dasar. Namun, orang kaya pun tidak sepenuhnya kebal dari masalah kesehatan. Stres akibat tekanan pekerjaan atau gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi alkohol berlebihan atau kurang olahraga, juga dapat mengganggu kesehatan mereka.
Mengurai Pernyataan Menkes: Benarkah Sesederhana Itu?
Pernyataan Menkes Budi Gunadi Sadikin mungkin dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat agar lebih memperhatikan kesehatan dan pendidikan sebagai kunci menuju kemajuan. Namun, pernyataan ini juga bisa dianggap terlalu menyederhanakan masalah yang kompleks. Kekayaan memang sering kali memberikan akses ke sumber daya yang mendukung kesehatan dan pendidikan, tetapi tidak berarti orang dengan penghasilan rendah otomatis kurang sehat atau kurang pintar. Faktor seperti lingkungan sosial, kebijakan pemerintah, dan ketimpangan struktural juga memainkan peran besar.
Sebagai contoh, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa pada 2024, sekitar 9,36% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi atau layanan kesehatan yang memadai, bukan karena kurang cerdas atau malas, tetapi karena keterbatasan sistemik. Di sisi lain, orang kaya yang memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti merokok atau bekerja berlebihan, juga bisa menghadapi masalah kesehatan serius, meskipun mereka memiliki uang untuk perawatan.
Jadi, benarkah orang kaya pasti lebih sehat dan pintar? Tidak sepenuhnya. Penelitian menunjukkan bahwa kekayaan memang berkorelasi dengan kesehatan yang lebih baik dan peluang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi hubungan ini tidak absolut. Kecerdasan dan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk lingkungan, akses, dan keberuntungan. Pernyataan Menkes Budi Gunadi Sadikin mungkin ingin menekankan pentingnya kesehatan dan pendidikan untuk kemajuan individu dan bangsa, tetapi kita harus berhati-hati agar tidak menyamakan kekayaan dengan nilai seseorang.
Bagi masyarakat awam, pesan dari diskusi ini sederhana: kesehatan dan pendidikan adalah investasi berharga, apa pun status ekonomi kita. Seperti kata pepatah, “Sehat itu mahal, tapi pintar itu tak ternilai.” Dengan menjaga tubuh dan pikiran, siapa pun bisa meraih potensi terbaiknya, entah gajinya Rp5 juta atau Rp15 juta.