7 Pelajaran dari Stoisme untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Ungkap 7 kunci kebahagiaan dan ketenangan hidup dari filsafat Stoisme kuno, sebuah pendekatan praktis untuk menghadapi tantangan modern.

Stoikisme, filsafat Yunani kuno yang muncul pada abad ke-3 SM, menawarkan panduan praktis untuk mencapai kehidupan yang lebih tenang dan bermakna. Diajarkan oleh tokoh-tokoh seperti Zeno dari Citium, Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius, Stoikisme menekankan pentingnya kendali diri dan penerimaan terhadap hal-hal di luar kendali kita. Bagaimana Stoikisme, yang kini dikenal sebagai Stoikisme Modern, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidup? Artikel ini akan mengungkap tujuh pelajaran berharga dari filsafat kuno ini.
Stoikisme bukan sekadar teori abstrak, melainkan kerangka kerja praktis untuk menghadapi tantangan hidup. Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, prinsip-prinsip Stoikisme memberikan alat yang ampuh untuk mengurangi stres, meningkatkan ketahanan mental, dan membangun hubungan yang lebih bermakna. Dari para pemimpin dunia hingga atlet profesional, banyak individu sukses yang telah menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme dalam kehidupan mereka.
Salah satu kutipan yang menggambarkan inti Stoikisme adalah: "Ketika kita berpikir tentang arti menjadi seorang Stoa, kita mungkin membayangkan seseorang yang berwajah poker dan tanpa emosi. Tetapi Stoikisme sesungguhnya, sebuah filsafat kuno yang berasal dari tahun 300 SM, bukan tentang mengabaikan perasaan, tetapi membingkainya kembali: Pada dasarnya, Stoa berpikir dalam hal kendali; yaitu, mengubah apa yang dapat kita kendalikan dan menerima apa yang tidak dapat kita kendalikan." Dengan memahami dan mempraktikkan tujuh pelajaran berikut, kita dapat menuai manfaat luar biasa dari filsafat kuno yang relevan hingga saat ini.
Menerima Apa yang Tidak Dapat Dikendalikan
Salah satu pelajaran paling penting dari Stoikisme adalah menerima kenyataan bahwa banyak hal dalam hidup di luar kendali kita. Ini termasuk cuaca, peristiwa dunia, kemacetan lalu lintas, dan bahkan pikiran serta tindakan orang lain. Terlalu berfokus pada hal-hal yang tidak dapat kita ubah hanya akan menyebabkan frustrasi dan stres yang tidak perlu. Seperti yang dikatakan Meg Gitlin, LCSW, seorang psikoterapis di New York dilansir dari Real Simple, "Ketika Anda mahir dalam mendefinisikan apa yang berada di luar lingkup kendali Anda, Anda tidak membuang banyak energi untuk melawan ketidakadilan, dan hidup terasa jauh lebih tidak menegangkan."
Penerimaan bukan berarti pasrah, tetapi lebih kepada pemahaman bahwa ada batasan kemampuan kita. Dengan menerima hal ini, kita dapat mengalihkan energi kita ke hal-hal yang memang dapat kita kendalikan, seperti pikiran, tindakan, dan reaksi kita. Filosofi Jawa, "Nrimo Ing Pandum", yang menekankan penerimaan takdir, juga selaras dengan prinsip ini. Penerimaan takdir diiringi dengan upaya untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan menjaga keseimbangan dalam hubungan sosial.
Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang ada dalam kendali kita, sehingga kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan efektif. Ini adalah kunci untuk mengurangi kecemasan dan stres dalam kehidupan modern yang penuh tantangan.
Mengidentifikasi dan Mengambil Tindakan yang Bermakna
Stoikisme bukan tentang pasifitas. Justru sebaliknya, ia mendorong kita untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat kita ubah dan mengambil tindakan yang berarti. Setelah menerima batasan kita, kita dapat fokus pada langkah-langkah konkret yang dapat kita ambil untuk mencapai tujuan kita. Gitlin memberikan contoh, "Misalnya, jika Anda tumbuh dengan orang tua yang tidak mampu hadir secara emosional untuk Anda, Anda mungkin secara logis menyadari bahwa ketika tiba waktunya bagi Anda untuk menjadi orang tua sendiri, Anda akan membutuhkan lapisan dukungan tambahan."
Ini berarti mencari dukungan, membaca buku, atau mengikuti bimbingan profesional. Dengan fokus pada tindakan yang dapat kita kendalikan, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam hidup kita. Ini adalah pendekatan yang proaktif dan efektif untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.
Stoikisme mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima keadaan, tetapi juga untuk bertindak secara bijaksana dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan.

Berpikir di Luar Pola Biner
Stoikisme mengajak kita untuk melepaskan diri dari pola pikir hitam-putih. Tidak semua hal dalam hidup adalah baik atau buruk sepenuhnya. Gitlin menjelaskan, "Ketika Anda berusaha untuk menjadi 'cukup baik,' Anda keluar dari jenis pemikiran hitam-putih ini. Ini menciptakan ruang untuk suara yang lebih membantu dan seimbang." Kegagalan atau kesalahan tidak mendefinisikan siapa kita sepenuhnya. Kita dapat belajar dari kesalahan dan terus berkembang.
Dengan mengadopsi perspektif yang lebih bernuansa, kita dapat mengurangi tekanan yang disebabkan oleh ekspektasi yang tidak realistis. Kita dapat menerima kekurangan dan tetap menghargai pencapaian kita. Ini adalah kunci untuk membangun rasa percaya diri dan ketahanan mental.
Stoikisme mendorong kita untuk memiliki pandangan yang lebih seimbang dan proporsional terhadap kehidupan, sehingga kita dapat menghadapi tantangan dengan lebih bijaksana.
Meragukan Pikiran Sendiri
Stoikisme mendorong kita untuk mempertanyakan kebenaran pikiran dan persepsi kita. Tidak semua pikiran kita mencerminkan realitas objektif. Gitlin menyarankan untuk mengajukan pertanyaan seperti, "Seberapa benar pikiran ini dalam skala nol hingga seratus?" atau "Apa yang akan saya katakan kepada teman baik jika mereka mengatakan ini kepada saya?" Dengan mempertanyakan asumsi kita, kita dapat mengidentifikasi bias kognitif dan menghindari kesimpulan yang terburu-buru.
Menganalisis pikiran kita secara kritis membantu kita untuk melepaskan diri dari pikiran negatif yang tidak membantu. Ini adalah kunci untuk membangun ketahanan mental dan mengurangi stres. Dengan mempertanyakan pikiran negatif, kita dapat menggantinya dengan pikiran yang lebih positif dan konstruktif.
Stoikisme mengajarkan kita untuk tidak menerima pikiran kita begitu saja, tetapi untuk menganalisisnya secara kritis dan objektif.
Menulis dan Bertindak
Stoikisme menekankan pentingnya menulis dan bertindak. Menulis dapat membantu kita untuk merefleksikan pengalaman dan merencanakan tindakan. Gitlin menyarankan untuk membuat jurnal atau daftar tugas. Ini membantu kita untuk mengklarifikasi tujuan dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencapainya.
Menulis juga dapat membantu kita untuk mengolah emosi dan meningkatkan kesadaran diri. Dengan menulis, kita dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan kita dengan lebih jelas dan terarah. Ini adalah alat yang ampuh untuk pertumbuhan pribadi dan perkembangan diri.
Stoikisme mengajarkan kita bahwa tindakan nyata lebih penting daripada sekadar pemikiran. Menulis membantu kita untuk menjembatani antara pikiran dan tindakan.

Menghargai Momen Saat Ini
Konsep "memento mori", atau "ingatlah bahwa kamu akan mati", dalam Stoikisme mendorong kita untuk menghargai setiap momen dalam hidup. Dengan menyadari kefinitaan hidup, kita dapat lebih menghargai hal-hal yang benar-benar penting. Michael Tremblay, co-host podcast Stoa Conversations, mengatakan, "Anda mengingat kematian Anda sendiri sehingga Anda dapat menjalani setiap hari dengan penuh rasa syukur dan di masa kini."
Memahami kematian membantu kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar bermakna. Kita dapat lebih menghargai hubungan kita dengan orang lain dan fokus pada hal-hal yang membawa kebahagiaan sejati. Ini adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan.
Stoikisme mengajarkan kita untuk hidup di masa kini dan menghargai setiap momen yang berharga.
Bersiap Menghadapi Kemustahilan
Stoikisme juga mendorong kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kesulitan dan kemustahilan. Ini disebut "premeditatio malorum", atau "merenungkan hal-hal buruk". Bukan berarti kita harus terus-menerus mengkhawatirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi, tetapi kita harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut dan merencanakan bagaimana kita akan menghadapinya. Tremblay menjelaskan, "Premeditatio malorum adalah tentang mengenali dan membayangkan hal-hal buruk yang dapat terjadi, sehingga Anda tidak ketahuan tidak siap ketika hal itu terjadi. Anda juga membayangkan bagaimana Anda akan menanggapi situasi negatif tersebut dengan ketahanan."
Dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi kesulitan, kita dapat mengurangi dampak negatifnya dan meningkatkan ketahanan mental kita. Ini membantu kita untuk menghadapi tantangan dengan lebih tenang dan efektif. Stoikisme mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi kesulitan, tetapi untuk mempersiapkan diri dan menghadapinya dengan keberanian.
Stoikisme, meskipun merupakan filsafat kuno, tetap relevan dan praktis untuk diterapkan dalam kehidupan modern. Dengan memahami dan menerapkan tujuh pelajaran ini, kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita, mencapai ketenangan batin, dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bahagia.