Kasus Dugaan Inses di Bukittinggi, Polisi Periksa 18 Saksi
Polisi terus menyelidiki kasus dugaan inses atau hubungan sedarah antara ibu dan anak di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Polisi terus menyelidiki kasus dugaan inses atau hubungan sedarah antara ibu dan anak di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Penyidik Polresta Bukittinggi bahkan telah memeriksa 18 saksi terkait kasus itu. Mereka juga telah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit jiwa.
"Untuk MA sekarang kita sedang observasi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) HB Saanin, Padang," terangnya.
Kasus itu diungkap Erman pada saat acara Sosialisasi Pencegahan Pernikahan anak di Rumah Dinas Wali Kota Bukittinggi pada Rabu (22/6). Dia mengatakan, ada warganya sejak duduk dari bangku SMA berhubungan badan dengan ibu kandungnya. "Anak kita dari SMA sampai usia 28 tahun berhubungan badan dengan Ibu kandungnya," katanya melalui rekaman suara yang diterima merdeka.com, Kamis (22/6).
Dia memaparkan kasus tersebut sudah ditangani Pemerintah Kota Bukittinggi. Pemuda itu saat ini sudah dikarantina. "Bapaknya ada? Bapaknya ada di rumah. Ibunya berusia 51 tahun dan Bapaknya 83 tahun. Dunia sudah tua," katanya. Informasi yang disampaikannya membuat Erman dilaporkan ke polisi dengan tuduhan membuat hoaks. Wali Kota Bukit Tinggi ini pun angkat suara terkait laporan itu.
Dalam video yang diterima merdeka.com, Erman mengaku mendapat informasi itu dari lembaga resmi yang memperoleh izin dari Kementerian Sosial bahwa ada warganya di Bukittinggi yang sedang direhabilitasi. Dia kemudian melakukan kunjungan ke tempat rehabilitasi itu. Pihak pengelola menyampaikan diduga ada anak yang berhubungan dengan Ibunya. "Saya tanya langsung kepada anak yang bersangkutan, dan anak menyampaikan hal yang sama. Dan itu mengagetkan saya. Harusnya perbuatan itu tidak terjadi di tengah masyarakat kami. Itu sekitar tiga bulan lalu," katanya.
Erman mengatakan dirinya mulai mengungkap kasus tersebut saat melakukan sosialisasi soal bahaya pernikahan di usia dini. Dia mengaku mengungkap kasus inses itu karena tema acara itu "Waspada Pernikahan Dini".
"Di sana (saat kegiatan sosialisasi) saya sampaikan informasi-informasi penyimpangan seksual karena temanya itu waspada pernikahan di bawah usia. Saya sampaikan keadaan-keadaan dengan bentuk informasi yang sudah kami olah lebih general begitu, tidak menyebut nama, bahwa di Bukittinggi ini kami mendapatkan informasi ada anak yang berhubungan dengan orang tuanya, lalu juga LGBT, lalu korban pelecehan seksual anak, lalu bahaya narkoba, saya sampaikan," ungkap Erman.
Meski jumlahnya sudah ratusan, penyidik masih mencari barang bukti lain, terutama golok yang diduga digunakan para tersangka menghabisi korban.
Baca SelengkapnyaNamun polisi belum dapat menyebutkan mengenai penyebab kematian ibu dan anak tersebut.
Baca Selengkapnyakorban ditemukan hari Jumat (22/9) sekitar pukul 13.10 Wita. Dia diduga tertembak senjata api jenis HS-9 dengan nomor Senpi HS178837 yang tengah dibersihkannya.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan bukti baru usai olah TKP ulang di Jalan Ciseuti, Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak.
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami kasus perundungan dengan mengumpulkan bukti.
Baca SelengkapnyaPicu keresahan masyarakat, DPRD Sumut dukung penuh tindakan tegas kepolisian dalam membasmi begal sadis di Kota Medan.
Baca SelengkapnyaUntuk isu yang beredar luas di lokasi terkait adanya bayi meninggal saat bentrokan terjadi, Nugroho memastikan bahwa kabar tersebut tidak benar.
Baca SelengkapnyaPolisi menegaskan proses penyidikan terus masih berlangsung.
Baca SelengkapnyaPara saksi ini rencananya menghadiri gelar perkara pada Kamis (10/8) dan Jumat (11/8).
Baca Selengkapnya