Fakta Menarik Abu Kuta Krueng, Ulama Karismatik dan Pendidik Berpengaruh di Aceh
Abu Kuta Krueng, pendiri Dayah Darul Munawwarah, berkontribusi besar dalam pendidikan agama dan pembentukan karakter generasi muda Aceh.

Abu Kuta Krueng bernama asli Tgk H Usman Ali, seorang ulama karismatik yang sangat dihormati di Aceh. Dikenal sebagai pendiri Dayah Darul Munawwarah yang terletak di Kuta Krueng, Pidie Jaya, pesantren ini didirikan pada tahun 1964 dan telah menjadi pusat pendidikan agama yang penting.
Dengan ribuan santri yang berasal dari berbagai daerah, bahkan mancanegara, Dayah Darul Munawwarah menjadi salah satu lembaga pendidikan yang paling berpengaruh di Aceh.
Peran dan Kontribusi Abu Kuta Krueng
Kontribusi Abu Kuta Krueng bagi masyarakat Aceh sangat signifikan, terutama dalam bidang pendidikan agama. Ribuan orang Aceh telah belajar ilmu agama darinya, sehingga beliau memiliki peranan penting dalam memperbaiki akhlak generasi muda.
Abu Kuta Krueng tidak hanya berfungsi sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang berkomitmen dalam pembangunan dan pelestarian tradisi. Pendekatannya yang santun dan penuh kasih sayang dalam mendidik santri menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
Dia juga aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Kegiatan pengajian dan majelis ta'lim yang beliau isi di berbagai daerah menunjukkan dedikasinya terhadap penyebaran ilmu agama.
Selain itu, Abu Kuta Krueng pernah menjabat sebagai anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan aktif di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Pidie Jaya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang tokoh yang terlibat dalam politik demi kepentingan masyarakat.
Fakta menarik tentang Abu Kuta Krueng adalah kemampuannya dalam menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan. Dia dikenal luas sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul, sehingga banyak orang merasa nyaman untuk mendiskusikan berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan agama maupun sosial.
Dalam banyak kesempatan, Abu Kuta Krueng juga mengajak santri untuk terlibat langsung dalam kegiatan sosial, seperti bakti sosial dan penggalangan dana untuk masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, Abu Kuta Krueng juga memiliki visi yang jelas tentang pendidikan. Beliau percaya bahwa pendidikan agama harus diimbangi dengan pendidikan umum.
Oleh karena itu, di Dayah Darul Munawwarah, beliau mendorong santri untuk tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Ini adalah langkah strategis untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya religius, tetapi juga berpengetahuan luas.
Abu Kuta Krueng meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi Aceh, khususnya dalam pengembangan pendidikan agama dan pembentukan karakter generasi muda yang berakhlak mulia.
Abu Kuta Krueng meninggal pada tanggal 13 Februari 2025 di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin. Banyak santri dan masyarakat yang merasa kehilangan sosok inspiratif yang telah banyak berkontribusi dalam kehidupan mereka.
Warisan dan Pengaruhnya di Masyarakat
Warisan yang ditinggalkan oleh Abu Kuta Krueng tidak hanya terbatas pada pendidikan, tetapi juga mencakup nilai-nilai moral dan etika yang beliau tanamkan kepada generasi muda. Dia mengajarkan pentingnya akhlak mulia, toleransi, dan saling menghormati antar sesama. Hal ini sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis di Aceh.
Di samping itu, kontribusi Abu Kuta Krueng dalam bidang sosial juga patut dicatat. Abu Kuta Krueng sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, termasuk membantu masyarakat yang terkena musibah dan memberikan bantuan kepada yang kurang mampu. Kegiatan ini menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama dan komitmennya untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat Aceh.
Secara keseluruhan, Abu Kuta Krueng adalah sosok yang tidak hanya dikenang sebagai ulama, tetapi juga sebagai pendidik, pemimpin, dan agen perubahan. Karya dan dedikasinya akan terus dikenang oleh masyarakat Aceh dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus berjuang demi kebaikan. Dengan segala kontribusinya, beliau telah mengukir namanya dalam sejarah pendidikan agama di Aceh.