Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli.

Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli.

Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
Sampah menjadi masalah besar warga Kota Jogja. Setelah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tutup, pemerintah terkait seolah belum punya solusi untuk mengatasi sampah-sampah yang menumpuk di beberapa titik pembuangan. Justru permasalah ini dikembalikan lagi ke warga di mana mereka dituntut untuk bisa mengolah sampah secara mandiri.
Untungnya ada sekelompok mahasiswa UGM yang peduli terhadap isu sampah ini. Mereka adalah Nadira Titania Efemy (Fisika), Hanif Kudusuhada (Fisika), Evandra Afif Naufal (Fisika), Muhammad Isma Maqoli Ula (Teknik Industri), dan Calviendra Reiky Laksana (Teknik Sipil).
Pada Maret 2024 lalu, mereka mendapat pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dari Kemendikbudristek untuk melakukan pemberdayaan pada warga di Dusun Juwangen, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
Dalam pemberdayaan itu, mereka menciptakan inovasi berupa produk meja dan kursi yang terbuat dari sampah plastik.
Inovasi itu disebut merupakan salah satu solusi atas menumpuknya sampah plastik di Yogyakarta. Bagaimana inovasi ini dilakukan? Dan bagaimana pula hasilnya?
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli. Bahan-bahan ini berguna untuk merekatkan plastik sehingga produk yang dihasilkan memiliki tingkat kerapatan yang tinggi dan kokoh.


Dikutip dari Ugm.ac.id, pembuatan produk diawali dengan memasak oli hingga mendidih. Kemudian sampah plastik dimasukkan dan diaduk hingga plastik meleleh sepenuhnya.
Selanjutnya, campuran pasir dan semen dimasukkan sehingga tekstur adonan menjadi padat seperti adonan kue. Setelah benar-benar padat, adonan harus dimasukkan ke dalam cetakan sebelum mengeras, lalu ditekan menggunakan alat penekan hingga permukaannya rata.
Terakhir, adonan dibiarkan mengeras dengan cara merendamnya di dalam air selama 10-30 menit. Sementara gagang dan dudukan kursi dan mejanya dibuat dengan batangan dan balok kayu yang disekrup pada bagian bawah meja. Sehingga terbentuklah meja dan kursi yang kuat dan seimbang.
Ketua organisasi relawan pengelolaan sampah Dusun Juwangen, Sapto, sangat mengapresiasi inovasi para mahasiswa UGM itu. Ia mengatakan kalau program pengabdian masyarakat itu memberikan dampak positif pada masyarakat. Apalagi setelah penutupan TPST Piyungan warga menjadi kesulitan dalam mengelola sampah terutama sampah plastik.
“Program ini sangat memberikan dampak positif bagi kami. Sebelumnya kami hanya membakar sampah plastik agar tidak terjadi penimbunan. Tapi cara ini juga menyebabkan polusi udara dan gangguan pernapasan. Kami berharap program ini dapat terus berkembang. Tak hanya di desa kami, tetapi juga di desa-desa lainnya,”
pungkas Sapto dikutip dari Ugm.ac.id.