Indonesia Simpan Harta Karun 1,2 Juta Hektare Tambang Nikel, Di mana Lokasinya?
Dari total 2 juta hektare lahan yang berpotensi mengandung nikel, saat ini baru sekitar 800.000 hektare saja yang telah dikeruk.
Dari total 2 juta hektare lahan yang berpotensi mengandung nikel, saat ini baru sekitar 800.000 hektare saja yang telah dikeruk.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa Indonesia masih memiliki 1,2 juta hektare cadangan nikel yang belum dieksplorasi lebih lanjut.
Sekretaris Badan Geologi Rita Susilawati menerangkan, dari total 2 juta hektare lahan yang berpotensi mengandung nikel, saat ini baru sekitar 800.000 hektare saja yang telah dikeruk.
"Lokasi yang berpotensi jadi greenfield nikel masih cukup luas. Dilihat dari formasi potensi pembawa nikel 2 juta ha, saat ini baru 800 ribu saja yang sudah menjadi IUP. Sehingga masih ada potensi 1,2 juta yang belum dieksplorasi," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/1).
Untuk diketahui, nikel saat ini jadi incaran dunia sebagai salah satu bahan baku pembentuk baterai kendaraan listrik. Indonesia ditenggarai bahkan masih menyimpan potensi cadangan nikel dengan jumlah jauh lebih besar dari yang sudah ditemukan.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia saat ini menyimpan hingga sekitar 5,3 miliar ton cadangan nikel. Bahkan, potensinya lebih besar hingga tiga kali lipat lebih.
"Kalau potensi nikelnya sih kalau lihat sekarang kan ada cadangan, ada potensi. Cadangan kita nih 5,3 miliar ton, nah potensi kita ada 17 miliar (ton)," ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM beberapa waktu lalu.
Arifin menjelaskan, nikel sendiri terbagi menjadi dua jenis. Pertama, nikel berkadar tinggi lebih dari 1,5 persen yang disebut saprolit. Lalu, nikel berkadar rendah kurang dari 1,5 persen atau limonit.
"Jadi kalau dipakai pemakaian, kita produksi setahun, nah itu kalau kan dibagi dua. Satu untuk limonit, satu untuk saprolite, untuk besi-baja," terang Arifin.
Menurut dia, dengan cadangan nikel sebesar 5,3 miliar ton yang dimiliki saat ini cukup untuk kapasitas produksi hingga 15 tahun.
Namun, usia pemakaiannya bisa bertambah jika potensi yang ada dikembangkan, dan turut membuat industri daur ulang baterai kendaraan listrik.
"Jadi kalau yang sekitar 5 miliar (ton) ini dengan kapasitas yang sekarang bisa 15 tahun. Tapi kalau kita bisa kembangin yang potensi ini kita bisa panjang," kata Arifin.
"Nah, ke depannya juga kan industri baterai ini bisa ada industri recycle. Jadi ya recycle itu kenapa bisa top up, jadi ya makin panjang lah ya, cuman kita jangan boros," pinta dia.
Baterai mobil listrik berbasis nikel disebut masih lebih efisien ketimbang LFP.
Baca SelengkapnyaPelemahan harga nikel di pasaran global justru jadi peluang untuk pemasukan investasi lebih kuat bagi Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah cari cara agar penjualan kendaraan listrik meningkat.
Baca SelengkapnyaMenurut kajian geoseismik yang dilakukan pada rentang 2019-2020, Buton menyimpan potensi harta karun minyak hingga mencapai 5 miliar barel.
Baca SelengkapnyaIndonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaESDM mencatat, total cadangan timah dunia sebanyak 4,74 juta ton logam pada 2019 lalu.
Baca SelengkapnyaBerikut bukti bahwa Nusantara berisikan 'harta karun' menakjubkan.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil listrik berbasis baterai di Indonesia terus bertumbuh, sejak insentif PPN dari pemerintah bagi BEV yang dirakit lokal.
Baca Selengkapnya