Benarkah Kemudahan Teknologi Jadi Faktor Penyebab Meningkatnya Obesitas di Indonesia?
Teknologi modern, di satu sisi menawarkan kemudahan, namun di sisi lain berkontribusi terhadap peningkatan angka obesitas di Indonesia.

Peningkatan angka obesitas di Indonesia menjadi perhatian serius. Kemudahan yang ditawarkan teknologi modern, seperti transportasi online dan layanan pesan antar makanan, ternyata berkontribusi signifikan terhadap tren ini. Bagaimana hal ini terjadi? Melalui beberapa mekanisme yang saling berkaitan, teknologi telah menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan konsumsi kalori dan penurunan aktivitas fisik, dua faktor utama penyebab obesitas.
Perlu adanya kesadaran kolektif untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah, masyarakat, dan industri teknologi perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung gaya hidup sehat. Solusi tidak hanya terletak pada individu, tetapi juga pada sistem yang lebih holistik.
Data Obesitas di Indonesia: Siapa yang Terkena?
Indonesia menghadapi krisis obesitas yang mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan UNICEF pada 2022, satu dari tiga orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, lebih tinggi dari rata-rata global (satu dari empat). Anak-anak dan remaja pun terdampak. Survei Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan satu dari lima anak usia 5-12 tahun (Generasi Alpha) dan satu dari tujuh remaja usia 13-18 tahun (Gen Z) mengalami kondisi serupa. Pandemi COVID-19 memperburuk situasi dengan pembatasan sosial yang mengurangi aktivitas fisik dan akses ke makanan bergizi.
World Obesity Federation pada 2025 memberi Indonesia skor risiko obesitas nasional 7,5 dari 10, menandakan risiko sangat tinggi. Skor risiko obesitas pada anak mencapai 7 dari 11, menunjukkan masalah ini dapat berlanjut tanpa intervensi. Obesitas lebih dominan di perkotaan, di mana teknologi dan gaya hidup modern berkembang pesat. Data PMC menunjukkan prevalensi obesitas pada wanita (26,4%) lebih tinggi dibandingkan pria, terutama di kelompok usia 25-59 tahun (24,8%).
Bagaimana Teknologi Mendorong Obesitas?

Teknologi mengubah gaya hidup, tetapi kemudahannya sering berdampak buruk pada kesehatan. Berikut penjelasannya:
Perangkat seperti ponsel, komputer, dan TV mendorong orang duduk lebih lama. Studi global dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menunjukkan waktu layar berlebihan meningkatkan risiko obesitas. Di Indonesia, Gen Z dan milenial, yang dikenal sebagai “digital natives,” banyak menghabiskan waktu untuk media sosial, streaming, dan game, mengurangi aktivitas fisik.
Aplikasi ojek online mempermudah memesan makanan cepat saji yang tinggi kalori, gula, garam, dan lemak. Penelitian tahun 2019 di BMJ Open menemukan konsumsi makanan olahan meningkat di Indonesia, terutama di perkotaan, berkontribusi pada penambahan berat badan.
Media sosial dan iklan online sering mempromosikan makanan serta minuman tinggi gula dan lemak, menargetkan anak muda. World Economic Forum mencatat pemasaran digital memengaruhi pilihan makanan, mendorong konsumsi produk tidak sehat.
Penggunaan layar sebelum tidur mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Menurut Frontiers in Pediatrics, kurang tidur meningkatkan nafsu makan dan risiko obesitas.
Makanan Olahan dan Peran GMO
Pola makan turut memperburuk obesitas. Di Indonesia, makanan yang dimodifikasi secara genetik (GMO), seperti tebu tahan hama, meningkatkan produktivitas. Meski GMO tidak langsung menyebabkan obesitas, makanan olahan berbasis GMO sering tinggi kalori dan rendah nutrisi, seperti dilaporkan oleh TheIndonesia.id. Pemerintah mulai memberlakukan regulasi sejak 2022 untuk membatasi gula, garam, dan lemak, termasuk label nutrisi wajib, menurut Tilleke & Gibbins. Namun, konsumsi tetap tinggi, dengan studi di Jakarta tahun 2021 menemukan asupan gula tambahan, garam, dan lemak melebihi batas aman, terutama di kalangan muda (PMC).
UNICEF melaporkan 72% makanan ringan untuk anak di Asia Tenggara mengandung gula tambahan, meningkatkan risiko obesitas sejak dini. Hal ini menambah beban kesehatan, terutama pada anak-anak.
Prediksi Masa Depan: Akankah Obesitas Terus Naik?

Jika pola saat ini berlanjut, obesitas di Indonesia diperkirakan terus meningkat. Urbanisasi, penggunaan teknologi, dan konsumsi makanan olahan mendorong gaya hidup sedenteri dan pola makan tidak sehat. World Obesity Federation memprediksi Indonesia sulit mencapai target global menghentikan kenaikan obesitas pada 2025 tanpa intervensi besar.
Namun, ada harapan. Regulasi pemerintah dan kampanye kesehatan publik dapat memperlambat tren ini. Teknologi juga menawarkan solusi, seperti aplikasi kesehatan dan wearable untuk memantau kalori dan aktivitas fisik, seperti dijelaskan dalam BMC Public Health. Kesadaran gaya hidup sehat mulai tumbuh, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
Perubahan signifikan memerlukan waktu dan kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Tanpa kolaborasi ini, obesitas tetap menjadi ancaman kesehatan utama.