Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Ini kesaksian Mayor Subardi, ajudan Jenderal Yani yang berusaha keras mencari jenazah para jenderal.

Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Gerakan 30 September menculik dan membunuh para jenderal Angkatan Darat.

Jenazah para jenderal itu kemudian dimasukkan dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Pasukan RPKAD dan Polisi Militer Berusaha Mencari Keberadaan Para Jenderal yang Diculik

Situasi pada tanggal 1 Oktober 1965 sangat genting. Setelah sejumlah jenderal dilaporkan diculik, dan tidak diketahui keberadaannya.

Pasukan elite baret Merah dikerahkan untuk merebut sejumlah sasaran penting yang dikuasai Gerakan 30 September.

Setelah itu mereka mencari jenazah para jenderal yang hilang.

Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Informasi soal Lubang Buaya didapat Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dari seorang polisi bernama Sukitman.

Agen Polisi Sukitman sempat ditangkap Gerakan 30 September saat patroli, dan dibawa ke Lubang Buaya, namun kemudian dilepaskan.

Namun Sukitman Terkejut, Lokasi Lubang Buaya Sudah Berubah

Dalam pasukan yang mencari jenazah tersebut, hadir pula Mayor Subardi, ajudan Jenderal Ahmad Yani.

Dia terus membantu mengarahkan agar Sukitman mengingat-ingat detil lokasi tersebut walau jejak-jejak pembunuhan berusaha ditutupi oleh Letkol Untung Cs.

"Sudah berubah semuanya. Sumur sudah tidak ada, sudah dilalui oleh kendaraan dan truk," kata Sukitman.

PKI Juga Berusaha Menyesatkan Pencarian Dengan Membuat Banyak Gundukan Tanah Seperti Kuburan

"Setiap digali, gundukan itu kosong tidak ada apa-apanya," laporan Mayor Subardi seperti ditulis dalam buku Achmad Yani Tumbal Revolusi.

Namun Mayor Subardi berfirasat lokasi sumur itu tidak jauh dari rumah pertama. 

Dia terus menusuk-nusuk tanah sambil meminta Sukitman mengingat.

Tanggal 3 Oktober 1965, Sore Hari Hujan Turun Tiba-Tiba

Tanggal 3 Oktober 1965, Sore Hari Hujan Turun Tiba-Tiba

Tanah menjadi gembur. Tak sengaja ranting yang ditusukkan Mayor Subardi tiba-tiba amblas ke dalam.

Di sana juga ditemukan pita-pita berwarna putih dan kuning. Mayor Bardi curiga dan meminta tempat itu digali lebih dalam.

Ketika Digali Lebih Dalam, Terlihat Sebuah Tangan

Para penggali yang terdiri dari masyarakat sekitar satu per satu pingsan bergantian.

Tengah malam setelah mencapai kedalaman tujuh meter, penggalian dihentikan. Mayor Subardi melapor ke Kostrad.

Pasukan RPKAD menjaga lokasi penggalian dengan ketat. Mereka khawatir pasukan G30S akan datang dan berusaha menggagalkan penggalian jenazah para jenderal.

Diputuskan penggalian akan dilakukan 4 Oktober 1965, dengan melibatkan unsur penyelam dari KKO TNI AL.

Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Satu per satu jenazah para jenderal berhasil diangkat.

Saat jenazah Jenderal Ahmad Yani ditemukan, Soeharto berkata pada Mayor Subardi untuk mengabarkan berita duka ini pada keluarga.

"Di, urusno Bapakmu dan beri tahu Ibu Yani."

Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Jenazah para Jenderal dan Letnan Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer tepat pada HUT ABRI 5 Oktober.





Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Artikel ini ditulis oleh
Ramadhian Fadilah

Editor Ramadhian Fadilah

Peristiwa Seputar Penggalian Tujuh Pahlawan Revolusi. Sumber: buku Achmad Yani Tumbal Revolusi oleh Amelia Yani

Topik Terkait

Reporter
  • Ramadhian Fadilah

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Pahlawan Revolusi Indonesia Pertama yang Berasal dari Polri, Anggota Brimob asal Maluku

Sosok Pahlawan Revolusi Indonesia Pertama yang Berasal dari Polri, Anggota Brimob asal Maluku

Sosok anggota polisi pertama di Indonesia yang dinobatkan jadi pahlawan revolusi.

Baca Selengkapnya icon-hand
Beranggotakan Maling dan Pelacur, Ini Kisah Pasukan Rahasia dari Yogyakarta di Era Kemerdekaan

Beranggotakan Maling dan Pelacur, Ini Kisah Pasukan Rahasia dari Yogyakarta di Era Kemerdekaan

Strategi ini pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi pejuang revolusi

Baca Selengkapnya icon-hand
3 Kali Nikah, Seorang Pria Bunuh Istri Siri Gara-Gara Kesal Dimintai Uang Belanja

3 Kali Nikah, Seorang Pria Bunuh Istri Siri Gara-Gara Kesal Dimintai Uang Belanja

Dia menganiaya korban menggunakan tangan kosong dengan cara membenturkan kepala korban ke tembok hingga berdarah.

Baca Selengkapnya icon-hand
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Petugas Sampah Lulus Jadi Polisi, Cita-citanya Mulia Jadi Tulang Punggung Gantikan Almarhum Ayahnya

Petugas Sampah Lulus Jadi Polisi, Cita-citanya Mulia Jadi Tulang Punggung Gantikan Almarhum Ayahnya

Perjuangan kerasa seorang petugas sampah bernama Pandi untuk menjadi seorang polisi menjadi kenyataan.

Baca Selengkapnya icon-hand
Empat Tahanan di Sumut Kabur Usai Jebol Atap, Dua Ditangkap Setelah Dikepung Polisi dan Warga

Empat Tahanan di Sumut Kabur Usai Jebol Atap, Dua Ditangkap Setelah Dikepung Polisi dan Warga

Keempat tahanan itu kabur dengan cara memanjat pintu jeruji besi.

Baca Selengkapnya icon-hand
Potret Rumah Mewah Kuwu Yosa yang Bantu Warganya Biar Tak Terjerat Rentenir, di Dalamnya Gak ada Mesin Cuci

Potret Rumah Mewah Kuwu Yosa yang Bantu Warganya Biar Tak Terjerat Rentenir, di Dalamnya Gak ada Mesin Cuci

Politikus Dedi Mulyadi berkunjung ke rumah Kuwu (Kepala Desa) Desa Kawunghilir, Kecamatan Ciagsong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yakni Kuwu Yosa.

Baca Selengkapnya icon-hand
Gara-Gara Hal Sepele, Lomba Panjat Pinang di Daerah Ini Telan Korban Jiwa

Gara-Gara Hal Sepele, Lomba Panjat Pinang di Daerah Ini Telan Korban Jiwa

Atas kejadian itu polisi memeriksa sejumlah saksi.

Baca Selengkapnya icon-hand