Kisah Haru Imam Bukhari, Alami Buta di Masa Kecil tapi Mampu Menjadi Ahli Hadis
bunya yang saat itu sebagai single parent tidak pernah putus asa dalam mengurus anaknya meski mengalami kebutaan.
Imam Al-Bukhari adalah tokoh penting dalam dunia hadis Islam. Ia dikenal dengan sebutan Amirul Mukminin fil Hadis, yang berarti pemimpin orang-orang beriman dalam ilmu hadis.
Salah satu karya paling terkenal yang ditulis oleh Imam Bukhari adalah kitab Shahih Al-Bukhari. Kitab ini menjadi sumber utama bagi umat Islam dalam memahami hukum Islam setelah Al-Qur'an.
-
Apa doa yang dibaca untuk Nabi Muhammad? Ya Allah curahkanlah keselamatan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim dan keluarganya di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha terpuji dan Maha mulia.
-
Doa apa yang Rasulullah berikan kepada Ibnu Abbas? Rasulullah pun mendoakannya:Bacaan Doa Rasulullah Kepada Ibnu Abbas اللهم فقهه فى الدين وعلمه التأويلAllahumma faqqihu fid diin wa 'allimhut ta'wiilArtinya:'Ya Allah, pahamkanlah ia dalam agama dan ajarkanlah ia takwil (tafsir).'
-
Bagaimana Ibnu Abbas belajar ilmu? Ia berkata, 'Ayo kita temui sahabat-sahabat Rasulullah. Mumpung mereka masih banyak yang hidup.'
-
Kenapa doa Nabi Ibrahim bisa diijabah? Doa Nabi Ibrahim termasuk doa yang diijabah oleh Allah SWT. Doa-doa yang tercantum dalam Al-Quran dan hadis bisa menjadi pedoman bagi umat muslim. Di mana doa-doa ini berasal dari para Nabi, yaitu seseorang yang taat dan patuh terhadap Allah. Tak heran, jika banyak doa-doa Nabi yang diijabah dan dikabulkan oleh Allah.
-
Siapa yang mendapatkan husnul khotimah? Menurut hadis sahih Muslim, bahwa seorang yang mengucapkan kalimat tauhid saat menjelang wafat akan mendapatkan husnul khatimah.
-
Bagaimana doa Abu Darda dibacakan? Artinya:'Barang siapa membaca (beberapa kalimat doa dan dzikir) di permulaan siang (pagi) maka ia tidak akan tertimpa musibah hingga sore hari. Dan barang siapa membacanya di akhir hari (sore) maka ia tidak akan tertimpa musibah hingga pagi hari. ‘Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan melainkan Engkau. Kepada-Mu saya bertawakal. Engkau Tuhan Arsy yang sangat agung. Kalau Engkau berkehendak maka akan terjadi, jikalau tidak, maka tidak akan terjadi. Tiada daya dan kekuatan melainkan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Saya mengetahui bahwa Allah terhadap segala sesuatu itu mampu. Dan Ilmu Allah mencakup segala hal. Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku, dan kejelekan seluruh binatang. Engkau yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus’,' (HR. Ibn Sini; lihat Syekh Nawawi, al-Adzkar, Semarang: Pustaka Alawiyah, hal. 79).
Mengenai kehidupan ahli hadis ini, ulama terkemuka Ustadz Adi Hidayat alias UAH pernah menceritakannya dalam sebuah ceramah yang diunggah di YouTube Audio Dakwah. Dalam ceritanya, Imam Bukhari kehilangan ayahnya pada usia dua tahun dan kemudian dibesarkan oleh ibunya.
Pada usia empat tahun, ia didiagnosis menderita kebutaan permanen, yang membuatnya tidak dapat melihat secara medis. Meskipun menjadi seorang single parent, ibunya tidak pernah menyerah dalam merawatnya, meskipun ia mengalami kebutaan.
Sebelum kepergian suaminya, mereka telah bertekad bahwa anak mereka harus mencapai cita-cita tertinggi dan memberikan manfaat bagi agama dan umat. Setelah ayahnya meninggal, ibunya melanjutkan cita-cita tersebut dengan penuh doa dan usaha.
Mempelajari dan Mengingat Al-Qur'an
Imam Bukhari kemudian diterima di salah satu madrasah di daerahnya untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur'an. Sang ibu terus-menerus mendoakan putranya selama menuntut ilmu agama.
Suatu ketika, dalam sebuah kajian, guru Imam Bukhari membacakan surat Qaf dari awal hingga akhir lalu menguji seluruh muridnya.
"Siapa yang sudah menghafal?" tanyanya.
Di antara sekian banyak murid, tiba-tiba seorang anak kecil yang tidak terlihat mengangkat tangan dengan polosnya. Dengan sepenuh hati berkata, "Saya sudah menghafal dalam jiwa saya."
Meskipun saat itu Imam Bukhari adalah murid termuda, kecerdasannya yang luar biasa mampu melewati ujian dari gurunya. Sang guru pun terkesan dengan anak kecil itu. Dengan rasa ingin tahu, sang guru memanggilnya ke depan.
Imam Bukhari pun melangkah menghampiri gurunya. Setelah diperintah, ia mulai membacakan surah Qaf dari awal hingga akhir. Masya Allah, bacaan Imam Bukhari bukan hanya sekadar hafalan, tetapi tajwidnya persis seperti yang dibacakan oleh gurunya, meskipun ia hanya mendengarnya sekali.
Arahan Guru untuk Mengingat Hadis
Gurunya menyadari bahwa Al-Qur'an memiliki jaminan dari Allah SWT untuk memudahkan proses penghafalan, sementara hadis tidak memiliki jaminan serupa. Oleh karena itu, Imam Bukhari diberikan tugas untuk menghafal hadis karena potensi yang dimilikinya.
"Mulai sekarang, kamu harus belajar hadis," ungkap gurunya.
Setibanya di rumah, Imam Bukhari kecil segera menemui ibunya dan menceritakan peristiwa tersebut. Sang ibu merasa bahagia dan bangga, lalu memeluk anaknya dengan penuh haru.
"Bu, saya ingin mulai belajar hadis," ucapnya.
Ibunya menyadari bahwa anaknya masih muda dan memiliki keterbatasan dalam penglihatan.
"Nak, agar tidak terlalu lelah, sebaiknya pelajari Al-Qur'an terlebih dahulu sebelum hadis," kata sang ibu.
Namun, karena keyakinannya terhadap arahan gurunya, Imam Bukhari tetap teguh pada keinginannya untuk belajar hadis.
"Tidak, saya tetap ingin belajar hadis," tegasnya sebelum meninggalkan percakapan dengan ibunya dan menuju kamarnya.
Kekuatan Doa Seorang Ibu
Dari kejauhan, sang ibu memperhatikan anaknya yang meraba-raba sambil berjalan menuju kamar. Ia segera menyebarkan sajadah dan berdoa kepada Allah SWT.
"Ya Allah, Engkau Yang Maha Melihat tanpa batas, yang memiliki kuasa tak terhingga, semua orang mengatakan anakku tidak bisa melihat. Engkau yang Maha Melihat dan tidak terbatas dalam ketetapan-Mu, mohon kembalikan penglihatan anakku," doa sang ibu.
Sementara itu, Imam Bukhari sedang mengulang surah Qaf di kamarnya. Saat ia mencapai ayat 22, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang berbeda di matanya. Ia bisa melihat sekelilingnya, lalu berlari menghampiri ibunya.
"Ibu... aku bisa melihat!" teriak Imam Bukhari.
Ibu yang kelelahan setelah berdoa hingga tertidur, terbangun oleh pelukan erat anaknya. Ia merasa ragu bahwa anaknya benar-benar bisa melihat.
"Mungkin kamu hanya melihat dengan hatimu, bukan dengan matamu," kata ibunya skeptis.
"Tidak, saya bisa melihat dengan mata saya," jawab Imam Bukhari meyakinkan. Mereka pun berpelukan, air mata mengalir di wajah keduanya, dan sejak saat itu, Al-Bukhari kecil mulai menapaki jalan kesuksesannya. Wallahu a'lam.
Tontonlah Video Pilihan Berikut Ini:
Berikut adalah versi yang berbeda dari kalimat tersebut tanpa mengubah konteksnya:
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence