Tiga Warga Baduy Digigit Ular Berbisa Kondisinya Cukup Parah, Tetapi Menolak Dirujuk
Salah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
ular![Tiga Warga Baduy Digigit Ular Berbisa Kondisinya Cukup Parah, Tetapi Menolak Dirujuk](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/2/6/1707186337387-nrlj7.jpeg)
Salah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
![Tiga Warga Baduy Digigit Ular Berbisa Kondisinya Cukup Parah, Tetapi Menolak Dirujuk](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/6/1707186348956-nrbyo.png)
Tiga Warga Baduy Digigit Ular Berbisa Kondisinya Cukup Parah, Tetapi Menolak Dirujuk
Tiga warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, menjadi korban gigitan ular berbisa jenis ular tanah. Saat ini, kondisinya cukup parah.
"Tiga korban gigitan ular berbisa itu warga Kampung Cibogo dan Kampung Pamoean. Tetapi mereka menolak untuk dirujuk ke RSUD Banten," kata Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat di Lebak. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (6/2).
Rencananya, tim medis relawan dan dokter akan mengunjungi tiga korban gigitan ular yang kini kondisinya cukup parah. Informasi yang diterima relawan, salah satu warga yang menjadi korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
"Kami akan mendatangi rumah mereka untuk memberikan pengobatan bersama tim medis agar tidak menimbulkan luka parah yang bisa mengakibatkan kematian," kata Muhammad Arif.
Pihaknya meminta masyarakat Baduy selalu waspada terhadap gigitan ular berbisa. Terlebih saat musim hujan seperti sekarang ini, ular berkeliaran di jalan dan permukiman penduduk.
"Saat ini kasus warga Badui yang menjadi korban gigitan ular tanah yang dapat mematikan itu menjadi persoalan yang cukup menonjol. Dalam sepekan, warga Badui yang menjadi korban gigitan ular berbisa antara tiga sampai lima orang," ujarnya.
Selain gigitan ular berbisa, kata dia, persoalan yang juga cukup menonjol di kalangan warga Badui yakni penyakit tuberkulosis, kematian ibu dan anak, penyakit kulit, dan hipertensi (darah tinggi).
"Kami bekerja keras dengan melakukan upaya perawatan medis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Badui," kata Muhammad Arif.
- 2 Perwira Polres Banyuasin Beserta 2 Istrinya Diduga Menganiaya Korban Pelecehan di Palembang
- Dokter Muda di Jambi Tewas Kecelakaan Usai Difitnah Diteraki Maling Dikejar Warga dan Polisi
- Tragis! Bermula dari Ketukan Pintu, Warga Kabupaten Pegunungan Bintang Ditembak KKB di Depan Rumahnya
- Bikin Warga Gemetar dan Takut Jatuh ke Sungai, Jembatan Gantung Desa di Lebak Ini Kondisinya Memprihatinkan
- Catatkan Sejarah, Mentan Amran Serahkan Total Alokasi Pupuk Subsidi Rp 54 Triliun
- Begini Kondisi Jenazah Pebulu Tangkis China Dua Pekan Tersimpan di RSUP Sardjito Yogyakarta
Mereka menolak dirujuk ke RSUD Banten dengan berbagai alasan. Salah satunya karena takut mengeluarkan biaya perawatan medis cukup besar, karena mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan.
Alasan lainnya, takut terlalu lama menjalani perawatan medis di RSUD Banten. Apalagi, mereka biasanya lebih pada pengobatan tradisi ritual Kawalu.
"Warga korban gigitan ular itu tinggal di kampung yang berdekatan dengan lokasi permukiman Badui Dalam yang masih kuat memegang tradisi adat," ujarnya.