Penyebab Anemia Aplastik, Penyakit Dialami Babe Cabita Sebelum Meninggal Dunia
Anemia aplastik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kegagalan sumsum tulang belakang untuk mereproduksi tiga jenis sel.
Anemia aplastik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kegagalan sumsum tulang belakang untuk mereproduksi tiga jenis sel.
Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama menyatakan anemia aplastik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kegagalan sumsum tulang belakang untuk mereproduksi tiga jenis sel.
“Ketiga sel itu meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit),” kata Ngabila, dikutip dari Antara, Minggu (14/4).
Kasie Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari Jakarta ini menyebut, ada beberapa penyebab seseorang terkena anemia aplastik. Di antaranya faktor genetik atau didapat selama hidup karena penyakit menular atau tidak menular, efek kemoterapi dan radioterapi pada kanker, dan autoimun.
Kemudian, konsumsi obat-obatan atau zat kimia dan infeksi lainnya. Namun, kata dia, potensi seseorang terkena anemia aplastik amatlah jarang.
merdeka.com
Gejala Anemia Aplastik
Menurut Ngabila, pasien anemia aplastik mengalami gejala seperti mudah merasa lemah, letih, lesu, lambat berpikir, dan loyo akibat kurangnya sel darah merah.
Kemudian mudah sakit dan terkena infeksi menular seperti batuk pilek dan diare karena sel darah putih yang tidak cukup memberi proteksi pada tubuh.
Gejala lain yang dirasakan karena kekurangan keping darah yaitu mudah mengalami memar, muncul lebam kebiruan pada kulit bahkan saat tidak mengalami benturan dengan sebab yang jelas hingga sering mimisan.
Dia menyarankan pasien anemia aplastik mencegah perburukan gejala. Caranya, segera melakukan deteksi dan mengakses pengobatan secara dini. Skrining kesehatan dapat dilakukan secara berkala per enam bulan sekali.
Salah satu contoh program deteksi dini yang diberikan pemerintah secara gratis yaitu program calon pengantin yang mencakup pemeriksaan darah kedua calon dan pemeriksaan ibu hamil.
Sementara pada anak-anak dengan riwayat keturunan kanker seperti kanker darah atau autoimun, dianjurkan untuk melakukan skrining darah secara berkala enam atau 12 bulan sekali dengan pemeriksaan hematologi lengkap.
Bahkan sesuai anjuran dokter dilakukan pemeriksaan bone marrow puncture dan Red Blood Cell Distribution Width (RDW) untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah.
“Selain menjaga pola hidup sehat, ada baiknya kita segera periksakan darah lengkap secara gratis dengan BPJS di puskesmas terdekat atau mandiri,” kata Ngabila.
Sebelum tutup usia, Babe Cabita menderita penyakit anemia aplastik.
Babe Cabita Meninggal Dunia, Sempat Berjuang Melawan Anemia Aplastik
Baca SelengkapnyaKaesang Pangarep pernah membantu Babe Cabita saat ia butuh darah.
Baca SelengkapnyaSalah satu kondisi medis yang berupa kelainan darah akibat berkurangnya fungsi sumsum tulang belakang dalam memproduksi sel darah.
Baca SelengkapnyaBintitan pada anak adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada salah satu kelenjar minyak di kelopak mata.
Baca SelengkapnyaAwalnya, Babe diduga sakit demam berdarah karena trombositnya rendah.
Baca SelengkapnyaBabe Cabita menyampaikan pesan terakhir yang berisi permintaan maaf.
Baca SelengkapnyaTerjadinya anemia ini memperbesar resiko mereka melahirkan anak stunting
Baca SelengkapnyaMunculnya bau tak sedap di ketiak dan lipatan tubuh lain rentan terjadi karena sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaPada saat kita bangun tidur, berbagai hal mungkin terjadi pada diri kita termasuk munculnya bau ketiak yang tak sedap.
Baca Selengkapnya