PGN: Produksi Biometana akan Dimulai di Sumatera Bagian Selatan Pada 2025
Beberapa perkebunan kelapa sawit telah menandatangani nota kesepahaman dalam pengadaan bahan baku POME tersebut.
Beberapa perkebunan kelapa sawit telah menandatangani nota kesepahaman dalam pengadaan bahan baku POME tersebut.
Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menargetkan produksi biometana yang dikembangkan bersama JGC Holdings Corporation (JGC), Osaka Gas Co Ltd, dan Inpex Corporation, akan dimulai di Sumatera bagian selatan pada 2025.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Harry Budi Sidharta mengatakan, konsorsium PGN, JGC, Osaka Gas, dan Inpex, memulai kajian yang mendalam mengenai komersialisasi biometana yang berasal dari kelapa sawit (palm oil mill effluent/POME) di Indonesia.
"Fase ini akan melibatkan penilaian teknis supply chain, produksi, dan pasokan biomethane, dengan asumsi produksi biomethane akan dimulai di Sumatera bagian selatan pada 2025," ujar Harry dikutip dari Antara, Kamis (28/9).
Menurut Harry, konsorsium nantinya akan menggunakan jaringan pipa gas bumi PGN untuk mendistribusikan biometana berbahan POME, yang bahan bakunya dari perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan.
Beberapa perkebunan kelapa sawit telah menandatangani nota kesepahaman dalam pengadaan bahan baku POME tersebut.
"Pada proyek ini, PGN akan menyediakan fasilitas pipeline injection dan pipa gas bumi yang telah memiliki akses yang baik dengan POME sebagai bahan bakunya. Biomethane yang diproduksi dari proyek ini diharapkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gas industri dan demand pelanggan di Indonesia, tetapi juga sebagai bukti Pertamina Group dan partner dalam hal ini JGC, Inpex, dan Osaka Gas, berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan renewable energy," jelas Harry.
Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang berkontribusi 4,5 persen PDB dan mempekerjakan tiga juta orang.
Produksi minyak kelapa sawit menyisakan limbah POME, yang kaya akan bahan organik yang menghasilkan emisi metana dalam jumlah besar. Diperkirakan, emisi metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dibandingkan CO2.
Proses produksi itu akan menangkap gas metana yang dilepaskan ke atmosfer dari POME, untuk kemudian dimurnikan menjadi gas biometana dan disalurkan melalui jaringan pipa gas bumi dan infrastruktur existing lainnya ke pelanggan di Indonesia.
Harry menambahkan, ke depannya, skala operasi proyek ini diperkirakan dapat meluas ke seluruh Sumatera dan Kalimantan, karena pihak-pihak dalam proyek ini mempertimbangkan untuk penyediaan bio-LNG liquified dari biometana sebagai bahan bakar bunker, ekspor bio-LNG ke Jepang maupun negara lainnya, dan potensi bisnis lainnya.
Proyek ini pun telah diperkenalkan di Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministreal Meeting pada Maret 2023 sebagai inisiatif yang berkontribusi terhadap netral karbon di Asia.
JGC telah mempercepat inisiatif transisi energinya, mengupayakan pengurangan emisi, dan dekarbonisasi yang sejalan dengan visi manajemen jangka panjang pada Mei 2021 dan rencana bisnis jangka menengah (Visi 2040 dan BSP 2025).
Hingga saat ini, JGC Group telah membangun track record yang luas di Indonesia melalui pembangunan LNG plant dan bisnis lainnya. JGC akan mencurahkan pengalaman tersebut ke dalam proyek dengan kemampuan manajemen yang sudah berpengalaman melalui proyek untuk memimpin kolaborasi ini.
Medco Energi Bangkanai Limited dapat melakukan pengurangan emisi CO2 sebanyak 2.708 tCO2e/tahun.
Baca SelengkapnyaRUEN mengamanatkan pengurangan porsi ekspor gas bumi menjadi kurang dari 20 persen di 2025 dan penghentian ekspor gas bumi paling lambat di 2026.
Baca SelengkapnyaMenanam 2.021 pohon bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang berkelanjutan, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Baca SelengkapnyaKerja sama ini selaras dengan roadmap pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK).
Baca SelengkapnyaBupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menjelaskan dari dana sebesar Rp 6 miliar itu telah difokuskan pada 11 Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Baca SelengkapnyaUpaya hilirisasi industri petrokimia dan pemanfaatan emisi karbon juga dilakukan melalui pengembangan pabrik soda ash.
Baca SelengkapnyaEnergi yang lebih kompetitif dan ramah lingkungan dapat menjadi penggerak produksi pelanggan dan penurunan penggunaan BBM maupun gas tabung bersubsidi.
Baca SelengkapnyaMinyak kelapa sawit memiliki potensi sebagai biosolusi bahan bakar nabati rendah karbon yang dibutuhkan dunia.
Baca SelengkapnyaKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi penyaluran LPG 3 kg bersubsidi telah mencapai 8 juta metrik ton per Juli 2023 lalu.
Baca Selengkapnya