Masih sering bingung kenapa harga saham bisa naik turun dengan cepat? Begini penjelasannya!
Saham mulai jadi salah satu instrumen investasi yang mulai banyak dilirik pemula, seiring dengan banyaknya anak muda yang semakin melek finansial. Biarpun menjanjikan, tapi bukan berarti investasi saham nggak memiliki risiko. Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
Waktu cek di pagi hari, harga saham A sedang melambung tinggi yang bikin tergiur untuk beli. Tapi beberapa jam kemudian, harganya tiba-tiba terjun bebas. Kok bisa begitu ya? Ternyata, fenomena ini kembali lagi pada prinsip ekonomi dasar, yaitu berhubungan dengan penawaran dan permintaan.
Namun, begitu barang tersebut sudah nggak banyak diminati lagi, stoknya jadi melimpah sehingga harga barang cenderung turun.
Harga saham juga dipengaruhi oleh kinerja sebuah perusahaan. Bisa dibilang poin yang satu ini termasuk faktor utama. Jika ada kabar baik dari suatu perusahaan, misalnya saja laba tahunan yang stabil, mendapatkan suntikan dana dari investor besar, atau CEO baru yang memiliki track record positif, harga sahamnya cenderung akan naik juga.
Misalnya ketika mengalami penurunan pendapatan, perusahaan terkena isu negatif, hingga jika terlibat kasus hukum.
Sentimen pasar maksudnya adalah persepsi investor terhadap kondisi pasar. Jika ada banyak orang yang melihat prospek perusahaan secara positif, hal tersebut bisa mendorong permintaan saham semakin meningkat dan harganya juga ikut naik.
Berbeda jika sentimen pasar mulai berubah ke arah negatif. Misalnya saat perusahaan terkena kasus yang membuat kepercayaan investor hilang. Mereka mungkin sesegera mungkin menjual sahamnya. Dengan pasokan saham berlebih, harga yang ditawarkan otomatis akan turun.
Kondisi sektor industri juga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan lain yang bergerak di dalamnya. Misalnya, saat sektor teknologi sedang naik daun, harga saham startup dan perusahaan lain di dalamnya juga cenderung akan meroket. Namun, ketika sektor teknologi sedang mengalami masalah, misalnya isu winter tech, hal tersebut juga akan mempengaruhi harga saham yang ditawarkan.
Faktor naik turunnya harga saham juga bisa berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi makro di sebuah negara. Misalnya saja pertumbuhan ekonomi yang positif cenderung mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja yang prima sehingga harga saham pun cenderung baik.
Kondisi ekonomi tersebut juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang membuat harga saham cenderung menurun. Jadi, penting bagi investor untuk memperhatikan ekonomi makro dan mempertimbangkan saham perusahaan yang akan dibeli.
Perlu dipahami kalau nggak ada saham yang performanya selalu baik sepanjang waktu. Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu. Hal ini sangat penting agar kamu bisa memahami produk saham yang akan dibeli, tidak melakukan pembelian karena ikut-ikutan, serta nggak terjebak pada panic selling akibat isu yang belum dikonfirmasi.
Apa yang harus dilakukan para investor saat inflasi terjadi?
Logam mulia emas mudah dicairkan sewaktu-waktu. Ini tentu merupakan keuntungan sendiri bagi masyarakat yang membutuhkan dana cepat.
Mengatur keuangan secara ketat menjadi hal wajib sepanjang Anda masih memiliki pendapatan tetap.
Investor pemula wajib tahu tentang trading indeks, untung apa rugi
Berikut ini beberapa alternatif investasi yang relatif aman saat Rupiah anjlok.
Investor terus mencermati pernyataan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang disampaikan pada Rabu (20/3).
Terpantau pada pukul 12.00 WIB mengalami penurunan yang menyentuh angka -1,26 persen atau -86,203 point ke posisi 6.762,964.
IHSG sempat menyentuh 7300-an mendekati penutupan perdagangan akhir tahun 2023.
Sebelum membeli saham, sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu agar tidak rugi.
Sejumlah jajaran direksi BRI kompak memborong saham BBRI.
Berdasarkan data RTI, pada Senin, 5 Agustus 2024 pukul 14.18 WIB, IHSG merosot 4,18 persen ke posisi 7.002.
Aksi korporasi tersebut telah di setujui oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).