Melihat Pulau Tertua di Dunia yang Penghuninya Ternyata Punya DNA Orang Indonesia
Penelitian genetik mengungkap fakta mengejutkan: 22% DNA penduduk Madagaskar berasal dari Indonesia.

Benarkah nenek moyang masyarakat Madagaskar berasal dari Indonesia? Pertanyaan ini telah lama menjadi perdebatan, namun penelitian genetik terbaru memberikan petunjuk kuat yang menghubungkan pulau terbesar keempat di dunia ini dengan Nusantara.
Riset yang menganalisis DNA mitokondria menunjukkan persentase signifikan DNA Indonesia pada penduduk Madagaskar mengungkapkan sebuah kisah migrasi epik yang terjadi ratusan tahun lalu.
Lebih dari sekadar teori, bukti-bukti ini semakin memperkuat hipotesis tentang hubungan Indonesia dan Madagaskar. Bukan hanya penelitian genetika, tetapi juga adanya kemiripan bahasa dan budaya.

Petunjuk Genetik
Analisis DNA mitokondria dari 266 individu di Madagaskar menunjukkan hasil yang mengejutkan. Sekitar 22% dari DNA mereka memiliki tanda genetik orang Indonesia. Ini menunjukkan migrasi signifikan dari Nusantara ke Madagaskar sekitar 1.200 tahun yang lalu.
Penelitian ini memperkirakan sekitar 30 perempuan Indonesia berperan penting dalam pembentukan populasi awal pulau tersebut. Temuan ini memberikan bukti ilmiah yang kuat tentang hubungan genetik antara kedua wilayah tersebut.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan bahwa migrasi tersebut bukan hanya peristiwa tunggal, melainkan kemungkinan besar terjadi dalam beberapa gelombang. Hal ini terlihat dari keragaman genetik yang ditemukan pada populasi Madagaskar.
Jejak Bahasa

Bahasa Malagasi sebagai bahasa resmi Madagaskar, menyimpan rahasia lain yang menghubungkannya dengan Indonesia. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia, menunjukkan kemiripan yang mencolok dengan bahasa-bahasa di Kalimantan dan Sulawesi.
Kata-kata seperti 'tangan' (tananɛ) dan 'nusa' (nosy) dalam bahasa Malagasi sangat mirip dengan kata-kata yang setara dalam bahasa Indonesia. Kemiripan ini bukan kebetulan, melainkan bukti kuat tentang pengaruh bahasa Nusantara dalam pembentukan bahasa Malagasi.
Selain itu, bahasa Malagasi juga menyerap kata 'kulit' dan 'putih' dari bahasa Melayu. Pengaruh ini menunjukkan adanya kontak bahasa yang intensif antara penutur bahasa Melayu dan penduduk asli Madagaskar.
Kemiripan dalam kosakata dan struktur bahasa bukan hanya sekadar kebetulan. Hal ini menunjukkan adanya kontak bahasa yang intensif antara penutur bahasa Melayu dan penduduk asli Madagaskar, yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kesamaan Budaya

Selain bukti genetik dan linguistik, kemiripan budaya juga mendukung hipotesis migrasi dari Indonesia ke Madagaskar. Tradisi pertanian padi di Madagaskar sangat mirip dengan di Indonesia.
Hal ini menunjukkan adanya transfer teknologi dan pengetahuan pertanian dari Nusantara. Metode pertanian padi yang digunakan di Madagaskar menunjukkan kesamaan yang signifikan dengan metode pertanian padi di beberapa wilayah nusantara.
Selain pertanian padi, kemiripan fisik juga terlihat pada beberapa penduduk Madagaskar. Khususnya yang tinggal di dataran tinggi. Ciri-ciri fisik tertentu menunjukkan kemiripan dengan penduduk di beberapa wilayah di Indonesia.
Meskipun kemiripan fisik ini tidak dapat dijadikan bukti tunggal, hal ini tetap memberikan petunjuk tambahan tentang hubungan antara kedua wilayah tersebut.