Misteri Hilangnya Lantai 4 dan 13 di Gedung Tinggi
Mengungkap alasan di balik penghilangan angka 4 dan 13 di lift gedung tinggi yang berkaitan dengan kepercayaan dan takhayul dari berbagai budaya.

Di balik kesibukan gedung-gedung tinggi yang menjulang, terdapat sebuah misteri yang menarik perhatian banyak orang: mengapa angka 4 dan 13 sering kali dihilangkan dari panel lift? Fenomena ini bukanlah sekadar kebetulan, melainkan berkaitan erat dengan kepercayaan dan takhayul yang telah ada sejak lama dalam berbagai budaya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan di balik penghilangan angka-angka tersebut dan bagaimana hal ini mencerminkan pandangan masyarakat terhadap angka.
Penghilangan angka 4 di lift banyak ditemukan di negara-negara Asia, terutama di Tiongkok dan Jepang. Dalam bahasa Mandarin, angka 4 ('sì') diucapkan mirip dengan kata 'mati', sehingga dianggap membawa nasib buruk. Hal yang sama juga berlaku dalam bahasa Jepang, di mana angka 4 ('shi') memiliki konotasi negatif yang sering dikaitkan dengan kesedihan.
Selain itu, bentuk visual dari angka 4 yang menyerupai kursi terbalik menambah alasan untuk menjauhi angka ini, karena dianggap melambangkan kejatuhan atau kebalikan dari status dan kekuasaan.
Ketakutan terhadap angka 4, yang dikenal sebagai tetraphobia, juga menjadi salah satu faktor yang mendorong penghilangan angka ini dari lift. Banyak orang yang merasa cemas atau bahkan takut ketika harus berinteraksi dengan angka tersebut, sehingga pengelola gedung memilih untuk tidak menyertakannya demi kenyamanan penghuni dan pengunjung.
Alasan Penghilangan Angka 13
Sementara itu, angka 13 memiliki sejarah panjang yang terkait dengan takhayul di budaya Barat. Angka ini secara luas dianggap sebagai angka sial, meskipun asal-usul kepercayaan ini tidak sepenuhnya jelas.
Beberapa orang mengaitkan angka 13 dengan peristiwa buruk dalam sejarah, sementara yang lain melihatnya sebagai hasil dari mitos yang berkembang dalam masyarakat.
Survei publik menunjukkan bahwa persentase signifikan penduduk di negara-negara Barat percaya bahwa angka 13 membawa nasib buruk. Oleh karena itu, banyak gedung tinggi memilih untuk menghilangkan angka ini dari lift dan urutan penomoran lantai.
Dalam beberapa kasus, angka 13 diganti dengan huruf atau angka lain, seperti 12A, untuk menghindari konotasi negatif yang melekat pada angka tersebut.
Di beberapa gedung, pengelola tidak hanya menghilangkan angka 4 dan 13, tetapi juga menerapkan sistem penomoran yang kreatif. Misalnya, lantai 4 bisa diganti dengan 3A atau 5, sedangkan lantai 13 bisa dilewatkan sama sekali.
Ini adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi penghuni dan pengunjung, terlepas dari apakah mereka mempercayai takhayul atau tidak.
Budaya dan Kepercayaan dalam Penomoran Lantai
Penting untuk dicatat bahwa penghilangan angka 4 dan 13 di lift bukanlah sebuah kesalahan teknis. Ini lebih merupakan refleksi dari kepercayaan dan budaya pemilik atau pengelola gedung.
Meskipun bagi sebagian orang, angka-angka ini hanya sekadar angka, banyak yang merasa bahwa menghindari angka-angka tersebut dapat membantu menciptakan suasana yang lebih positif.
Praktik ini menunjukkan bagaimana budaya dan kepercayaan dapat mempengaruhi desain dan fungsi bangunan. Di beberapa negara, angka-angka yang dianggap sial mungkin tetap ada, sementara di negara lain, angka-angka tersebut dihindari dengan berbagai cara. Ini menciptakan keragaman dalam cara kita memandang angka dan arti yang terkandung di dalamnya.
Namun, meskipun penghilangan angka 4 dan 13 dapat dipahami dari sudut pandang budaya, penting untuk diingat bahwa ini hanyalah takhayul. Angka-angka tersebut tidak memiliki kekuatan mistis yang sebenarnya. Dalam banyak hal, keberadaan atau ketiadaan angka-angka ini tidak mempengaruhi kenyataan atau pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, meskipun ada alasan kuat di balik penghilangan angka 4 dan 13 di lift gedung-gedung tinggi, hal ini pada akhirnya merupakan keputusan yang diambil berdasarkan kepercayaan dan preferensi budaya yang bervariasi. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai angka, dan hal ini mencerminkan keragaman budaya yang ada di dunia.