Penuh Semangat, Begini Cara Santri Difabel Netra Belajar Al Quran di Ponpes Sam'an Bandung
Pesantren ini membawa mimpi para santri difabel netra untuk meraih cita-cita menjadi penghapal Al Quran.
Pesantren ini membawa mimpi para santri difabel netra untuk meraih cita-cita menjadi penghapal Al Quran.
Santri-santri difabel netra tampak bersemangat menyelesaikan hafalan kitab suci Al Quran. Mereka begitu fasih melantunkan ayat demi ayat hingga tuntas. Suasana ini menjadi ciri khas di Pondok Pesantren Netra Sam’an Darushudur, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat.
Pondok pesantren ini memang menjadi tempat pembelajaran khusus bagi santri yang ingin memperdalam kemampuan membaca dan menghapalkan Al Quran. Para guru juga dipersiapkan secara profesional untuk membimbing dengan penuh kesabaran.
Di tengah bulan suci Ramadan, para penghuni ponpes terus bersemangat dalam menyempurnakan ilmu Al Quran. Mereka ingin medalami irama qiroah secara tartil, serta lebih mendalami ibadah sesuai ajaran Rasulullah.
Ada 21 santri yang menimba ilmu di pesantren tahfiz tersebut. Walau kondisinya berbeda, hal ini tidak menjadi halangan bagi para santri untuk mengasah kemampuannya mendalami ilmu mengaji.
Adalah Ridwan Effendi yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Netra Sam’an Darushudur.
Gambar: Youtube Ponpes Sam'an Darushudur.
Ridwan yang juga seorang difabel netra memang sejak kuliah memiliki cita-cita untuk memiliki wadah untuk belajar memperdalam ilmu Al Quran.
Dirinya ingin teman-teman difabel netra bisa memiliki tempat belajar ilmu agama yang nyaman dan memudahkan.
Disampaikan Ridwan, jika dirinya memiliki metode yang ramah bagi para santrinya yang difabel netra.
Nama metode tersebut sesuai dengan nama pondok pesantrennya, yakni Sam’an. Bahkan, ia juga membukukan metode tersebut dengan judul “Metode Sam’an” dan sudah diujicoba ke komunitas difabel netra.
"Metode tersebut saya bukukan. Sebelumnya saya uji coba dulu ke komunitas tunanetra. Ternyata mudah diterima,” terangnya, mengutip ANTARA, Jumat (15/3).
Sedikit bocoran, metode Sam’an diambil dari bahasa Arab yang artinya “mendengar”. Nama ini juga selaras dengan nama ponpes yang merepresentasikan para santri.
Metode mendengar menjadi salah satu strategi pengajaran sehingga mudah diterima oleh santri di sana.
Penggunaan audio untuk belajar Al Quran ini ditampilkan menggunakan media speaker. Audio yang dihasilkan memiliki kemampuan untuk memutar ayat-ayat Al -Qur’an dalam berbagai qari (pembaca) dan nada, sehingga santri dapat memilih dan mendengarkan dengan nyaman.
Selain metode Sam’an, para pengajar di sini juga memakai media Al Quran huruf braile. Huruf hijaiyah di dalam kitab tersebut didesain secara timbul, sehingga mudah untuk dibaca.
Disampaikan Ketua Yayasan Sam'an Netra Mulia Berkah yang berada di ponpes tersebut sekaligus pengajar bagi 21 santri difabel netra, Zuhud Al Ghifari, kedua metode ini cocok diterapkan oleh santri di tempatnya untuk mendalami ilmu Al Quran.
“Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk memahami tata letak halaman Al-Qur’an dan mencari ayat-ayat yang ingin mereka hafal atau pelajari,” terangnya.
Dari pesantren ini turut lahir mimpi serta harapan para santri. Rahmat (22) misalnya. Ia ingin bisa memahami Al Quran secara mendalam, sembari menyebarluaskan ilmu ke sesama teman-teman difabel netra.
Menurutnya, saat ini masih belum banyak yang mengetahui bahwa difabel netra bisa turut membaca Al Quran dan mengamalkannya.
“Harapan setelah di sini, kalau bidang keilmuan inginnya terjun ke masyarakat dan bisa menjadi seorang yang bisa menyampaikan ilmu ataupun pendakwah,” terangnya.
Lalu hal senada juga diungkapkan santri perempuan bernama, Zarfa (19). Tahun ini merupakan tahun perdana dirinya menimba ilmu di pondok pesantren tersebut.
Selama ini, kata dia, selalu mencoba dan mampu untuk mencapai target membaca Al Quran sebanyak satu juz.
“Mungkin buat yang baru awal-awal, masih sulit. Tapi kalau udah terbiasa, mah bisa,” ujar Zarfa
Di ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Baca SelengkapnyaNeti merasakan dapat karunia dan hidayah dari Allah SWT berupa kemampuan dan kesempatan untuk menghafal Alquran meski usianya sudah tak lagi muda.
Baca SelengkapnyaSang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca SelengkapnyaDi Pondok Pesantren Al Hasaniyah, Mardiono mendapatkan doa dari para kiai hingga ribuan santri untuk Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSang pendiri pondok pesantren terkenal cerdas sejak kecil
Baca SelengkapnyaTempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.
Baca SelengkapnyaDengan menggunakan metode isyarat, anak-anak penyandang tuli jadi lebih mudah memahami Al-Qur'an.
Baca SelengkapnyaPantun agama Islam lucu bisa menjadi hiburan sekaligus ajakan untuk beribadah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap
Baca Selengkapnya