Mirip di Eropa, Begini Suasana Bandung Tahun 1920-an
Di masa itu, banyak gedung-gedung megah dan warga Belanda yang beraktivitas di jalanan Kota Bandung. Ini membuat kota kembang seolah sebagai "Eropa kecil".
Pada 1900-an, Thomas Karsten merancang wilayah Kota Bandung dengan sangat indah. Ia merupakan seorang arsitek asal Belanda yang bekerja untuk pemerintahan lokal dalam perencanaan tata kota.
Di masa era politik etis, perubahan ibu kota Priangan itu amat signifikan. Hotel-hotel megah banyak dibangun, jalanan umum diperkeras dan ditata serta banyak dibangun taman-taman untuk mempercantik tampilannya.
-
Bagaimana cara mencicipi kuliner Eropa di Bandung zaman Belanda? Sementara untuk kalangan Eropa, tentu Jalan Braga jadi pilihan. Salah satunya ada Maison Bogorijen, Restoran yang jadi langganan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Aneka makanan dan minuman Eropa tersedia, lengkap dengan minuman keras.
-
Apa kuliner yang terkenal di Bandung zaman Belanda? 'Pasar Baru yang terletak di pusat kota, tidak jauh dari Stasion, di zaman baheula (dulu), jadi pangkalan ‘manusia kalong’ yang suka begadang malam. Segala jenis makanan mentah dan matang, ada di situ,' Pasar Baru saat itu rapi dan bersih.
-
Dimana kuliner Bandung di masa Belanda banyak dijumpai? Daerah sekitar Alun-Alun dan Stasiun Bandung hidup 24 jam, lengkap dengan aneka kulinernya.
-
Apa nama awal dari Bandung? Dahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
-
Di mana tempat wisata anak di Bandung yang mirip suasana pedesaan Eropa? Tempat wisata anak di Bandung ini merupakan destinasi favorit banyak wisatawan. Di sini, anak-anak bisa merasakan suasana pedesaan Eropa dengan rumah-rumah bergaya klasik dan hewan-hewan seperti domba, kuda, dan sapi. Anak-anak juga bisa berfoto di Rumah Hobbit yang terinspirasi dari film The Lord of the Rings.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
Sampai dengan tahun 1940, wajah kota kembang sudah mengarah ke suasana metropolitan. Saat akhir pekan, orang-orang Eropa dari kota tetangga Bandung berduyun-duyun mendatangi pusat keramaian di sana.
Dari fasilitas dan infrastruktur yang dihadirkan, Kota Bandung tak ubahnya Eropa kecil di Hindia Belanda.
Hadirkan Transportasi Modern
Meski belum serupa dengan Batavia, namun sistem transportasi di Bandung sudah terbilang modern. Di pada 1927 silam misalnya, pengunjung luar daerah sudah lazim menggunakan transportasi massal kereta api uap.
Saat turun di stasiun Bandung, mereka langsung dapat menikmati keindahan Bandung dengan berkeliling menggunakan delman ataupun kendaraan bus.
Mengutip YouTube Historical Study, bus jadi pilihan pendatang khususnya warga Eropa karena dianggap lebih cepat dan dapat memuat banyak. Dalam tayangan itu, tampak bus-bus masih berbentuk klasik dengan jendela penumpang terbuka.
Bangunan-Bangunan Klasik Bergaya Indische
Kekaguman warga Eropa dengan Bandung masih belum berhenti. Mereka, merasakan seolah “pulang kampung” saat berada di sana. Ini berkat rancangan Thomas Karsten yang mencoba menghadirkan keindahan negeri seberang sana ke Hindia Belanda.
Lambat laun, Kota Bandung mulai didirikan banyak bangunan megah bergaya Indische atau Eropa abad pertengahan seperti Stasiun Bandung, Hotel Savoy Homann hingga Gedung Sate.
Mengutip Wikipedia, Stasiun Bandung yang dibangun tahun 1884 ini punya gaya khas Eropa kental. Dindingnya tinggi menjulang, dengan jendela besar yang berderet. Kemudian, gaya klasik juga tampak di Hotel Savoy Homann dengan arsitektur pada masa itu berbentuk dua menara dengan bangunan utama di tengah.
Tak kalah eksotis adalah Gedung Sate sebagai bangunan Department van Gouvernement Bedrijven atau gedung Departemen Badan Usaha Milik Negara Hindia Belanda. Gedung punya ciri khas deretan jendela yang berbentuk melengkung.
Hadirkan Taman Kota yang Nyaman
Mengutip bandung.go.id, Thomas Karsten yang ikut berperan merancang Kota Bandung memiliki mimpi mengubah tata wilayahnya menjadi daerah yang nyaman ditinggali. Itulah mengapa pada awal abad ke-20, pembangunan area terbuka banyak dilakukan di sana.
Dalam tayangan di kanal YouTube tersebut misalnya, terdapat juga area terbuka yang dipenuhi orang-orang Belanda. Mereka tampak asyik mengasuh anak-anak kecil yang berlarian di tengah lapangan luas.
Sebagian para pria mengenakan jas, tongkat dan topi putih juga terlihat duduk-duduk di bangku taman. Rupanya, kawasan terbuka hijau tersebut adalah Pieterspark atau Taman Dewi Sartika yang letaknya tak jauh dari kantor Bupati Bandung atau Balai Kota saat ini.
Banyak Biarawati Beraktivitas di Depan Gereja
Suasana khas Eropa masa lampau tak kalah terasa ketika berada di sekitar halaman Gereja De Katholieke Kerk. Di sana banyak biarawati yang berjalan-jalan dan beraktivitas di sekitar bangunan gereja.
Kemegahannya benar-benar membawa nuansa khas Eropa dengan menara berbentuk kerucut serta pintu besar di sisi bawahnya. Cat berwarna putih, menjadi ciri khas bangunan-bangunan besar di masa kolonial.
Sampai sekarang, kemegahan gereja masih dapat disaksikan dan bangunan tersebut telah berganti nama menjadi Katedral Santo Petrus Bandung.
Noni Belanda Berjalan-Jalan
Tak kalah ikonik adalah banyaknya warga Belanda yang berlalu-lalang di jalanan Kota Bandung pada tahun 1927 tersebut.
Kalangan laki-laki tampak khas, dengan mengenakan jas dan topi bundar serta membawa tongkat. Sedangkan para perempuannya, mereka mengenakan pakaian putih dan membawa payung termasuk topi bundar kala berjalan-berjalan di kota.
Suasana ini tentu menjadi ciri khas di masa kolonial kala itu, di mana masyarakat Eropa dan pribumi sudah bercampur baur dan sama-sama berupaya menekan konflik kolonialisme.