Ketika Dokter Angkat Bicara Terkait Realitas di Balik Cerita Drama Korea 'The Trauma Code: Heroes on Call'
Film "The Trauma Code: Heroes on Call" menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh dokter di pusat trauma dalam mengatasi berbagai keterbatasan yang ada.

Drama medis The Trauma Code: Heroes on Call berhasil menarik perhatian penonton, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, berkat kombinasi elemen ketegangan, realisme, dan alur cerita yang kuat. Hansanleega, penulis novel web yang menjadi dasar dari serial ini, memanfaatkan pengalaman sebagai dokter untuk menyajikan gambaran yang autentik mengenai sistem kesehatan di Korea Selatan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Chosun Daily yang dipublikasikan pada Senin (10/2), Hansanleega, yang dikenal dengan nama asli Lee Nak Joon, mengungkapkan pandangannya tentang tantangan di dunia medis serta harapannya untuk industri kesehatan di negaranya. Lee menjelaskan alasan di balik pemilihan pusat trauma sebagai lokasi utama dalam cerita The Trauma Code.
"Saya memilih untuk menjadikan pusat trauma berat sebagai latar belakang cerita karena suasananya yang ekstrem. Saya rasa akan lebih meyakinkan jika para karakter yang bekerja di sana adalah 'munchkin' (karakter dengan kemampuan luar biasa)," kata Lee.
Dalam serial ini, karakter utama Baek Kang Hyuk digambarkan sebagai seorang ahli bedah berbakat yang memiliki pengalaman di zona konflik, dan direkrut untuk membangun kembali tim trauma yang sedang mengalami krisis di rumah sakit universitas. Meskipun menampilkan karakter dengan kemampuan hampir seperti superhero, The Trauma Code tetap berusaha untuk menggambarkan realita yang dihadapi oleh tenaga medis.
"Jika Anda memiliki pengetahuan medis, Anda dapat menggambarkannya secara realistis," ungkap Lee Nak Joon.
Sumber Daya Penangan Trauma di Korea Terbatas

Lebih Baik Dibanding Amerika Serikat

Drama ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dokter di pusat trauma, termasuk keterbatasan sumber daya, tekanan finansial, dan tanggung jawab besar dalam menyelamatkan nyawa pasien. Salah satu masalah yang diangkat dalam serial ini adalah minimnya pendanaan untuk perawatan trauma.
Lee menegaskan sektor ini tertinggal dibandingkan dengan bidang spesialisasi medis lainnya.
"Korea termasuk yang terbaik di dunia dalam menangani kanker, penyakit kardiovaskular, dan kondisi serebrovaskular, tetapi perawatan trauma, kebidanan, ginekologi, dan pediatri sangat kekurangan dana," katanya.
Kondisi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi tenaga medis yang berusaha memberikan perawatan terbaik di tengah keterbatasan yang ada. Mereka harus berjuang tidak hanya untuk menyelamatkan pasien, tetapi juga untuk mendapatkan dukungan yang memadai dalam bidang yang sangat krusial ini.
Lee membandingkan kemajuan sistem kesehatan antara Korea dan Amerika Serikat.
"US telah menyadari kebutuhan akan ahli bedah trauma sejak tahun 1950-an dan telah mengembangkan bidang ini sejak saat itu, sedangkan Korea baru memiliki sejarah sekitar satu dekade di bidang ini. Saya berharap kita bisa segera menyusul," tutur Lee.
Kisah Nyata yang Diadaptasi dalam Webtoon dan Drama Korea

Melalui karya dramanya, ia ingin menyadarkan masyarakat mengenai kenyataan yang dialami oleh tenaga medis serta mendorong terjadinya perubahan dalam kebijakan sistem kesehatan di Korea Selatan.
Adaptasi dari novel web The Trauma Code menjadi webtoon dan serial televisi juga mendapat respons positif dari penonton. Lee merasa puas dengan hasil adaptasi tersebut dan berpendapat bahwa kisah yang dia ciptakan kini terasa lebih hidup.
"Arahan dan aktingnya bersinergi dengan sangat baik sehingga hasilnya melebihi ekspektasi dari novel aslinya," tuturnya.