5 Cara Mencegah Terjadinya Cabin Fever Akibat Terlalu Lama di Rumah

Merdeka.com - Terlalu lama tinggal di rumah bisa membuat seseorang mengalami kondisi yang dikenal sebagai cabin fever. Kondisi ini sebenanya bukan sebuah gangguan kejiwaan dan dapat diatasi asal dengan mengenali gejalanya terlebih dahulu.
Cabin fever atau demam kabin secara sederhana dijelaskan sebagai rasa gelisah akibat terjebak atau terisolasi dalam suatu tempat untuk waktu yang lama. Cabin fever sebenarnya adalah istilah populer dan bukan diagnosis gangguan kejiwaan.
Selain itu, merasa terputus dari dunia luar juga bisa menyebabkan munculnya cabin fever. Menurut psikolog dari Yayasan Pulih, Nirmala Ika Kusumaningrum, cabin fever belum termasuk ke dalam gangguan psikologis.
“Perlu dipahami, cabin fever ini belum masuk ke dalam gangguan psikologis. Jadi belum bisa jadi sebuah diagnosis,” ujar Nirmala.
Gejala Cabin Fever
Berdasar tulisan yang menyebar di WhatsApp dan telah dikonfirmasi benar oleh Nirmala, gejala cabin fever bukan sekadar perasaan bosan.
Gejala cabin fever yang dapat timbul termasuk:
-Rasa gelisah.
-Turunnya motivasi.
-Mudah tersinggung.
-Mudah putus asa.
-Sulit berkonsentrasi.
-Pola tidur tidak teratur.
-Sulit bangun dari tidur.
-Lemah lesu.
-Sulit percaya pada orang di sekitar.
-Tidak sabaran.
-Merasa sedih dan depresi untuk waktu yang lama.
5 Tips Cegah Cabin Fever
Untuk mencegah terjadinya cabin fever, orang-orang biasanya bepergian ke luar rumah untuk menyegarkan pikiran. Namun, di masa COVID-19 hal tersebut bukan pilihan yang bijak.
Maka dari itu, ada cara lain untuk mencegah cabin fever tanpa harus bepergian, yakni:
Membawa Dunia Luar ke Dalam Rumah
- Membuka jendela-jendela untuk sirkulasi udara.
- Memberi makan hewan-hewan peliharaan.
- Menanam bunga yang bisa membawa wangi dunia luar ke dalam rumah.
- Bercocok tanam di dalam rumah.
Membuat Jadwal Harian
Jadwal harian dapat membantu rutinitas tetap terjaga. Seperti tetap bangun atau mandi di pagi hari agar tubuh dan pikiran tetap terjaga. Kemudian, mencari kegiatan-kegiatan layaknya bekerja depan laptop atau mencari ide-ide baru dari berita dengan sumber terpercaya.
Menjaga Komunikasi
Kekuatan komunikasi dapat membantu memperbaiki suasana hati. Sempatkan berbicara dengan teman atau keluarga melalui telepon, WhatsApp, atau panggilan video.
Ekspresikan Sisi Kreatif
Mengekspresikan diri menjadi kiat selanjutnya. Hal ini dapat dilakukan sesuai minat dan bakat seperti membuat lagu, melukis, bernyanyi, main musik, dan memasak.
Olahraga
Olahraga bisa membantu tubuh melepas hormon endorfin yang bisa memperbaiki suasana hati.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Penyakit Pernapasan Misterius Melonjak Drastis di China, Awal Kemunculannya Mirip Covid-19
Munculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca Selengkapnya

Tak Hanya Gen Z, Lansia juga Berpotensi Mengalami Gangguan Mental, Ini Gejalanya
Meskipun tidak ada cara pasti, cara mencegah gangguan mental pada lansia dengan, mengelola stres, menjalani pengobatan secara rutin, & menjaga hubungan sosial.
Baca Selengkapnya

Finlandia, Antara Kebahagiaan dan Realitas Kelam
Meski Finlandia jadi negara paling bahagia enam tahun berturut-turut, ternyata tingkat bunuh diri yang tinggi menjadi sorotan yang tidak bisa diabaikan.
Baca Selengkapnya

KPAI Soroti Kesehatan Mental Anak: 1 Konselor buat 150 Peserta Didik Enggak Manusiawi
KPAI Soroti Kesehatan Mental Anak: 1 Konselor buat 150 Peserta Didik Enggak Manusiawi
Baca Selengkapnya

Potret Wanita Cantik Ini Depresi Gara-gara Gagal Berumah Tangga Dua Kali dan Sering Ritual di Malam Jumat
Deretan potret wanita cantik yang mengalami depresi hingga menyandang status ODGJ. Berikut ulasannya.
Baca Selengkapnya

Penyakit Pernapasan Misterius Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Penyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca Selengkapnya

Perbedaan Penularan Cacar Monyet dan Covid
Penularan cacar monyet tidak mungkin melalui udara seperti Covid.
Baca Selengkapnya

Depresi Pasca Melahirkan Bisa Terjadi Akibat Penurunan Hormon
Munculnya depresi pasca melahirkan atau post partum blues pada ibu bisa disebabkan karena hormon setelah melahirkan.
Baca Selengkapnya

Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan APD Covid-19, KPK Geledah Kantor BNPB hingga Kemenkes
KPK menggeledah sejumlah lokasi terkait penyidikan dugaan korupsi pengadaan alat pelindung diri (APD) penanganan Covid-19 di Kemenkes RI.
Baca Selengkapnya

7 Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disangka Bisa Turunkan Risiko Depresi
Risiko depresi yang ada di dalam diri bisa diturunkan dengan dengan sejumlah kebiasaan sehari-hari yang kita terapkan.
Baca Selengkapnya

Kesehatan Mental Generasi Z Lebih Rapuh Dibanding Milenial dan Boomers
Survei pada 2023 menunjukkan kesehatan mental generasi Z lebih rentan atau rapuh dibandingkan dengan generasi milenial dan boomers.
Baca Selengkapnya

Sering Dianggap Serupa, Kenali Perbedaan Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan
Kondisi pasca persalinan yang dialami bisa menyebabkan ibu mengalami berbagai macam hal. Kindisi ini termasuk baby blues dan depresi pasca melahirkan.
Baca Selengkapnya