Momen Soeharto sampai Harus Minum Air Comberan
Soeharto menjadi lulus terbaik pendidikan polisi. Kalau sekadar baris berbaris, dia sudah mahir lantaran pernah mengikuti pendidikan tentara Belanda.
Soeharto menjadi lulus terbaik pendidikan polisi. Kalau sekadar baris berbaris, dia sudah mahir lantaran pernah mengikuti pendidikan tentara Belanda.
Momen Soeharto sampai Harus Minum Air Comberan
Presiden kedua Indonesia Soeharto adalah salah satu perwira didikan Pembela Tanah Air (PETA) di zaman Jepang. Sebelumnya Soeharto adalah seorang tentara Belanda.
Dari kecil hingga remaja, Soeharto hidup melarat. Karena itu pula dia hanya bisa sekolah sampai sekolah lanjutan rendah. Setelah lulus, Soeharto pun bingung cari pekerjaan dan sempat kerja di bank desa tapi tidak lama.
Tak ada kenalan yang bisa memberinya pekerjaan. Hidupnya sempat luntang-lantung. Akhirnya Soeharto mendaftar jadi tentara Belanda. Hal ini diakuinya dalam buku biografi Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana serta diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.
Ada dua sistem penerimaan KNIL untuk serdadu rendahan. Dinas panjang (langverband) atau ikatan dinas pendek (kortverband). Soeharto memilih kortverband karena karirnya lebih menjanjikan.
Soeharto lulus sebagai yang terbaik. Dia kemudian ditugaskan praktik menjadi wakil komandan regu di Batalion XIII di Rampal dekat Malang. Lalu menjaga pertahanan pantai di Gresik.
"Orang Belanda yang masih saya ingat ialah komandan kompi saya, Kapten Dryber, komandan peleton saya Letnan Hyneman dan komandan regu Sersan Jansen," beber Soeharto .
Saat itulah pecah perang dunia ke II di Pasifik. Tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Berakhir pulalah kiprah KNIL di Hindia Belanda. Karena tak ingin ditangkap Jepang, Soeharto melepas atribut militernya. Saat itu jika ketahuan bekas tentara KNIL pasti ditangkap dan dipenjarakan Jepang.
Soeharto kembali ke kampungnya di Wuryantoro. Bosan menganggur, Soeharto mencoba mendaftar jadi Keibuho atau polisi Jepang. Dia mengaku sedikit takut jika identitasnya sebagai bekas tentara Belanda ketahuan. Tapi dia akhirnya memberanikan diri mendaftar dan diterima.
Soeharto lulus pendidikan polisi sebagai yang terbaik. Jelas saja, kalau sekadar baris berbaris dia sudah mahir karena pernah mengikuti pendidikan tentara Belanda.
Saat itulah atasan Soeharto di kepolisian memberi tahu ada pendaftaran Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Perwira Jepang itu menyarankan Soeharto mendaftar masuk PETA.
"Maka masuklah saya jadi PETA lewat saringan. Tentu saja saya tidak menyebutkan diri saya bekas KNIL waktu mendaftar untuk diterima. Saya tetap jaga-jaga, jangan sampai ditangkap oleh Jepang," beber Soeharto.
Lewat ujian Soeharto diterima menjadi calon Shodancho, atau komandan peleton. Dia harus mengikuti pendidikan yang berat selama empat bulan di Bogor. Bagi Soeharto yang sudah beberapa kali mendapat latihan militer pun, latihan ini diakui lebih berat.
"Kami mesti minum air kotor dari sungai di belakang pabrik karet di tengah-tengah latihan yang melelahkan. Sekali dua kali kami pernah disuruh berlutut berjam-jam lamanya karena seorang di antara kami membuang peci hancho," kenang Soeharto.
Setelah lulus, Soeharto dikembalikan ke Wates, Yogyakarta. Karirnya bagus, beberapa bulan kemudian dia dipilih untuk mengikuti pendidikan Chudancho atau komandan kompi.
Dia kemudian ditugaskan di Yogyakarta, Solo dan Madiun sebelum ditarik ke Markas Besar PETA untuk mengurusi pendidikan. Ketika Indonesia merdeka, Soeharto meneruskan karir militernya. Dia menjadi perwira TNI di awal kemerdekaan.
Namanya dikenal sebagai pemimpin serangan Oemom 1 Maret 1949 dan Panglima Mandala membebaskan Irian Barat.
Selepas G30S tahun 1965, sebagai Panglima Kostrad dia mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat dan membubarkan PKI. Soeharto dilantik menjadi Presiden RI menggantikan Soekarno tahun 1967.