Hyundai Hentikan Sementara Produksi Ioniq 5 dan Kona EV
Hyundai telah menghentikan sementara produksi model Ioniq 5 dan Kona EV di Korea Selatan karena permintaan yang mengalami penurunan drastis.

Hyundai Motor Co. baru saja mengumumkan penghentian sementara produksi mobil listrik Ioniq 5 dan Kona EV di pabrik Ulsan, Korea Selatan. Pengambilan langkah ini disebabkan oleh melemahnya permintaan kendaraan dari pasar internasional. Ini bukan kali pertama produksi EV dihentikan; sebelumnya, penghentian juga terjadi pada bulan Februari 2025.
Penghentian yang pertama berlangsung dari tanggal 24 hingga 28 Februari 2025, akibat penurunan penjualan Ioniq 5 yang drastis, dari 16.600 unit di tahun 2024 menjadi hanya 75 unit pada Januari 2025. Penurunan ini berkaitan dengan perubahan kebijakan global yang berdampak pada industri otomotif, sehingga menyebabkan penumpukan stok di pabrik. Meskipun produksi di Korea Selatan dihentikan, proses pembuatan Ioniq 5 dan Kona EV di Indonesia masih berjalan dengan baik.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Hyundai menawarkan diskon hingga 22 juta rupiah guna menarik minat konsumen di Korea Selatan. Namun, situasi semakin memburuk ketika produksi kembali dihentikan untuk kedua kalinya pada periode 24 hingga 30 April 2025. Kali ini, penyebabnya adalah penurunan permintaan ekspor ke pasar-pasar utama seperti Eropa, Kanada, dan Amerika Serikat.
Penyebab Penurunan Permintaan
Penurunan permintaan yang dialami oleh Hyundai tidak terlepas dari perubahan kebijakan insentif untuk kendaraan listrik di berbagai negara. Beberapa negara, termasuk Kanada dan Jerman, telah mengurangi atau bahkan menghapus subsidi untuk kendaraan listrik.
Hal ini membuat banyak konsumen menjadi ragu dalam membeli kendaraan listrik. Selain itu, ketidakpastian yang timbul akibat kebijakan tarif tinggi di Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump juga menambah kesulitan bagi Hyundai. Meskipun perusahaan ini telah berusaha meningkatkan penjualan melalui berbagai program, seperti pembiayaan tanpa bunga di Amerika Utara dan bantuan uang muka di Eropa, hasil yang diperoleh masih belum memuaskan.
Strategi Hyundai dalam menghadapi berbagai tantangan
Dalam menghadapi situasi yang menantang, pemerintah Korea Selatan telah memperluas dukungan finansial bagi produsen otomotif dan mengurangi pajak untuk pembelian kendaraan.
Mereka juga meningkatkan subsidi untuk kendaraan listrik demi meningkatkan penjualan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada produsen mobil, termasuk Hyundai, dalam mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Hyundai terus berusaha untuk berinovasi dengan meluncurkan produk-produk terbaru dan menawarkan teknologi canggih guna menarik minat konsumen. Salah satu contohnya adalah Ioniq 5 yang dibanderol mulai dari $42.600 dan memiliki jarak tempuh hingga 318 mil, menjadikannya salah satu kendaraan listrik (EV) yang paling kompetitif di pasaran.
Fitur pengisian daya ultra-cepat yang memungkinkan baterai terisi dari 10% hingga 80% hanya dalam waktu 20 menit juga menjadi daya tarik yang signifikan.
Di sisi lain, Kona Electric yang lebih terjangkau mulai dari harga $32.975 menawarkan jangkauan hingga 261 mil. Hal ini menjadikannya model yang sangat menarik, terutama karena harganya di bawah $35.000.
Dengan kemampuan pengisian cepat DC yang dapat mencapai 80% dalam waktu 43 menit, Kona Electric tetap menjadi pilihan yang menarik bagi konsumen yang mencari kendaraan listrik dengan harga yang lebih terjangkau.
Kompetisi dalam industri kendaraan listrik
Mobil listrik dapat digunakan untuk mudik, namun penting bagi Sahabat Fimela untuk memeriksa kondisinya terlebih dahulu sebelum digunakan. (Foto: Dokumen/Hyundai)
Hyundai bukanlah satu-satunya pabrikan yang merasakan dampak negatif akibat penurunan permintaan kendaraan listrik. Pesaing seperti BYD dan Chery juga mencatatkan penjualan yang lebih baik dibandingkan Hyundai. Walaupun penjualan Ioniq 5 di Indonesia masih lebih baik dibandingkan Ioniq 6 yang hanya terjual 4 unit, Hyundai tetap perlu melakukan perbaikan agar tidak semakin tertinggal.
"Momentum kami tampaknya mulai memudar," ungkap seorang analis industri.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi Hyundai, yang sebelumnya berhasil menjadi produsen mobil terbesar keempat di Amerika Serikat selama dua tahun berturut-turut. Namun, dengan penurunan penjualan yang terus berlanjut, tantangan besar menanti di depan.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Hyundai harus segera beradaptasi agar dapat mempertahankan posisinya di pasar kendaraan listrik global.
Dukungan dari pemerintah serta strategi pemasaran yang lebih agresif akan menjadi kunci bagi Hyundai untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri otomotif.
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)