Sejarah Kelam Sekte Kiamat di Uganda Bakar Hidup-Hidup 500 Anggotanya
Ratusan pengikut sekte kiamat mengalami akhir hayat mereka pada 17 Maret 2000 di Distrik Kanungu, Uganda barat daya.
Sebuah sekte kiamat bernama Movement for the Restoration of the Ten Commandments of God (Gerakan Pemulihan Sepuluh Perintah Tuhan) menarik perhatian publik pada tahun 2000 karena keyakinan mereka bahwa dunia akan mengalami kiamat saat pergantian milenium.
Pada tanggal 17 Maret 2000, ratusan pengikut sektetersebut mengalami akhir yang tragis di Distrik Kanungu, Uganda barat daya. Sekitar 500 anggota Gerakan Pemulihan Sepuluh Perintah Tuhan, yang dipimpin oleh Joseph Kibwetere, terjebak di dalam gereja yang pintu dan jendelanya dipaku dari luar, sebelum gereja tersebut dibakar. Sementara itu, beberapa korban lainnya ditemukan terkubur di kuburan massal yang terletak di sekitar lokasi tersebut.
-
Apa tujuan dari sekte sesat ini? Wanita itu mengatakan bahwa kuil itu bernama Kanaan, dan anggota kelompoknya percaya bahwa dunia akan segera berakhir.
-
Dimana sekte ini berada? Polisi juga menemukan 251 anak di bawah umur tinggal di peternakan Chokurongerwa, yang berjarak sekitar 34 km sebelah barat laut Ibu Kota Harare.
-
Apa itu Kultum Singkat? Kultum singkat berisi tentang pesan-pesan positif untuk mengajak pendengarnya berbuat kebaikan serta kemuliaan.
-
Bagaimana sekte ini mengendalikan anggotanya? Sekte yang dikenal sebagai Gereja Apostolik Johane Masowe (diambil dari nama pendiri organisasi tersebut), dan memiliki banyak pengikut di Zimbabwe, melarang membaca Alkitab, melakukan pekerjaan di luar komunitas, atau mencari perawatan medis.
-
Siapa pemimpin sekte sesat di Zimbabwe? Polisi mengatakan Ishmael Chokurongerwa, 56 tahun, memimpin sekte di Harare yang terdiri dari lebih dari 1.000 orang.
-
Mengapa Kultum penting? Seperti halnya ceramah, kultum juga berisi pesan-pesan positif untuk mengajak pendengarnya berbuat kebaikan dan kemuliaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Departemen Studi Agama Universitas Makerere, yang dipublikasikan oleh Marianum Press of Kisubi dan ditulis oleh Gerard Banura, Chris Tuhirirwe, serta Joseph Begumanya, pemimpin utama sekte ini adalah Joseph Kibwetere, Credonia Mwerinde, dan Romo Dominic Kataribabo. Mereka diperkirakan telah meramalkan kiamat pada tanggal 31 Desember 1999.
"Sebelum ini, kegelapan akan menyelimuti dunia selama tiga hari sejak tanggal 29 Desember. Setelah dunia berakhir, hanya anggota aliran sesat yang berkumpul di perkemahan mereka yang akan diselamatkan," tulis laporan tersebut seperti dikutip dari thecitizenreport.ug pada Minggu (1/12/2024).
Namun, ketika tahun 2000 tiba dan ramalan tersebut tidak terwujud, banyak anggota yang merasa kecewa. Beberapa dari mereka mulai menyadari bahwa mereka telah ditipu dan menuntut agar harta benda yang telah mereka berikan kepada gereja dikembalikan.
"Situasi kacau terjadi di kamp. Aturan dasar untuk berdiam diri dilanggar. Semua pekerjaan dihentikan. Para anggota menjadi tidak setia dan mulai bergaul bebas dengan orang luar. Kemudian para pemimpin memberi tahu mereka bahwa Perawan Maria telah menampakkan diri kepada mereka dan memperpanjang tanggal akhir dunia," ungkap laporan tersebut.
Ketika konsep akhir dunia semakin sulit dipahami, para anggota diminta untuk kembali ke rumah masing-masing dengan janji akan diberitahu kapan mereka harus kembali untuk dibawa ke surga. Para pemimpin kemudian mengumumkan bahwa Perawan Maria telah memperpanjang tanggal tersebut hingga 17 Maret 2000. Seminggu sebelum hari yang ditentukan, anggota dari kamp-kamp sekte lainnya dibawa ke Kanungu dan pada "hari kiamat," diadakan perayaan termasuk jamuan makan mewah yang disebut "perjamuan terakhir."
Kronologi pembantaian melalui kebakaran
Tanggal 17 Maret berjalan dengan cukup biasa. Para anggota komunitas berkumpul di gereja lama untuk melaksanakan doa pagi. Namun, mereka telah diperingatkan bahwa hari itu mereka akan dikurung dan bahwa Perawan Maria akan hadir secara pribadi, "berbalut api," untuk membawa mereka ke surga. Alasan mereka dikurung adalah bahwa hanya orang-orang yang berada di dalam gereja yang akan diangkat ke surga. Hanya Peter Ahimbisibwe, seorang remaja berusia 17 tahun, yang selamat dari kejadian tragis ini. Ia pergi lebih awal untuk membeli makanan, yang membuatnya terhindar dari "api Maria" yang melahap gereja, mengakibatkan sekitar 500 orang kehilangan nyawa.
Setelah kejadian tersebut, lebih banyak mayat ditemukan di bawah rumah-rumah anggota sekte, dalam keadaan dicekik, dimutilasi, dan diracun. Di antara penemuan tersebut, terdapat 155 mayat di Rugazi, Bushenyi pada 27 Maret; 153 mayat di Rutooma, distrik Rukungiri pada 25 Maret; 81 mayat di Rushojwa, Rukungiri pada 30 Maret; dan 55 mayat di Buziga, Kampala pada 27 April. Hingga saat ini, pemerintah Uganda belum memberikan penjelasan resmi mengenai peristiwa tragis yang menewaskan anggota sekte tersebut. Penyelidikan yang dijanjikan juga belum dimulai, sementara pihak kepolisian masih mencari anggota sekte yang berhasil melarikan diri dari kobaran api tersebut.
Apa yang dimaksud dengan Gerakan Kibwetere?
Menurut informasi yang beredar, Gerakan Kibwetere memiliki tujuan untuk mematuhi Sepuluh Perintah Tuhan serta menyebarkan firman Yesus Kristus. Para pengikutnya diketahui hidup dalam keheningan dan terkadang menggunakan simbol atau tanda untuk berkomunikasi. Pertanyaan-pertanyaan akan diajukan kepada Mwerinde dalam bentuk tulisan. Dikenal sebagai "programmer", Mwerinde dianggap sebagai otak di balik pengelolaan lembaga ini dan akan memberikan balasan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Bagi banyak pengikutnya, kelompok Kibwetere memberikan kesempatan untuk berdoa dan rasa kebersamaan. Komunitas yang mandiri ini menyediakan tempat tinggal bagi seluruh keluarga anggotanya, serta memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Anggota komunitas ini menanam makanan mereka sendiri, mengelola sekolah, dan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki untuk berkontribusi dalam pekerjaan. Namun, masih menjadi misteri apa yang menyebabkan anggota masyarakat biasa dapat bertransformasi menjadi pemimpin sekte yang terlibat dalam tindakan pembunuhan.
Sebelum mengambil alih kepemimpinan, Kibwetere dikenal sebagai pria yang sukses dan merupakan anggota tetap dari komunitas Katolik Roma. Meskipun kedua pemimpin politik setempat menyadari adanya aktivitas sekte-sekte tersebut, tidak ada tindakan yang diambil untuk menghentikan mereka. Seperti di banyak wilayah di Uganda Barat, Kanungu dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dan lembah-lembah dalam yang dihiasi dengan lahan pertanian kecil yang terpisah oleh rumah-rumah pertanian.