Fenomena Vasektomi Bikin Banyak Pria di China Mulai Penasaran, Ternyata Ini Penyebabnya
Fenomena vasektomi memicu perbincangan yang telah lama tertunda tentang maskulinitas dan kontrasepsi.

Dalam lingkungan masyarakat, selama ini tanggung jawab reproduksi dibebankan kepada wanita. Kini, semakin banyak pria China yang melakukan vasektomi dan membagikan kisah mereka di media sosial. Hal tersebut memicu perbincangan yang telah lama tertunda tentang maskulinitas dan kontrasepsi.
Pada Juli 2023, seorang pria berusia 26 tahun bernama Liu Luyang datang ke rumah sakit dan mengubah hidupnya hanya dalam waktu 30 menit. Dua sayatan kecil membuatnya menjadi salah satu pria yang masuk dalam catatan statistik China, yakni 0,2 persen orang yang memilih untuk vasektomi, demikian dikutip dari Sixth Tone, Rabu (30/4).
Selama enam pekan, ia mengunggah enam video berdurasi dua menit di media sosialnya dengan judul “Sterilization Diaries,” atau kisah sterilisasi. Video tersebut merupakan dokumentasi dari setiap langkah yang ia lakukan, mulai dari masuk ke ruang operasi hingga masa pemulihannya di rumah.
Komentar netizen terbagi menjadi dua sisi, antara banyak wanita yang memujinya sebagai pemberani, dan pria yang mempertanyakan kejantanannya. Bagi Liu, maskulinitas adalah “tanggung jawab melindungi keluarga” serta menjaga mereka agar aman dari campur tangan pihak luar, bahkan dari “orang yang lebih tua maupun kerabat.”
Tanggapan Liu merupakan sikap yang diambil oleh sebagian kecil orang di negara yang telah lama memikul tanggung jawab reproduksi sebagai beban wanita.
Jauh sebelum Liu memberi tahu keluarganya, ia dan Istrinya, Zhai, sudah lebih dulu merencanakannya dengan matang. Zhai merupakan seorang guru taman kanak-kanak dan berusia 33 tahun, ia meneliti prosedur vasektomi secara menyeluruh dan mendiskusikannya dengan Liu. Namun, Zhai tidak memaksakan pilihan.
“Saya khawatir dia akan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Jadi, saya menyarankannya untuk mempertimbangkan keputusan dengan seksama,” kata Zhai seraya menambahkan, “kini, dia (Liu) telah melakukanya, dan kami tidak menyesal.”
Reaksi Orang Tua
“Bagaimana kamu bisa membiarkan dia melakukan ini?” tanya ibu Zhai yang menganggapnya sebagai “kelalaian yang fatal.”
Pasangan itu sudah memiliki seorang putra. Tetapi, Ibu Zhai masih menginginkan cucu perempuan.
“Dia bersikeras agar istri saya memasang alat kontrasepsi dalam rahim,” kenang Liu.
Walaupun mendapat pertentangan dari orang tua, Liu tetap menjalani operasi di Shanghai, tidak terpengaruh oleh apa kata ibu mertuanya. Menurut Liu, “Dia (mertuanya) tidak akan berani bertanya kepada saya” kata dia seraya menambahkan, “Dalam masyarakat modern, tanggung jawab reproduksi seharusnya tidak hanya dibebankan kepada satu orang, tetapi harus mencari cara pembagian yang lebih adil.”
Hanya 30 Menit
Dalam videonya, Liu berulang kali menyuarakan hal yang sama, yakni “Vasektomi aman, efektif, dan minim risiko.” Ia memandu penontonnya melalui proses tersebut untuk mengatasi ketakutan dan kesalahpahaman.
Dalam video yang berjudul “Pada Usia 25, Akhirnya Saya Menjalani Vasektomi,” Liu menjabarkan kegiatan pada hari itu, seperti tiba di rumah sakit pada pukul 8 pagi, berganti pakaian pada pukul 9, dan kemudian menjalani prosedur pada pukul 1 siang. Di saat istrinya ragu-ragu, berlinang air mata, dan tidak yakin apakah hal ini benar-benar harus dilakukan, Liu menenangkannya.
Setengah jam kemudian, prosedur tersebut selesai. Ia berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, ia berkata “Ini tindakan minim sayatan tetapi masih terasa sedikit menyakitkan.” Perawat di rumah sakit tersebut meyakinkannya bahwa tidak perlu obat penghilang rasa sakit atau salep, karena setelah observasi singkat, ia bebas pulang.
Dalam video lain, Liu mengajak penonton melihat proses operasi dan pemulihannya selangkah demi selangkah. Ia menjelaskan kesederhanaan prosedur tersebut yakni dimulai dengan pemeriksaan pra-oprasi termasuk rontgen dada, elektrokardiogram, tes darah, dan analisis sperma. Sementara seluruh proses memakan waktu sekitar setengah jam, namun, jika ingin di balik, operasinya jauh lebih rumit sehingga memakan waktu setidaknya empat jam.
Total biaya untuk operasi dan pemeriksaan pra-oprasi sekitar 1.600 Yuan atau setara dengan Rp3,5 Juta, semuanya ditanggung oleh asuransi kesehatan.
“Sebelum operasi, dokter berulang kali menekankan bahwa selama saya belum memasuki ruang operasi, saya dapat berubah pikiran kapan saja, bahkan setelah menandatangani formulir persetujuan,” jelas Liu.
Unggahan videonya terkait topik vasektomi pria telah mendapatkan banyak perhatian di Xiaohongshu (media sosial China), dan mengumpulkan lebih dari 230 juta kali penayangan dan 1,38 juta komentar.
Ia terus mendapat pesan pribadi dari pria yang penasaran dengan prosedur tersebut, dengan pertanyaan mulai dari penjadwalan janji temu hingga pemulihan. “Berapa biayanya?” atau “Berapa lama masa pemulihannya?” beberapa orang bertanya. Selain itu, ada juga yang bertanya “Dokter mana yang anda rekomendasikan?”
Liu mengatakan bahwa ia mengunggah videonya untuk berbagi pengalaman pribadinya dan menyampaikan pesan “ketika keda pasangan memutuskan tidak ingin memiliki anak lagi, pria memiliki hak yang sama untuk memilih sterilisasi seperti halnya wanita.”
Lebih Minim Risiko
Di China, angka-angka menunjukkan bahwa sterilisasi selalu menjadi beban perempuan. Pada tahun 2020, total 14,7 juta operasi pengendalian kelahiran telah dilakukan di China. Dari jumlah tersebut 61 persen adalah aborsi, dan 17 persen adalah pemasangan IUD, serta 1,3 persen adalah ligasi tuba. Sebaliknya, hanya 2.626 atau 0,02 persen yang merupakan vasektomi.
Liao Xuefen, kepala dokter di Rumah Sakit Liuzhou, menekankan bahwa sterilisasi pria lebih sederhana dan minim risiko dibanding sterilisasi pada wanita, tanpa berdampak pada aktivitas seksual.
Meskipun vasektomi merupakan prosedur yang sederhana dan hemat biaya, persepsi publik sering kali membesar-besarkan risikonya. “Penjelasan pra-operasi dan dukungan pasca-operasi sangat penting untuk pemulihan mental dan fisik,’ kata Liao. Hal tersebut menekankan peran rumah sakit dan media sosial dalam mematahkan kesalahpahaman dan menormalisasikan prosedur tersebut
Joy Lin, pendiri inisiatif terkait gender equality di Shanghai, memperingatkan bahwa meskipun sterilisasi pria dapat menjadi solusi jangka panjang untuk kontrasepsi, ada hambatan budaya dan sosial yang signifikan terhadap penerimaannya di masyarakat.
“Dari sudut pandang China, karena krisis populasi yang menua dan penolakan serta ketakutan kaum perempuan muda untuk melahirkan, promosi sterilisasi pria mungkin menghadapi perlawanan yang substansial,” kata dia.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey