99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?

Adapun rincian struktur usaha di Indonesia antara lain usaha mikro yang mencapai 99,62 persen, usaha kecil 0,30 persen, usaha menengah sebesar 0,06 persen dan usaha besar 0,01 persen.

99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mencatat bahwa struktur pelaku usaha di Indonesia masih didominasi oleh usaha mikro yang tercatat sebanyak 99,62 persen.
Adapun rincian struktur usaha di Indonesia antara lain usaha mikro yang mencapai 99,62 persen, usaha kecil 0,30 persen, usaha menengah sebesar 0,06 persen dan usaha besar 0,01 persen.
Melihat ketimpangan yang jauh itu, Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM Riza Damanik mengatakan pihaknya tengah fokus menciptakan lapangan kerja kelas menengah (middle income jobs) demi memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, serta penyerapan tenaga kerja yang luas, sehingga bisa mendorong Indonesia menjadi negara maju.
"Kalau kami lihat struktur pelaku usaha hari ini sebagian besar adalah usaha mikro, yakni 99,62 persen. Itulah kenapa salah satu pekerjaan besar yang sedang kami lakukan ini adalah bagaimana menciptakan lapangan kerjaan kelas menengah yang memiliki pendapatan per kapitanya tinggi," ujar Riza dalam Orientasi Jurnalis Kemenkop UKM, Bogor, Kamis (16/5).
Riza menuturkan, Bank Dunia/World Bank pernah menyebutkan bahwa Indonesia tahun 2045 ingin menjadi negara maju harus menciptakan lapangan pekerjaan menengah.

merdeka.com
"Kita harus memperkuat apa yang disebut dengan medium industri atau industri menengah. Diharapkan dia bisa menjadi konsolidator dan diharapkan bisa mengagregasi pelaku usaha pelaku usaha yang sebagian besar pelaku usaha mikro dan kecil bisa mengerjakan produk yang menjual produk nilai tambah, tidak lagi menjual produk yang belum diolah," jelas Riza.
Namun demikian, tantangan yang akan dihadapi menuju middle income jobs, salah satunya karena generasi muda tertarik untuk terjun ke sektor produktif, seperti pertanian, perternakan hingga perikanan.
"Saya mengutip data bank dunia ada situasi yang tidak mudah. Ada 18 negara yang disurvei bagaimana kualitas pendapatan anak-anak muda di sektor pertanian, pertenakan, perikanan, ternyata kondisinya tidak begitu baik," terangnya.
"Ternyata di sektor-sektor produktif, inovasi teknologinya belum masuk, masih menggunakan metode yang sama dengan orang tuanya, ini lah yang menjadi tantangan kita dan concern kita untuk mendorong transformasi pelaku usaha mikro utk bisa tumbuh menjadi kecil dan menengah," sambung Riza.
Sehingga, diperlukan inovasi teknologi digitalisasi Indonesia perlu anak-anak muda yang semakin banyak menggarap strategi salah satunya diantaranya sektor pangan.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya mendorong agar anak muda memiliki ketertarikan pada sektor produktif. Salah satunya melibatkan anak muda untuk mengoperasikan pabrik dengan teknologi inovasi.
"Kita harapkan stimulus dalam bentuk ekosistem yang dikayakan dgn inovasi teknologi itu merangsang anak muda masuk terlibat dalam memdorong percepatan UMKM kita," imbuhnya.
Riza bilang, dengan populasi 64 persen anak muda ini menjadi pertanda apakah 2045 itu kita menjadi negara maju atau tidak.
Apabila gagal mengelola 64 persen untuk ambil bagian mengelola sektor-sektor produktif ekonomi rakyat dengan inovasi teknologi, dia menilai ini akan sulit untuk mencapai tujuan Indonesia emas 2045.
"Tapi kalau 64 persen populasi anak muda punya tekad ambil bagian membawa inovasi teknologi di sektor produktif saya kira tidak terlalu sulit untuk mencapai tujuan 2045," tutup Riza.

merdeka.com